Senin, 20 Februari 2012

Botani Tumbuhan Rendah

SIMBIOSIS FUNGI ENDOFIT DENGAN INANG

Sebagian besar mikroorganisme pada tingkat tertentu dalam hidupnya dipengaruhi oleh kegiatan mikroorganisme lain. Pengaruh tersebut dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu dari fenomena antagonisme yaitu antibiosis. Dalam hal ini salah satu dari dua populasi organisme yang berinteraksi menghasilkan senyawa antibiotik.
Antibiotik adalah substansi kimia alamiah hasil metabolisme sekunder mikroorganisme, yang mempunyai kemampuan baik menghambat pertumbuhan maupun membunuh mikroorganisme lain. Definisi tersebut sangat terbatas, karena sekarang banyak molekul yang diperoleh melalui sintesis kimia, mempunyai  aktivitas terhadap mikroorganisme.          Sekarang istilah antibiotika berarti semua substansi baik yang berasal dari alam maupun sintetik yang mempunyai toksisitas selektif terhadap satu atau beberapa mikroorganisme tujuan, tetapi mempunyai toksisitas cukup lemah terhadap inang (manusia, hewan, atau tumbuhan) dan dapat diberikan melalui jalur umum.
Walaupun masa jaya penemuan antibiotika telah berlalu, dimulai sejak tahun 1939 sampai 1959, tetapi penelitian dibidang ini bangkit kembali sejak tahun 1965 dengan penemuan antibiotika semisintetik seperti β-laktamin. Masa kini, bioteknologi antibiotika diarahkan untuk menemukan antibiotika baru dengan mengeksploitasi dunia mikroba, mencari galur yang beragam dari habitat yang beragam, seleksi galur dan perbaikan genetik, tekhnik media dan kultur, biosintesa molekul, fisiologi produksi antibiotika dan optimalisasi, serta modelisasi fermentasi industri. Disamping itu digalakkan mencari antibiotika yang dapat mengatasi AIDS, HIV dan virus hepatitis B (Sudirman, 1994).
Salah satu organisme penghasil antibiotika yang sedang banyak dibicarakan sekarang ini adalah fungi endofit. Fungi endofit biasanya terdapat dalam suatu sistem jaringan seperti daun, ranting, atau akar tumbuhan. Fungi ini dapat menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol,1988 ; Clay, 1988). Asosiasi beberapa fungi endofit dengan tumbuhan inang mampu melindungi tumbuhan inangnya dari beberapa patogen virulen, baik bakteri maupun jamur (Bills dan Polyshook, 1992).
P E M B A H A S A N
A. Fungi Endofit
Fungi endofit adalah fungi yang terdapat di dalam sistem jaringan tumbuhan, seperti daun, bunga, ranting ataupun akar tumbuhan (Clay, 1988).  Fungi ini menginfeksi tumbuhan sehat pada jaringan tertentu dan mampu menghasilkan mikotoksin, enzim serta antibiotika (Carrol, 1988 ; Clay, 1988).
Asosiasi fungi endofit dengan tumbuhan inangnya, oleh Carrol (1988) digolongkan dalam dua kelompok, yaitu mutualisme konstitutif dan induktif. Mutualisme konstitutif merupakan asosiasi yang erat antara fungi dengan tumbuhan terutama rumput-rumputan. Pada kelompok ini fungi endofit menginfeksi ovula (benih) inang, dan penyebarannya melalui benih serta organ penyerbukan inang. Mutualisme induktif adalah asosiasi antara fungi dengan tumbuhan inang, yang penyebarannya terjadi secara bebas melalui air dan udara. Jenis ini hanya menginfeksi bagian vegetatif inang dan seringkali berada dalam keadaan metabolisme inaktif pada periode yang cukup lama.
Ditinjau dari sisi taksonomi dan ekologi, fungi ini merupakan organisme yang sangat heterogen. Petrini et al. (1992) menggolongkan fungi endofit dalam kelompok Ascomycotina dan Deuteromycotina. Keragaman pada jasad ini cukup besar seperti pada Loculoascomycetes, Discomycetes, dan Pyrenomycetes. Strobell et al. (1996), mengemukakan bahwa fungi endofit meliputi genus Pestalotia, Pestalotiopsis, Monochaetia, dan lain-lain. Sedangkan Clay (1988) melaporkan, bahwa fungi endofit dimasukkan dalam famili Balansiae yang terdiri dari 5 genus yaitu Atkinsonella, Balansiae, Balansiopsis, Epichloe dan Myriogenospora. Genus Balansiae umumnya dapat menginfeksi tumbuhan tahunan dan hidup secara simbiosis mutualistik dengan tumbuhan inangnya. Dalam simbiosis ini, fungi dapat membantu proses penyerapan unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis serta melindungi tumbuhan inang dari serangan penyakit, dan hasil dari fotosintesis dapat digunakan oleh fungi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. (Bacon, 1991 ; Petrini et al., 1992 ; Rao, 1994).
B. Produksi Senyawa Antibiotika Oleh Fungi Endofit
Banyak kelompok fungi endofit yang mampu memproduksi senyawa antibiotika yang aktif melawan bakteri maupun fungi patogenik terhadap manusia, hewan dan tumbuhan, terutama dari genus Coniothirum dan Microsphaeropsis (Petrini et al., 1992). Penelitian Dreyfuss et al. (1986), menunjukkan aktivitas yang tinggi dari penisilin N, sporiofungin A, B, serta C yang dihasilkan oleh isolat-isolat endofit Pleurophomopsis sp. dan Cryptosporiopsis sp. yang diisolasi dari tumbuhan  Cardamin heptaphylla Schulz. Lebih lanjut, suatu penelitian yang dilakukan oleh Tscherter dan Dreyfuss (1982) dalam Petrini et al. (1992) menghasilkan suatu kesimpulan bahwa galur-galur endofit Cryptosporiopsis pada umumnya merupakan penghasil senyawa antibiotika berspektrum lebar. Isolat fungi endofit Xylaria spp. juga memiliki potensi besar dalam penelitian-penelitian industri farmasi maupun pertanian. Suatu strain Xylaria yang diisolasi dari tumbuhan epifit di Amerika Selatan dan Meksiko dilaporkan dapat menghasilkan suatu senyawa antibiotika baru dari kelompok sitokalasin (Dreyfuss et al., 1986).
Penelitian Brunner dan Petrini ( 1992) yang melakukan seleksi pada lebih dari 80 spora fungi endofit, hasilnya menunjukkan bahwa 75 % fungi endofit mampu menghasilkan antibiotika. Fungi endofit Xylotropik, suatu kelompok fungi yang berasosiasi dengan tumbuhan berkayu, juga merupakan penghasil metabolit sekunder. Pada suatu studi perbandingan yang dilakukan terhadap berbagai fungi, lebih dari 49 % isolat Xylotropik yang diuji menunjukkan aktivitas antibiotika, sedangkan fungi pembandingnya hanya 28 % (Petrini et al., 1992).
Fungi endofit juga mampu menghasilkan siklosporin A, yang berpotensi sebagai antifungal dan bahan imunosupresif (Borel et al., 1976 ; Petrini et al., 1992). Siklosporin dihasilkan oleh strain Acremonium luzulae (Fuckel) W. Gams, yang diisolasi dari buah strawberry (Moussaif et al., 1977). Senyawa antibiotika lainnya seperti sefalosporin mulanya dihasilkan oleh satu strain Cephalosporium dan Emericellopsis (Acremonium). Selanjutnya juga ditemukan pada fungi Anixiopsis, Arachnomyces,Diheterospora, Paecilomyces, Scopulariopsis dan Spiroidium (Morin dan Gorman, 1982).
Fungi endofit Acremonium coenophialum yaitu yang berasosiasi dengan rumput-rumputan dapat menghambat pertumbuhan patogen rumput Nigrospora sphaerica, Periconia sorghina dan Rhizoctonia cerealis (White and Cole, 1985). Fungi endofit lainnya seperti Taxomyces andreanae dapat menghasilkan senyawa taxol yang berguna sebagai obat anti kanker (Strobel et al., 1996). Menurut Bacon (1988), fungi endofit yang mempunyai nilai komersial dalam bidang farmasi, antara lain Balansia spp. dan Acremonium coenophialum.
Kesimpulan
Fungi endofit dapat menjalin kehidupan bersama dengan tumbuhan inang, dan mampu melindungi tumbuhan inang dari beberapa patogen virulen, diantaranya adalah Acremonium coenophialum. Berbagai senyawa antibiotika yang sangat berguna yang dihasilkan oleh fungi endofit antara lain siklosporin oleh Acremonium luzulae, dan senyawa taxol oleh Taxomyces andreanae.

Lumut Tanduk

Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan byophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena  dalam-dalam di dalam jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut sejati.
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu kolumnela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya.
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup.
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukan dalam satu suku saja yaitu suku Anthocerotae. Berlainan dengan golonan lumut hati lainnya, sporogonium Anthocerothales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus, demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya. Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu sel-selnya mengandung koloroplas.
Anthocerothales hanya terdiri dari satu suku yaitu suku Anthocerotaceae, yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A. fusiformis, Notothylus valvata. Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis. Hornworts adalah sekelompok bryophytes, atau non-vascular plants, yang terdiri dari divisi Anthocerotophyta. Nama umum yang merujuk kepada elongated seperti tanduk-struktur, yang merupakan sporophyte. The flattened, tanaman hijau isi hornwort adalah gametophyte tanaman. Hornworts dapat ditemukan di seluruh dunia, namun mereka cenderung hanya tumbuh di tempat-tempat yang lembab atau lembab. Beberapa jenis tumbuh dalam jumlah besar sebagai perkabungan kecil di kebun dan tanah yang diolah bidang. Besar tropis dan sub-tropis jenis Dendroceros dapat ditemukan tumbuh di kulit pohon.
Deskripsi
Tanaman isi hornwort adalah haploid gametophyte panggung. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau pita seperti thallus antara satu dan lima centimeter in diameter. Setiap sel yang berisi thallus biasanya hanya satu chloroplast per sel. Dalam sebagian besar spesies ini adalah chloroplast tergabung dengan lainnya organelles besar untuk membentuk sebuah pyrenoid bahwa kedua manufactures dan toko makanan. Fitur ini sangat luar biasa di lahan tanaman, namun umum di kalangan algae.
Banyak hornworts mengembangkan internal lendir-cavities diisi ketika kelompok sel rusak. Ini akan menyerang cavities oleh photosynthetic cyanobacteria, khususnya jenis Nostoc. Seperti koloni bakteri yang tumbuh di dalam thallus memberikan hornwort yang khusus warna biru-hijau. Ada juga mungkin kecil pores lendir di bawah dari thallus. Pores ini secara dangkal yang menyerupai stomata tanaman lainnya.
Mengklakson berbentuk sporophyte tumbuh dari sebuah archegonium tertanam mendalam di gametophyte. Hornworts sporophytes yang luar biasa dalam hal sporophyte tumbuh dari meristem dasar yang dekat, bukan dari ujung jalan lainnya tanaman dilakukan. Tidak seperti liverworts, paling benar hornworts ada stomata pada sporophyte sebagai mosses lakukan. Dengan pengecualian adalah genera Notothylas dan Megaceros, yang tidak memiliki stomata.
Bila sporophyte yang matang, ia memiliki multicellular lapisan luar, sebuah pusat batang seperti columella berjalan sampai pusat, dan lapisan jaringan di antara yang memproduksi spores dan pseudo-elaters. Yang palsu elaters yang multi-selular, tidak seperti elaters dari liverworts. Mereka memiliki spiral thickenings yang mengubah bentuk dalam menanggapi pengeringan luar, sehingga berliku-liku di dalam dan dengan demikian membantu menyebar di spores. Hornwort spores relatif besar untuk bryophytes, berukuran antara 30 dan 80 μm in diameter atau lebih. The spores are polar, biasanya berbeda dengan Y berbentuk tri-rabung bersinar di proximal permukaan, dan dengan distal ornamented permukaan dengan gundukan atau spines.
Siklus Hidup
Kehidupan yang hornwort mulai dari haploid spora. Dalam sebagian besar spesies, terdapat satu sel di dalam spora, dan lanjai perpanjangan sel ini disebut kuman tabung germinates dari proximal samping spora. Ujung kuman membagi tabung untuk membentuk sebuah octant dari sel, dan yang pertama rhizoid tumbuh sebagai perpanjangan dari kuman sel asli. The tip terus membagi sel baru, yang menghasilkan thalloid protonema. Dengan kontras, jenis keluarga Dendrocerotaceae Mei mulai memisahkan dengan spora, menjadi multicellular dan bahkan photosynthetic sebelum spura germinates. Dalam kedua kasus tersebut, protonema adalah fana tahap dalam kehidupan yang hornwort.
Dari protonema tumbuh dewasa gametophyte, yang merupakan hati dan independen dalam tahap siklus kehidupan. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau pita seperti thallus antara satu dan lima centimeter dalam diameter, dan beberapa lapisan dari sel-sel di ketebalan. Itu hijau atau kuning-hijau dari zat hijau dalam sel, atau hijau kebiru-biruan-bila cyanobacteria koloni yang tumbuh di dalam tanaman.
Bila gametophyte telah berkembang ke ukuran dewasa, maka yang memproduksi organ seks yang hornwort. Kebanyakan tanaman yang monoicous, organ seks dengan baik pada tanaman yang sama, namun beberapa tanaman (bahkan spesies yang sama) adalah dioicous, terpisah dengan laki-laki dan perempuan gametophytes. Perempuan yang dikenal sebagai organ archegonia (tunggal archegonium) dan laki-laki dikenal sebagai organ antheridia (tunggal antheridium). Kedua jenis organ berkembang hanya di bawah permukaan tanaman dan hanya nanti terkena oleh disintegrasi dari overlying sel.
Sperma biflagilate harus berenang dari antheridia, atau kecipratan ke archegonia. Bila ini terjadi, maka sperma dan sel telur sekering membentuk zygote, sel dari mana sporophyte tahap siklus hidup yang akan dikembangkan. Tidak seperti semua lainnya bryophytes, sel pertama dari divisi zygote adalah longitudinal. Memproduksi lebih divisi tiga daerah dasar dari sporophyte.
Di bagian bawah sporophyte (terdekat ke bagian dalam gametophyte), adalah kaki. Ini adalah bulat kelompok sel yang akan menerima gizi dari orang tua gametophyte, di mana sporophyte akan menghabiskan semua keberadaan. Di tengah-tengah sporophyte (tepat di atas kaki), merupakan meristem yang akan terus membagi dan memproduksi sel baru untuk ketiga wilayah. Ketiga wilayah ini adalah ringkas. Baik di pusat dan permukaan sel dari kapsul adalah steril, tetapi di antara mereka adalah lapisan sel yang akan membagi untuk memproduksi palsu elaters dan spores. Ini adalah dilepaskan dari kapsul ketika Splits memanjang dari ujung.
Ø      Tempat Hidup
dijumpai di tepi-tepi sungai atau danau dan seringkali disepanjang selokan, ditepi jalan yang basah atau lembab.
Ø      Susunan Tubuh
tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid.
Susunan tubuh talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyaisatu kloroplas dengan satu pironaid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal.
Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silinder dengan panjang antara 5 sampai 6 cm. pangkal sporofit dibungkus dengan selubungdari jaringan gametofit.
3. perkembangbiakan
secara seksual, dengan membentuk arteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus. Arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukjan pada sisi atas talus. Zigot mula-mulq membelah menjadi 2 sel dengan sutu dinding pisah melintang. Sel yang diatas terus membelah yang merupakan sporogonium, diikuti juga oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki sporogonium. Bagi sporogonium kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogonium masak akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela ini diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora, yang disebut arkespora. secara aseksua,l dengan pembentukan spora.

Lumut Hati

urocystis_hepaticae-trilobae_baukekoole20061Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan porella. Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.
Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai stuktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air, atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya. Yang bersifat epifit ada yang dapat hidup pada daun pohon-pohon dalam rimba daerah tropika, dan karena hidupnya di atas daun itu lumut tadi merupakan suatu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifit.
Pada umumnya asosiasi tumbuhan kriptogam, lumut hati tidak mengambil peranan yang penting.Diantara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil, yaitu yang tergolong dalam marga cryptothallus dan hidup sebagai saprofit. Protonema lumut hati kebanyakan hanya berkembang menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak. Minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa kumpulan tetes-tetes minyak atsiri. Dalam bentuk demikian minyak tadi tidak dapat ditemukan pada tumbuhan lain.
Sampai saat ini sudah di kenal sebanyak 8000 spesies. Kebanyakan tumbuhan ini hidup pada lingkungan yang lembab, bentunya tidak menarik kecuali dalam masa, jika tampak biasanya di kacaukan dengan lumut sejati karena keduanya miri sekali. Tumbuhan merayap pada permukaan tanah, pepagan pohon, bebatuan lembab, atau pada kayu busuk.sebagian besar dari tumbuhan ini adalah tumbuhan darat, beberapa spesies hidup di air sebagai akuatik skunder, artinya mereka itu tumbuhan darat itu yang teradaptasi kembali terhadap lingkungan air nenek moyangnya.
Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati di bagi menjadi  dua kelompok yaitu: lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Pada kedua kelompok tumbuhan tersebut tubuhnya berbentuk dorsiventral, yakni tubuh bagian atas bagian atas di sebut dorsal dan bagian bawah di sebut ventral. Organ seksual tumbuh terjadi di permukaan bagian dorsal. Tubuh tumuhan ini menutupi tanah, berpaut pada tanah dengan rizoid yang berbentuk benang. Rizoid itu semacam rambut akar, pada tumbuhan tinggi tetapi berlawanan denganya, biasanya tumbuh pada generasi gametofit.
Tubuh tumbuhan kelompok pertama(lumut hati bertalus) menujukan cirri-ciri tertentu yang berkembang secara perlahan dari tumbuhan darat tanpa pembuluh yang tidak di miliki oleh tumbuhan yang tidak dimiliki oleh nenek moyangnya yang hidup di air. Di antaranya adalah rizoid dan bagian lain yang beradaptasi terhadap daratan, sepertihalnya adanya jaringan kutikula yang menutup lapisan epidermis, dan spora berdinding tebal yang di sesuaikan  dengan penyebaran melalui udara.
a.       Lumut Hati Berdaun
Kelompok tumbuhan yang terbesar ini diantara lumut hati kadang-kadang disebut juga lumut sisik. Umumnya tumbuh subur pada balok-balok kayu, tanah lembab atau t7umbuh sebagai epifit pada batang atau cabang pohon. Contoh dari kelompok ini adalah Porella.  Tubuh tumbuhan ini khas dorsiventral, dan tersusun dari suatu sumbu dengan bentuk-bentuk seperti pada daun. Tidak ada atau sedikit saja diferensiasi internal dalam jaringannya. Struktur yang seperti daun itu tumbuh lateral pada kedua sisi sumbu. Dunia lateral kadang-kadang terbagi menjadi dua bagian.
Daun tingkat ketiga muncul dari permukaan ventral. Terkadang-kadang lumut hati berdaun dikeluarkan dengan lumut sejati, tetapi dapat diperbedakan jika diperhatikan struktu vegetativnya secara berhati-hati. Lumut sejati bentuknya simetri radial, artinya daun-daunnya melekat sekeliling batang, berlawanan dengan lumut hati yang telah dujelaskan di atas. Selain itu, lumut sejati mempunyai tulang tengah yang tidak terdapat pada lumut hati.
Organ seksual macam lumut ini tumbuh pada generasi gametifit. Anterida tumbuh pada ketiak daun dan arkegonia tumbuh di ujung, pada apeks pucuk utama atau cabang-cabangnya. Sporofit dilengkapi dengan kaki, tangkai, dan kapsul, yang membuka dengan empat katup.
B. Marchantia
Struktur talus kelompok ini lebih komplrks dibandingkan dengan Riciciocarpus. Talusnya (gametofit) lebih terspesialisasi, dan organ seksual betina pada banyak spesies muncul di atas talus yang bertangkai yang disebut reseptakel. Juga anteridia terdapat pada dasar buah yang bertangkai. Marchantia polymorpha adalah suatu tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar, terutama di daerah yang lembab. Dalam keadaan demikian tumbuhan itu dapat berkembang dengan subur menjadi hamparan padat selama bertahun-tahun, secara berangsur digantikan oleh lumut, rumput, dan semaiaan tumbuhan berkayu. Dalam kondisi seperti itu, talus tumbuhan ini menyebar berbentuk pita di atas permukaan tanah dan didukung dengan banyak sekali rizoid. Permukaan talusnya terdiri dari lempengan yang berbentuk intan, yang menunjukan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan melalui talus menunjukan ruang udara di bagian atas yang dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui pori yang menyerupai cerobong, analog dengan stoma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal talusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati.
Reproduksi seksual pada Marchantia melibatkan dua jenis tumbuhan, yaitu tumbuhan jantan, yang mengandung reseptakel anteridium dan tumbuhan betina yang mengandung reseptakel arkegonium. Tangkai yang mendukung dasar bunga (reseptakel) itu tumbuh pada cabang vertical talusnya. Dasar bunga betina agak melebar dan berbentuk payung, dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya jumlahnya Sembilan dan sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk kebawah. Dasar bunga jantan bentuknya seperti cakram, dengan tepi-tepi berbentuk cangkang remis. Anteridia terpancang pada permukaan atas. Penyerbukan berlangsung sebelum terjadinya pemanjangan tangkai dasar bunga. Anteridia merekah di ujungnya, dan sperma melepaskan diri dengan bantuan air hujan kea rah arkegonia yang dekat tumbuhan tersebut. Penyerbukan selanjutnya berlangsung seperti pada Ricciocarpus.
Generasi sporofit dimulai dari telur yang sudah dibuahi, kemudian tangkai dasar bunga bertambah panjang. Zigot membagi-bagi diri secara berulang-ulang membentuk janin yang multiselular di dalam arkegonium, yang membesar dengan pertumbuhan janin. Selama perkembangan janin, kelubung yang berbentuk tabung tumbuh dari dasar setiap arkegonium dan mengelilingi janinnya. Sehelai jaringan juga tumbuh arah ke bawah pada setiap sisi barisan arkegonium.
Pada mulanya, janin berbentuk bola tetapi segera bagian pangkalnya, kaki, tumbuh ke dalam jaringan reseptakel dan berfungsi sebagai organ untuk absorpsi. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok menjadi alur secara vertikal, dan menjadi elater, yaitu benang-benang memanjang dengan dinding dalam terpilin. Setelah meiosis dan terbentuknya tetrad spora, tangkainya memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah, dan kapsul terdorong ke bawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka menyebarkan massa spora seperti kapas dengan pertolongan angin. Lepasnya spora dari kapsul dibantui oleh elater, yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul, elater menggulung, menjadi kering, dan mengadakan gerakan sentakan yang melemparkan spora ke udara.
Pada tahap-tahap awal perkembangannya, generasi sporofit Marchantia seluruh hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam hal nutrisinya. Meskipun demikian, lebih kemudian tangkai, dinding kapsul, elater, dan bahkan kaki sporofit menjadi hijau. Sel-sel jaringan-jaringan tersebut berisi kloroplas amat banyak dan  mampu mengadakan fotosintesis. Sebagian besar kloroplasnya mengandung butir-butir pati. Bila sporofit itu matang, kloroplas menjadi luruh.
Di samping mengadakan reproduksi seksual dengan spora, banyak di antara spesies lumut hati ini berkembang biak secara vegetative. Setelah bagian tumbuhan yang sudah tua mati pada pangkal percabangan talus, maka kedua cabang yang ada tumbuhan menjadi tumbuhan tersendiri. Pada beberapa lumut hati, terima kasih Marchantia, terdapat juga struktur khusus untuk reproduksi vegetative yang dinamakan gemma. Gemma ini tumbuh pada talus bagian atas. Pada Marchantia, kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupulla. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan dapat terbawa agak jauh dari tetuanya. Bilamana gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid, lalul talus yang baru akan berkembang.
Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantiales polymorpha. Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain dari itu pada sisi bawah talus terdapat rizoid-rizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai penebalan kedalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh air. Jika dilihat dari atas, talus itu kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak didalam talus terdapat suatu ruangan udara, dan ditengah petak terdapat suatu liang udara yang menghubungkan ruangan udara dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggih talus untuk mencegah masuknya air. Dinding liang itu terdapat dari  empat cincin, masing-masing cincin terdiri dari empat sel. Pada marga tertentu sel-sel cincin yang paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan menutup. Pada dasar udara terdapat sel-sel yang mengandung kloroplas dan merupakan jaringan asimilasi. Sel-sel lainnya, bahkan sel-sel epidermis pum mempunyai klorofil, tetepi tidak seberapa. Bagi dunia tumbuhan hal itu merupakan perkecualian, karena biasanya gametofit tidak mempunyai aparat asimilasi yang sedemikian sempurnanya.
Sisa jaringan talus  berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil atau sangat miskin akan klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan, sebagian mengandung minyak. Pada sisi bawah parekrim, tempat penimbunan makan cadangan  bahan tersebut tertutup oleh selapis sel-sel. Pada sisis atas usuk tengah, umumnya terdapat badan-badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang merupakan piala eram atau keranjang eram, dengan didalamnya sejumlah kuncup-kuncuperam. Badan-badan tersebut berguna sebagai alat perkembangbiakan vegetative bagi gametofit.
Gametangium Marchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tubuh bergerak. Bagian cabang talus tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam dukungan itu terdapat suatu saluran dengan benang-banang rizoid. Bagian atas cabanh tadi berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu, hingga akhirnyamembentuk suatu suatu badan seperti bintang. Tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi Marchantiales berumah dua. Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor. Pendukung arkegonium disebut arkefoniofor.
Pendukung gametangium O menyerupai suatu cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat ruang-ruang terbentuk botol yang bermuarah pada permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil . ruang-ruang itu berisi anteridium dan satu sama lain terpisah oleh jaringan yang mengandung ruang-ruang udara.dengan perantara
Anteridium pada lumut hati ini tejadi sebagai berikut. Salah satu sel pada permukaan membelah menjadi beberapa segmen dengan perantara sekat-sekat melintang .masing-masing sigmen membelah menjadi empat sel oleh sekat-sekat yang tagak lurus pada asekat-sekat yang dibuat pertama-tama. Sel-sel yang letaknya dipinggir kemudian menjadi dinding anteridium, yang letaknya dibagian dalam merupakan sel-sel spermatogen yang kemudian menghasilkan spermatozoid . jika anteridium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi lendir dan mengembang, hingga spermatozoid- spermatozoid dapat keluar dan terkumpul dalam suatu tetes air hujan yang terdapat diatas cakram pendukung gametangium tadi.
Pendukung gametangium ♀ terakhir dengan suatu badan berbentuk bintang. Segi-segi bintang  itu biasa berjumlah 9, tepinya melipat kebawah, sehingga sisi atas bagian yang mendukung arkegonium itu menghadap kebawah pula. Akibatnya arkegonium seakan-akan terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang tadi. Letak arkegonium pada pendukungnya berdekatan menurut arah jari-jari.
Tiap baris diselubungi oleh selaput yang bergigi yang dinamakan periketium. Pada pembentukan arkegonium suatu sel yang permukaan pun menjadi dua. Sel yang bawah akan menjadi tangkai dan yang atas membalah lagi membujur hingga menjadi empat sel. Tiga sel terdapat dipinggir, sedang yang satu ditengah-tengah lalu membelah lagi melintang, membentuk sel tutup dan sel dalam. Ketiga sel yang diperut dan leher arkegonium. Dari sel dalam akhirnya membentuk sel telur, sel saluran perut dan sel-sel saluran leher.
Pembuahan berlangsung dalam cuaca hujan. Oleh percikan air hujan cairan yang mendukung spermatozoid terlempar dari anteridiofor ke arkegoniofor, sel-sel epidermis badan pendukungarkegonium mempunyai papila dan membentuk sistem kapiler pada permukaan air tersebut, yang memudahnkan  terpelincirnya spermatozoid kedalam arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung arkegonium mempunyai papila dan membentuk suatu sistem kapilar pada permukaan alat tersebut, yang memudahkan tergelincirnya spermatozoid masuk ke dalam arkegonium. Spermatoziod itu bereaksi kemotaksis terdapat zat putih telur.
Setelah selesai pembuahan, zigot berkembang menjadi embrio terdiri dari banyak sel, dan akhirnya merupakan suatu sporogonium bertangkai  pendek, kecil berbentuk jorong, dan berwarna hijau, seerti padaes, sel teratas hasil pembelahan zigot yang pertama, akhirnya berkembang menjadi kaki dan tangkai sporogonium. Karena ada dinding-dinding parikrinal, sel-sel dalam kapsul dapat dibedakan dalam sel-sel arkespora membelah menjadi dua sel, yang sempit (kecil) yanglainya lebar, sel anakan yang lebar itu ada yang langsung merupakan sel induk spora yang membelah lagi beberapa kali sebelum menjadi induk spora, sel yang kecil tumbuh menjadi sel-sel yang panjang berbentuk seperti serabut, berdinding lunak, tetapi mempunyai penebalan-penebalan berbentuk spiral yang dinamakan elatera.setelah kapsul spora membuka, elatera dapat bergerak dengan suatu mekanisme kohesi yang membantu pengeluaran spora dari kapsul tadi.
Pada Marchantia kapsul spora itu mempunyai dinding yang terdiri dari selapis sel, dengan penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul, dindingnya terdiri dua lapis sel. Di tempat itu kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah, dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi pada perkembangan sporogonium. Selain dari itu tiap kapsul juga di selubungi suatu selaput tipis yang berasal dari tangkai arkegonium. Kapsul spora marchantiales dapat menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika jatuh di tempat yang cocok akan bertambah menjadi protonema yang berupa benang pendek yang mengandung klorofil, dan selanjutnya berkembang membentuk talus yang karakteristik  bagi Marchantiles tersebut.
Suku Marchantiaeceae dengan contoh-contoh:
-                 Marchantia polymorpha, dulu dipergunakan sebagain bahan obat obat penyakit hepar(hati). Dari sebab itu lumut ini dinamakan lumut hati,
-                 M. geminatai
-                 Reboulia hemispherica.
Suku Ricciaceae, contoh-contoh Riccia Fluitans, R. nutans, R. trichocarpa.
C. Lumut hati bertalus
Kelompok tumbuhan ini menarik karena bentuknya bercabang-cabang. Setiap kali kali talu membagi diri, pembagianya mengarpu menjadi dua cabang yang sama atau lebih. Pertumbuhanya terjadi melalui aktifitas dari satu atau lebih sel ujung yang ada pada lekukan-lekukan talus. Talus bercabang ini bentknya serupa dengan hati mamalia, oleh karena itu dinamakan lumut hati atau hepaticeae.
Contoh dalam kelompok ini antara lain adalah Ricciciocarpus natans biasanya tumbuh terapung di air atau pada tanah yang lembab. Berbaga spesies Riccia, yang lebih banyak cabangnya, dan biasanya membentuk raset bila tumbuh pada tanah lembab. Recciciocarpus dan Riccia yang bekerabat dekat merupakan lumut hati yang sederhana. Sifat sederhana ini agaknya kerena reduksi pada bentuk nenek moyangnya yang jauh lebih komplek dan bukan merupakan sifat primitive yang menurun.
Setelah spora Ricciciocarpus berkecambah, terjadi perkembangan talus berbentuk hati yang lebarnya lebih kurang 1 cm. masa besar talusnya mengapung pada permukaan air kolam dan sungai kecil yang mengalir lambat. Pada bagian ventral terdapat beberapa rizoid dan banyak sekali sisik yang berwarna kecoklat-coklatan. Keduanya berfungsi untuk absorbsi air bila tumbuh di atas tanah, rizoid bertambah banyak dan jumlah sisik-sisik di permukaan dorsal talus itu terdapat pori yang terbuka dan merupakan ruang udara yang internal.
Reproduksi tumbuhan ini di lakukan melalui fragmentasi talus dan melalui spora yang di bentuk pada proses seksual. Organ seksual pada Ricciciocarpus terdapat pada dasar alur-alur di bagian dorsal talusnya. Arkogenium yang merupakn organ betina, berbentuk botol atau labu. Dan berisi sel telur di dasarnya. Di atas sel telur terdapat semacam sumbat yang di namakan sel kanal ventral. Leher labu arkegonium berisi sederetan sel yang di namakan sel kanal leher. Anteridium bentuknya oval dengan dinding satu lapis sel. Dinding yang berbentuk pagar ini melingkupi masa sel yang amat kecil yang berkembang menjadi sperma atau sel jantan atau di sebut juga anterozoid.
Sel telur yang sudah di buahi mengalami pembesaran dan di bungkus dengan membrane selulosa yang tipis. Hasil perkawinan, yaitu zigot, menjalani serangkaian pebelahan sel dan membentuk suatu masa sel yang bundar yang di sebut janin (embrio). Sel-el janin pada permulaanya sama,tetapi akhirnya lapisan sel yang paling luar menjadi lebih jelas di bandingkan dengan bagian yang di tutupinya. Lapisan paling luar disebut dinding kapsul. Ketika janin menjadi matang, sel-sel dalam kapsul terpisah-pisah menjadi bulat, dan berfungsi menjadi sel induk spora. Bersamaan dengan pembesaran janin, dasar arkegonium berkembang menjadi setebal dua sel.
Setiap sel induk spora di dalam kapsul spora menjalani meiosis sehingga menjdi 4 spora. Pada Ricciciocarpus, jumlah kromosom pada sel telur yang sudah di buahi sel induk spora, dan sel-sel kapsulnya ialah delapan. Oleh karena itu jumlah n setiap spora setelah meiosis adalah empat. Pada lumut hati yang lain, umumnya ialah n=8 dan 2n=16.
Spora yang di bentuk dari sel induk spora cenderung membentuk kumpulan yang bundar yang terdiri dari empat spora, kumpulan ini disebut tetrad. Bersamaan dengan masaknya spora, kapsul juga pecah sehingga gerakan spora menjadi lebih bebas. Akhirnya spora terlepas kerena talus membusuk, dan berkecambah pada musim yang berikutnya.
Siklus hidup Ricciocarpus sebagaimana tampak adalah gambaran umum siklus hidup semua lumut hati dan lumut sejati. Spora, tubuh tumbuhan, organ seksual, dan gamet-gamet semuanya terdapat pada generasi gametofit atau generasi n. setelah penyerbukan dan pengandaan jumlah kromosom, tumbuhlah zigot yang terkembang menjadi kapsul yang berisi sel induk spora. Struktur ini merupakan generasi 2n. generasi gametofit pada semua lumut hati dan lumu sejati adalah autotrof. Embrio, kapsul, dan induk spora pada Ricciocarpus mengandung klorofil, tetapi tidak terbentuk pati dan tidak ada bukti bahwa buat bahan makanan di dalamnya. Perkembangan generasi sporofit bergantung pada generasi gametofit dalam hal keperluan air, dan sebagian besar, mungkin semua, bahan makanan untuk pembentukan dan pematangan spora. Pada lumut hati dan lumut daun yang lain, generasi sporofit dapat memproduksi sejumlah makanan. Oleh karena itu tidak seluuhnya bergantung pada generasi gametofit.

MODUL ALGAE

DIVISI CHLOROPHYTA
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam divisi chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumubuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.
Gangang hijau meliputi sebanyak sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun di darat. Sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas bagi gangang air tawar. Gangang hijau tidak menunjukkan derajat diferensiasi yang tinggi, sebatang tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel tunggal atau juga koloni-koloni yang berfilamen atau tanpa filamen. Pada beberapa genus misalnyaselada laut (Ulva) dan semak batu (Nitelia chara), tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih kecil jika dibnadingkan gangang merah dan gangang coklat yang berukuran besar sekalipun. Gangang hijau sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau melekat.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun phitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dibandingkan sengan nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel Chlorella masih pula memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam divisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan chloroplas. Menurut Levavaseur (1989), bahwa pigmen-pigmen photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan mengandung siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan berupa pati.
Gangang hijau dapat dijadikan tumpuan utama dalam mempelajari evolusi, khususnya sebagai titik tolak garis evolusi, karena tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di darat dan umumnya sedemikian terspesialisasinya, mungkin berasal dari gangang hijau purba. Bentuk-bentuk gangang hijau tertentu yang hidup sekarang ini mewakili tingkatan-tingkatan dalam evolusi tersebut, karena kemungkinan besar bahwa banyak gangang yang hidup sekarang telah mengalami perubahan hanya sedikit dalam kurun waktu geologis yang panjang dan boleh dikatakan tetap tinggal primitif. Jenis-jenis seperti itu tidak membentuk tipe-tipe yang lebih maju dan hanya dapat diwakili cabang-cabang rendah pada pohon evolusi. Teapi karena jenis gangang itu juga mewakili peranan tumbuhan purba dalam sejarah kehidupan organisme, maka tumbuhan ini tetap berfaedah sebagai bahan studi. Maka dalam pembahasan tentang gangang hijau ini, dapat kita pertimbangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya evolusi bagi jenis-jenis lain serta tipe-tipe gangang yang lebih maju, dan petunjuk-petunjuk apa saja yang dapat memberikan sifat-sifat nenek moyang yang diturunkan kepada berbagai macam tumbuhan di muka bumi ini.
Ciri Umum Chlorophyta
  1. HABITAT
Chlorophyta atau alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan Siphonales. Gangang hijau atau chlorophyta meliputi sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun yang hidup di darat, sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas sebagai gangang air tawar. Bahkan ada jenis-jenis Chlorophyta yang hidup pada tanah-tanah yang basah, bahkan diantaranya tahan akan kekeringan, sebagian juga lainnya hidup bersimbiosis dalam Lichenes, ada lagi yang interseluler pada binatang rendah.
Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti: kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (sungai atau selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohin yang lembab (Protococcus dan Trentepolia). Beberapa anggotanya hidup di air mengapung tau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan atau hewan.
  1. SUSUNAN TUBUH
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:
  1. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas
  2. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
  3. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
  4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
  5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium
  • Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora
  1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
  2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva
  3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa
  1. SUSUNAN SEL
Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandungselulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel Caulerpales mengandung xylhan atau mannan. Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain disusn oleh selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel terbut juga biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat butir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati.
Gambar Bagian – bagian sel dari Divisi Chlorophyta
Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta berbagai macam xantofil, luten, violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas di dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel (parietal), contoh : Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh : Muogothia. Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zignematales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga merupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.
Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu penting untuk klasifikasi dalam tingkatan marga. Variasi bentuk kloroplas sebagai berikut :
  1. Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas
  2. Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix
  3. Bentuk cakram, contoh : Chara
  4. Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
  5. Bentuk spiral, contoh : Spirogyra
Inti Sel
Inti dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi diselubungi membran inti dan terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal, tetapi beberapa anggota misalnya jenis yang tergolong dalam bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.
Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan amilum seperti pada tumbuhan tinggi tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Seringkali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid dan jenis yang demikian ini merupakan golongan Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah pirenoid umumnya dalam tiapel tertentu dan alat digunakan sebagai taksonomi.
Flagel
Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:
  1. Pergerakan dengan flagela
Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagela pada kelas Chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat luas disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagela disebut blepharoplas. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2, flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.
  1. Pergerakan dengan sekresi lendir.
Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.
Perkembang biakan
Reproduksi seksual merupakan salah satu ciri yang paling terkemuka pada tumbuhan darat. Sudah barang tentu aspek tunbuhan ini merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena buah dan biji sebagai bahan makananya hanya dihasilkan sebagai akibat proses seksual. Karena itulah sangat menarik untuk mencoba mengenali tingkatan-tingkatan yang menuju ke arah metode pembiakan secara sexual yang telah sedemikian terspesialisasinya dan sekarang hal ini merupakan ciri khas bagi tumbuhan tingkat tinggi.
Kita dapat mencari diantara ganggang ini bentuk – bentuk yang mewakili tingkatan evolusi yang dijalani tumbuhan dalam hal metode reproduksi sexual yang lebih maju. Dalam hubungan ini, baik Ulothrix maupun Oedogonium, kedua-duanya mempunyai arti yang memadai. Ulothrix mewakili metode reproduksi sexual yang primitif, yaitu gamet – gamet motil yang bentuk luarnya serupa keluar dari sel-sel induknya yang tidak bersifat khusus dan akhirnya saling melebur diri dalam air. Oedogonium sebaliknya, memperlihatkan adanya evolusi dalam hal dierensiasi seksual (oogami), yaitu terbentuknya gamet-gamet yang tidak serupa, telur besar nonmotil dan sperma motil yang lebih kecil. Tambahan lagi tumbuhan ini mempunyai alat kelamin oogonium dan anteridium yang terbentuk secara khusus dan dapat dibedakan dari sel-sel vegetatif tubuh gangang tersebut. Proses peleburan gamet tidak lagi berlangsung dalam air setelah gamet itu dilepaskan dari sel-sel induknya. Telur yang nonmotil tetap dipertahankan pada sel tetuanya, dan sperma harus berenang menuju telur agar pembuahan dapat berlangsung. Janganlah diduga bahwa Ulothrix dan Oedogonium itu sendiri merupakan nenek moyang tumbuhan tingkat tinggi, namun memang terdapat ciri – ciri dalam siklus hidupnya yang menunjukan tingkatan evolusi tumbuhan biji yang hidup dewasa ini.
Pada tumbuhan tingkat tinggi tumbuhan biji tertutup, tumbuhan biji terbuka, dan lain-lainnya, oogami merupakan ciri tetap. Tumbuhan dapat yang paling primitif, berpembuluh ataupun tidak, kesemuanya mengadakan oogami. Karena Oedogonium, dapat mewakili suatu tingkatan evolusi yang prosesnya boleh jadi dicapai selama perpindahan cara hidup dari tumbuhan dalam air menuju tumbuhan darat, namun hal itu juga sekaligus memperlihatkan adanya potensi untuk mengembangkan diferensiasi seksual, yaitu suatu sifat yang hakiki pada gangang.
Berdasarkan berbagai pengertian dan pembahasan diatas maka secara umum perkembangbiakan ganging hijau dapat dibagi kedalam tiga cara, yaitu :
  1. Secara vegetative
Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan juga melakukan pembelahan sel.
  1. Secara Asexual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama poses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk mempertahankan diri.
Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara asexual terjadi dengan pembentukan zoospore, yang berbentuk buah per dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa rambut- rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah, dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
Selain dengan zoospora, perkembangbiakan secara asexual dilakukan dengan pembentukan :
  1. Aplanospora
  2. Hipnospora
  3. Autospora
3. Secara sexual
Perkembangbiakan secara sexual banyak dijumpai yaitu : isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe diolohaplonthik.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menunjukan kea rah anisogami. Pada tipe anisogami masing – masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama, sedangkan yang lebih maju yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing – masing jenis telah menunjukan perbedaan baik ukuran maupun bentuknya.
Pergiliran Generasi
Tidak hanya asal usul reproduksi sesual tetapi juga tentang asal – usul pergiliran generasi yang erat hubunganya dengan proses seksual, pada ganging pun dapat diikuti jejaknya. Pada siklus hidup tumbuhan biji tertutup, fase yang paling terkemuka dan dominan yaitu tumbuhan itu sendiri termasuk generasi sporofit atau generasi diploid. Hal ini juga berlaku bagi semua tumbuhan berpembuluh lainnya. Generasi gametofit yang berikutnya merupakan fase dalam siklus hidupnya yang tidak menonjol dan fase tereduksi (berumur singkat).
Meskipun demikian, tubuh tumbuhan tidak selalu merupakan gase diploid. Pada gangang terdapat hal yang sangat beragam pada sifat ke dua generasinya. Tubuh tumbuhan kebanyakan koloni gangang hijau yang berfilamen dan yang tidak termasuk generasi haploid atau gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid, atau gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid yang dapat saling melebur diri membentuk zigot. Zigot ini merupakan sporofit, karena meiosis terjadi pada zigot berkecambah. Pada Oedogonium misalnya, telur yang telah dibuahi merupakan satu – satunya sel diploid, sedangkan kesemua struktur lain pada tumbuhan tersebut meliputi filament, zoospore asexual, gamet, dan spora – spora yang terbentuk sesudah meiosis, termasuk generasi gametofit.
Pada Spirogyra pada saat terjadinya perkecambahan, nucleus zigospora berkembang menjadi empat nucleus, masing – masing dengan jumlah kromosom n (haploid). Tiga dari keempat nucleus itu gugur, namun nucleus yang keempat menjadi nucleus sel pertama filament yang baru. Asal – usul tubuh tumbuhan tinggi yang bersifat diploid tidak dapat di cari diantara spesies semacam itu, karena semua struktur vegetatifnya termasuk generasi gametofit.
Di antara tipe – tipe siklus hidup yang dijumpai pada gangang ialah yang generasi diploidnya merupakan fase menyolok dalam siklus hidupnya, sedang generasi haploid menjadi terdesak dan ada kemungkinan sangat tereduksi. Siklus hidup semacam itu, yang mendekati daur hidup tumbuhan biji, terutama ditemukan di antara gangang coklat. Pada tipe ketiga kedua generasi tidak tergantung sesamanya, dan banyak persamaanya sampai kepada ukurannya. Siklus hidup semacam itu dijumpai pada gangang hijau tertentu, beberapa jenisgangang coklat, dan kebanyakan gangang merah. Bagaimanapu, gangang mrah dan coklat tidak dapat diterima sebagai nenek moyang suatu bentuk kehidupantumbuhan tingkat tinggi. Perlengkapan untuk fotosintesis golongan gangang tersebut tidak serupa dengan yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi, dan kedua macam algae tersebut telah menjadi sedemikian terspesialisasinya sesuai dengan kehidupan di laut.
Secara umum dari bahasan diatas pergiliran generasi atau keturunan dari gangang hijau dapat dibedakan menjadi :
  1. Isomorf (tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit)
  2. Heteromorf (tumbuhan sporofit tidak sama dengan tumbuhan gametofit)
Pola Daur Hidup
Ada 2 macam pola daur hidup, yaitu :
  1. Haplobiontik yaitu selama pergiliran keturunannya golongan tumbuhan ini hanya mempunyai satu macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid.
  2. Diplobiontik yaitu tumbuhan yang di dalam pergiliran keturunannya mempunyai 2 macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid dan tumbuhan yang bersifat diploid.
Menurut Smith (1955) klas dari Chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu :
  1. Volvocales
  2. Tetrasporales
  3. Ulotrichales
  4. Oedogenales
  5. Ulvales
  6. Schizogonales
  7. Chlorococales
  8. Siphonales
  9. Siphonacladades
  10. Zygnematales
Sedangkan menurut Mattox dan Stewart (1984), ada 5 klas Chlorophyta yaitu :
  1. Micromunadophyceae
  2. Charophyceae
  3. Ulvophyceae
  4. Pleurastrohyceae
  5. Chloophyceae
Klas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 9 bangsa (ordo), yaitu :
  1. Volvocales : sel – sel flagelata dan berkoloni dinding glicoprotein
  2. Tetrasporales : aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagelata nonmotil, sel -sel
dengan vacuola contractile, tibih basal dan bentuk mata, dinding
glicoprotein
  1. Chlorococcales : sel -sel nonmotile, agregasi dan berkoloni sel – selnya tampak
Vacuola contractile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk paa tahap reproduksi saja.
  1. Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel.
  2. Ulvales : parenchymatous sel
  3. Oedogonialies : filament – felamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel
Uninucleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous zoospora dan sperma.
  1. Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel
Multinicleat, filamen atau sascate thalli
  1. Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus;
Siphonaxanthin; dinding selulosa, mannans atau xylan.
Beberapa Contoh Species Divisi Chlorophyta
  1. Desmid
Desmid adalah gangang hijau yang hidup di air dan dapat mengapung bebas, kebanyakan bersel tunggal, meskipun kadang – kadang sel – selnya saling bertautan dari ujung ke ujung untuk membentuk suatu koloni seperti filament. Kebanyakan desmid itu mempunyai tanda – tannda khasberupa penyempitan di bagian tengah yang membagi sel menjadidua bagian sama besar, masing – masing mengandung satu atau dua kloroplas besar. Banyak sekali spesies desmid telah diketahui. Tempat tumbuhnyatersebar luas dan umum terdapat di kolam – kulam dan danau – danau.
  1. Ulothrix
Pada gangang ini filamennya juga tidak bercabnag-cabang, melainkan terdiri dari sebaris sel yang silindris dan pendek berkaitan pada ujung pangkalnya. Sel pangkal biasanya berubah menjadi pelengkap. Tumbuhan ini dijumpai menempel pada batu – batuan dan benda lain dalam sungai kecil dan danau, tetapi juga terdapat dalam masa yang terapung bebas, sebagaimana Spirogyra di permukaan air. Setiap sel hanya mengandung kloroplas yang bentuknya seperti sabuk yang terbuka pada kedua ujungnya. Kloroplas itu dapat mengambil bentuk silinder yang sempurna atau hanya sekitar sebagian selnya, dan mengandung satu atau beberapa pirenoid. Reproduksi asexual pada Ulothrix berlangsung dengan fragmentasi dan zoospore. Pembentukan zoospore pada Ulothrix dapat dikemukakan sebagai contoh dipertahankannya sifat nenek moyang dalam ontogeny lebih kemudian ke tumbuhan yang bersangkutan. Zoospore Ulothrix dengan demikian dapat mewakili tingkatan permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak, tingkatan tersebut merupakan periode pertumbuhan bersel tunggal dan serupa dengan golongan flagelata yang hidup sekarang. Ulothrix, bilamana berkembangbiak dengan zoospora, dengan demikian dapat memberikan bukti mengenai nenek moyang golongan flagelata.
  1. Spirogyra
Studi tentang gangang berfilamen dimulai secara tepat dengan pertimbangan beberapa spesies tumbuhan yang dikenal sebagai spirogyra, yang berukuran besar, mudah diidentifikasi, dan mempunyai daerah penyebaran yang luas. Tmbuhan ini, yang membentuk massa berwarna hijau cerah di permukaan kolam dan sungai beraliran tenang, kerap kali disebut kekam kola. Benang – benangnya tidak bercabang. Setiap sel mengandung sebutir kloroplas, atau pada beberapa spesies bahkan dapat lebih banyak. Kloroplas yang umumnya besar itu terikat dalam sitoplasma tepat di dalam dinding sel. Plastid itu merupakan badan seperti pita dengan tepi – tepi tidak rata, berpilin – pilin dari pangkal sampai ke ujung sel. Pirenoid – pirenoid yang dikelilingi oleh butiran pati, terikat dalam plastid pada selang waktu yang beraturan dan merupakan cirri – cirri menyolok pada selnya. Sitoplasma mengelilingi vakuola besar di pusat. Nukleus, yang dikelilingi suatu kelubung sitoplasma, terdapat di tengah – tengah sel, yang dihubung – hubungkan oleh untaian sitoplasma meluas sampai vakuola dan lapisan sitoplasma di tepi. Reprodukso aseksual pada Spirogyra, ternyata amat sedrhana, Karen setiap sel akan tumbuh dan membentuk suuatu filament. Karena pengaruh aliran air atau pemberian makanan kepada ikan atau binatang yang kecil akan memungkinkan fragmentasi sehingga terbentuk taaman – tanaman baru. Repoduksi seksual menyertakan peleburan dua gamet nonmotil biasanya berasal dari dua filamen yang berainan, lalu menghasilkan zigospora bulat atau bulat telur. Bilamana ada dua filament berdekatan, maka zat berlendir akan melekat padanya. Dari setiap sel yang berhadapan akan tumbh papilla yang disebut tunas.
  1. Protococcus
Organism ini adalah salah satu dari gangang hijau bersel tunggal yang paling umum ditemukan di mana – mana, hidup di darat, tumbuh sebagai selaput tipis berwarna hijau pada batu – batuan yang selalu lembab, dinding, tongak -tongak pagar, dan dengan pohon. Selnya bulat dan mengandung satu kloroplas besar dan tercuping tepat di dalam dinding sel. Satu – satunya cara perkembangbiakan yang diketahui adalah dengan pembelahan sel, yang dapat berlangsung pada salah satu dari ketiga bidang belahnya. Sel – sel anak yang terbentuk dapat memisahkan diri atau dapat pula tetap tinggal berlekatan untuk sementara dalam kelompok yang terdiri atas dua, empat, delapan sel atau bahkan lebih. Protococcus dianggap anggota family gangang berfilamen yang mengalami pertumbuhan teredeksi dengan demikian tidak mempunyai arti penting adlam evolusi tumbuhan tungkat tinggi. Gangang bersel tunggal lainnya yang agak serupa dijadikan contoh untuk mewakili tingkat permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak.
  1. Oedogonium
Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh dengan pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang. Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperi jala, dengan banyak sekali pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium.
Peranan Chlorophyta
Chlorophyta mempunyai peranan di dalam kehidupan sebagai :
  1. Produsen dari ekosistem air
  2. Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorela (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E)
  3. Beberapa spesies ganggang hijau biru dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan alternative, misalnya Spirulina sp.
  4. Beberapa spesies ganggang hijau – biru yang bersimbiosis dapat menambat (fiksasi) nitrogen bebas , sehingga menambah kesuburan tanah, misalnya : Anabaena azollae.
  5. Chlorella digunakan untuk makanan suplemen, obat-obaatn, dan kosmetik
DIVISI CHRYSOPHYTA
Pendahuluan
Chrysophyta, divisi (divisi) dari unicellular organisme laut atau air tawar dari kerajaan Protista terdiri dari diatoms (kelas Bacillariophyceae), emas, atau emas-coklat, alga (kelas Chrysophyceae), dan kuning-ganggang hijau (kelas Xanthophyceae). Dalam banyak chrysophytes dinding sel terdiri dari selulosa dengan silika dalam jumlah besar. Beberapa memiliki satu atau dua flagella, yang dapat sama atau berbeda-beda. Beberapa bentuk jenis ameboid adalah tanpa dinding sel. Penyimpanan produk makanan dari chrysophytes adalah minyak atau polysaccharide laminarin. Sebelumnya diklasifikasikan sebagai tanaman, yang chrysophytes berisi photosynthetic pewarna klorofil a dan c; tetapi semua-ganggang hijau kuning juga mengandung carotenoid pigmen fucoxanthin. Dalam beberapa keadaan diatoms akan mereproduksi secara seksual, tetapi yang biasa adalah bentuk reproduksi sel divisi. Yang diatoms dan emas-Ganggang coklat yang sangat penting sebagai komponen dari plankton dan nanoplankton yang membentuk dasar dari rantai makanan laut
Chrysophytes, atau emas Ganggang, umum adalah mikroskopis chromists di air tawar. Beberapa spesies adalah warna, namun sebagian besar adalah photosynthetic.. Oleh karena itulah, terutama penting di danau, di mana mereka dapat sumber utama untuk makanan zooplankton.. Mereka tidak dianggap benar-benar autotrophic oleh beberapa ahli biologi karena hampir semua chrysophytes menjadi facultatively heterotrophic karena tidak cukup cahaya, atau di hadapan banyak makanan dibubarkan.. Bila ini terjadi, yang chrysoplast atrophies dan alga Mei gilirannya predator, makan pada bakteri atau diatoms.
Ada lebih dari seribu dijelaskan jenis emas Ganggang, kebanyakan mereka bebas-kolam dan unicellular, tetapi ada berserat dan bentuk penjajahan.. Lain chrysophytes dikeluarkan bagian dalam kehidupan mereka sebagai amoeboid sel. Pada bagian kiri dan pusat di atas adalah gambaran Dinobryon, sebuah genus air tawar di mana individu adalah sel-dikelilingi oleh vas berbentuk loricae, terdiri dari chitin fibrils dan lain polysaccharides.. Koloni yang tumbuh sebagai Branched atau unbranched rantai.. Sebuah bentuk bulat kolonial, Synura, adalah di sebelah kanan; permukaan sel ini dilindungi oleh silika skala.. Spesies yang memproduksi siliceous coverings mungkin bristles atau skala cukup dengan struktur kompleks.. Beberapa kelompok peneliti yang chrysophytes dengan silika dalam skala jenis / takson terpisah, yang Synurophyceae.
Tertua yang dikenal chrysophytes dari calcareous dan siliceous deposito dari Cretaceous usia, tetapi mereka sampai mereka keragaman terbesar di Miocene. Grup sebenarnya memiliki cukup lengkap catatan fosil, karena sebagian besar air tawar chrysomonads rahasia istirahat cysts dari silika, yang mungkin banyak tersedia dalam beberapa batu – dalam beberapa Paleocene deposito, chrysophyte cysts melebihi jumlahnya yang diatoms!. Fosil yang chrysophytes, seperti yang diatoms dan coccolithophorids, sering digunakan sebagai indikator untuk kembali paleoecological kuno lingkungan.
Sekarang umumnya percaya bahwa Chrysophyta adalah kelompok heterogen, mungkin paraphyletic.. Beberapa kelompok sebelumnya termasuk di sini telah diberikan pengakuan terpisah, seperti Raphidiophyceae, Eumastigophyceae, Xanthophyceae, Silicoflagellata, Sarcinochrysophyceae, dan lain-lain.. Namun, sampai sekarang belum ada tidak ada konsensus umum sebagai cara untuk kelompok ini adalah untuk saling terkait atau ke chromist kelompok lain.
Divisi chrysophyta memiliki 3 kelas, berdasarkan pada, persediaan karbohidrat, struktur kloroplas dan heterokontous flagelata. Selain berdasarkan hal tadi divisi chrysophyta juga dapat dibagi ke dalam 3 klas yaitu gangang hijau-kuning, gangang coklat-emas dan diatom.
Dalam chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri dari klorofil A dan C1/C2 dan karotenoid fukosantin. Pengelompokan chrysophyta menunjukan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloropla (girdle lamena). Kloroplast terdiri dari dua membran (CER). Jarak periplastida antara dua kloroplas dan retikulum endoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur. Ribosom terdapat pada permukaan luar CER. Tingkat plagenta yang paling tinggi yaitu heterokontous. Sel heterokontous mempunyai dua flagel, yaitu flagel licin dan flagel dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris.
Karakteristik Pengelompokan Divisi Chrysophyta
Kelompok
(nama umum)
Mayor Photo Synthetic Pigmen
Persediaan Karbohidrat
Dinding sell
Flagella
Chrysophyceae (Alga Coklat Keemasan)
Chl A, C1 dan C2; Fukosantin
Chrysolaminarin (= lukasin)
Skala, Loricae
Heterokontus
Tribophyceae (Xanthophyceae) Alga Hijau Kekuningan
Chl A, C1 dan C2
Chrysolaminarin
Pectin/Dinding Selulosa
Heterokontus
Bacillariophyceae (diatomyphyceae)
Chl A, C1 dan C2; Fukosantin
Chrysolaminarin
Silica Frustula
Gamet Jantan dengan satu flagel dan mastigonema
Mustigonema dibentuk dalam gelombang antar sel. Dalam Chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri dari klorofil A dan C1 / C2 dan karetonoid fukosanthin.
Diatom merupakan komponen besar planktonic dan komunitas benthic di samudera dan air jenih. Kadang – kadang diatom dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan strategi ekologi : (1) diatom, (2) diatom benthic (periphytic) dan (3) diatom meioplonthonic (tycoplanktonic).
Spesies euplanktonik merupakan anggota plankton tetap. Hampir semua diatom sentrik adalah planktonic dan ditemukan di air jernih dan samudra. Diatom pennate yang sedikit merupakan planktonic. Diatom planktonic sering berproduksi pada musim semu dan musim gugur berkembang pada temperatur danau dan samudera dan pada musim panas berkembang pada latitude tinggi. Hanya sedikit diatom yang diketahui menghasilkan toksin (dari spesies Nitzschia dan Chaetocheros).
Semua diatom benthic adalah pennate. Pada air jernih dan habitat marine, diatom sering merupakan inisial koloni alga pada substrat di bawah permukaan air. Sekresi mucilage oleh diatom dan bakteri membentuk biofilm yang menyediakan substrat berikutnya oleh organisme yang lain. Kepadatan pertumbuhan diatom menghasilkan diskolorasi coklat keemasan.
Klasifikasi Chrysophyta
Chrysophyta dibagi menjadi 3 kelas yaitu:
  1. Kelas Xanthopyceae
  2. Kelas Chrysophyceae
  3. Kelas Bacilloryphyceae / Diatomeae
Ciri – Ciri Kelas
  1. Kelas Xanthophyceae
Xanthophyceae juga lazim dikenal dengan nama alga hijau – kuning, karena alga ini mempunyai plastid hijau kekuningan, warna ini disebabkan kelebihan Xanthofil. Salah satu contoh dari kelas ini adalah Vaucheria yang berwarna hijau kuningdan menyolok, tumbuh secara umum dan kerap kali ditelaah, dahulunya dikelompokkan bersama – sama chlorophyta. Bermacam – macam spesiesnya dapat hidup dalam air atau di darat. Yang hidup di darat dapat ditemui tumbuh dalam massa seperti beludru di kolam atau tepi sungai yang lembab, atau dapat hidup sebagai selaput tipis di tanah kebun dan pot – pot yang ada dalam rumah kaca.
Alga ini memiliki klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Contoh: Vaucheria. Vaucheria tersusun atas banyak sel yang berbentuk benang, bercabang tapi tidak bersekat. Filamen mempunyai banyak inti dan disebut Coenocytic. Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan oogami artinya terjadi peleburan spermatozoid yang dihasilkan anteridium dengan ovum yang dihasilkan oogonium membentuk zigot. Zigot tumbuh menjadi filamen baru. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk zoospora. Zoospora terlepas dari induknya mengembara dan jatuh di tempat yang cocok menjadi filamen baru.
Tumbuhan ini terdiri dari filamen yang berbentuk tabung, kadang – kadang bercabang. Yang hidup di darat dapat tertambat oleh rizoid, yaitu cabang – cabang seperti akar dan tidak berwarna. Filamen berinti banyak dan tidak dibatasi oleh dinding sekat, kecuali jika terdapat struktur reproduktif. Filamen seperti itu dinamai senosit (Coenocyte). Adanya senosit ini tidak hanya pada Vaucheria tetapi juga dijumpai pada alga lain, fungi, dan bahkan pada jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Sitoplasma terdapat tepat di dalam dinding sel dan mengelilingi vakuola besar di tengah – tengah. Di dalam sitoplasma banyak inti, plastid berbentuk cakram yang tidak dilemgkapi pirenoid, dan banyak sekali tetesan minyak.
Reproduksi berlangsung dengan cara asexual dan sexual (oogami). Cara yang pertama biasanya dengan pembentukan zoospora, satu demi satu dalam sporangium berbentuk gada yang dipisahkan pada ujung – ujung cabang. Zoospora itu multinukleat, permukaanya dilengkapi dengan amat banyak flagela, yang terdapat berpasang – pasangan, maka zoospora itu dianggap sebagai struktur majemuk yang merupakan sejumlah besar zoospora kecil yang berflagela dua dan yang tidak berhasil memisahkan diri. Zoospora memisahkan diri dari sporangium melalui pori ujung, berenang – renang selama beberapa saat, lalu menetap, flagela pun hilang, kemudian berkecambah untuk menjadi tumbuhan baru.
Bilamana bereproduksi secara seksual, maka oogonia dan anteridia biasanya terbentuk pada filamen yang sama, pada cabang lateral yang sama, atau dapat pula pada cabang yang berdekatan. Oogonia terdapat di ujung atau pada percabangan sisi yang dipisahkan oleh dinding dari filamen utama atau cabang fertil. Satu telur uninukleat besar yang mengandung plastid dan tetesan minyak terdapat di dalam oogonium. Anteridium terdiri dari bagian terminal suatu cabang sisi, biasanya melengkung dan mengandung sejumlah besar sperma berflagela sangat kecil. Spema keluar melalui pori – pori pada anteridium dan memasuki oogonium melalui pori. Salah satu spema bersatu dengan inti dalam telur. Setelah pembuahan, terjadilah zigot yang membentuk dinding tebal lalu menjalani masa dorman. Sesudah perkecambahan, zigot itu tumbuh langsung menjadi filamen baru.
Secara umum ciri – ciri dari clas Chrysophyta adalah:
  1. Tempat Hidup:
Hidup di air tawar, air laut dan tanah
  1. Susunan Tubuh
Berbentuk sel tungal, contoh : Botrydiopsis
Berbentuk Filamen, contoh : Tribonema
Berbentuk Tubular, contoh : Vaucheria
  1. Susunan Sel:
Umumnya tidak mempunyai dinding sel. Bila mempunyai dinding sel, terdiri dari pektin dan silikon (SiO3). Terdiri dari dua bagian yang saling menutupi, seperti Tribonema sp.
  1. Alat Gerak :
Berupa 2 buah flagel yang tidak sama panjang. Satu bagian di ujung / apikal, bagian yangnya terletak di anterior.
  1. Isi Sel :
Terdapat inti sel : Berbentuk tunggal dan berbentuk banyak inti
Terdapat plastida berbentuk cakram tanpa pirenoid
Pigmen : Klorofil a dan b, Betakaroten, Xanthofil.
  1. Cadangan Makanan :
Berupa krisolaminarin (Lutein)
  1. Perkembangbiakan
Secara Vegetatif, dengan cara pembelahan sel dan fragmentasi
Secara Sporik, dengan cara pembentukan zoospora, contoh : Botrydiopsis, Tribonema
Dengan pembentukan apianospora, contoh : Botrydium
Secara gametik, dengan oogamet (oogami), contoh : Vaucheria.
Dengan Isogamet (isogami), contoh: Botrydium
  1. Klas Chrysophyceae
Klas Chrysophyceae, sering juga disebut dengan nama gangang coklat – emas. Seperti halnya gangang hijau kuning, gangang coklat – emas sangat beragam dalam bentuk meskipun sebagian besar uniseluler dan motil atau berbentuk koloni yang tidak berfilamen. Di dalam sel terdapat satu atau beberapa plastid yang besar, selain dari klorofil, berisikan pigmen karetinoid tertentu yang berlebihan.
Secara umum klas chrysophyceae mempunyai ciri umum yaitu:
  1. Tempat Hidup :
Di air tawar, dan di air laut.
  1. Susunan Tubuh
Berbentuk sel tunggal, contoh : Ochromonas, dan Chrysamoeba
Berbentuk koloni, contoh : Synura dan Dinobryon
  1. Susunan sel:
Umumnya tidak ada dinding sel, maka terdiri dari: Lorika, contoh: Dinobryon, dan Kephryon. Atau bisa juga tersusun dari lempengan silikon, contoh: Sinura dan Mallomonas. Atau bisa juga tersusun dari cakram kalsium karbonat, contoh : Syracospaera.
  1. Alat Gerak :
Terdiri dari flagel dan jumlahnya tidak sama tiap marga, contoh : Synura dan Syracosphaera, mempunyai 2 flagel yang sama panjang.
Dinobryon dan Ocromonas, mempunyai 2 flagel yang tidak sama panjangnya. Chrysamoeba, memiliki 1 flagel.
  1. Isi Sel :
Berinti tunggal
Plastida, terdiri dari 1 dan 2
Pigmen, berupa klorofil a, b, dan c. Betakaroten, Xanthofil, berupa lutein, diadinoxanthin, fukoxanthin, dan dinoxanthin.
  1. Cadangan Makanan :
Cadangan makanan berupa krisolaminarin.
  1. Perlembangbiakan dilakukan secara :
Vegetatif dengan membelah secara longitudinal dan fragmentasi. Fragmentasi ada 2 macam, yaitu :
  1. Koloni memisah menjadi 2 bagian atau lebih
Sel tunggal melepaskan diri dari koloni kemudian membentuk koloni yang baru.
  1. Sporik, dengan membentuk zoospora (untuk sel – sel yang yang tidak berflagel) dan statospora.
Statospora yaitu tipe spora paling unik yan diketemukan pada Chrysophyta, khususnya pada kelas Chrysophyceae dengan bentuk speris dan bulat. Dinding spora bersilia, tersusun atas 2 bagian yang saling tumpang tindih, mempunyai lubang atau pore dan ditutupi oleh sumbat yang mengandung gelatin.
Beberapa spesies bentuk statosporanya bermacam – macam, yaitu :
  • Ada yang berdinding halus
  • Berornamen, dan
  • Berduri, ketiga bentuk tersebut dapat ditemukan pada genus yang non motil, contoh : Chysomonadales
Pada genus yang motil statospora yang diketemukan berada pada fase istirahat, yaitu : flagel tertarik ke dalam dan membentuk bagian yang sperik atau bulat selanjutnya flagel mengalami diferensiasi internal dari protoplasma yang sperik. Yang terpisah hanya bagian membran plasma dari bagian periferi protoplasma asli. Kemudian sekresi dari dinding antara dua membran plasma yang baru terbentuk, kecuali daerah sirkuler, nantinya akan membentuk lubang atau pore.
  1. Klas Bacillariophyceae
Alga ini uniseluler atau berbentuk koloni, yang secara luas tersebar di dalam air tawar dan air asin. Kebanyakan spesies berenag – renang bebas, tetapi beberapa menempel pada tumbuhan atau benda – benda lain. Dinding sel terdiri dari dua belahan, atau katup, yang saling menutupi. Bentuk umum sel itu persegi panjang sampai bulat tetapi banyak variasinya.
Dinding sel terdiri dari lapisan pektin di bagian dalam dan lapisan silika (SiO2) di baian luar. Silika adalh mineral yang paling banyak tersebar di muka bumi dan merupakan bagian pokok kaca. Apabila pektin dan kandungan organik sel itu hancur, maka tersisalah cangkang silika yang tembus cahaya. Katup – katup dihiasi dengan bermacam ragam aluran, kerutan, lubang renik, dan tanda – tanda lain sehingga Bacillariophyceae atau juga sering disebut diatom itu tampak sangat indah di bawah mikroskop. Lubang – lubang kecil pada cangkang yang tidak dapat dilewati memungkinkan hubungan antara protoplas dan lingkungan yang mengandung air. Di dalam sitoplasma terdapat satu sampai beberapa plastid, berisi pigmen coklat – emas yang menutupi klorofil. Zat makanan disimpan dalam bentuk minyak, dan benda ini acap kali dapat terlihat dalam sel seperti tetesan bulat yang besar.
Diatom memperbanyak diri dengan proses seksual, tetapi cara yang utama melalui pembelahan sel. Nukleus, protoplasma, dan plastid berbelah untuk membentuk dua protoplas, masing – masing di dalam salah satu katup. Dinding baru, yang merupakan katup sebelah dalam, kemudian tumbuh di seluruh protoplas masing – masing. Sel anak dapat berpisah atau tetap bersama dalam satu koloni, sel – selnya itu bersatu oleh kelubung (sarung) bergelatin.
Jumlah spesies diatom banyak sekali (sekitar 16.000). Jumlah yang kini hidup atau diketahui pernah hidup dalam masa geologi lampau jauh daripada yang diperkirakan. Sebagian besar hidup dalam air laut, dan apabila tumbuhan renik ini mati, maka jatuh ke dasar laut dan, karena mengandung zat silika, dinding selnya tidak akan hancur -hancur atau tetap lestari. Endapan besar bahan ini yang dikenal dengan nama tanah diatom, dijumpai di banyak di bagian permukaan bumi. Di Amerika Serikat, kumpulan yang terbesar setebal 1.400 kaki (atau lebih dari lima puluh meter) terdapat di California.
Karena tanah diatom ini secara kimiawi itu lebam dan memiliki sifat – sifat fisika yang luar biasa, maka zat itu amat penting dan bernilai bagi industri. Misalnya digunakan untuk bahan penyaringan, yang secara luas digunakan untuk memisahkan zat pewarna dari produk – produk seperti bensin dan gula. Karean bukan penghantar panas yang baik, maka tanah diatom ini digunakan dalam pipa pemanas dan pipa uap. Juga karena menyerap bunyi, bahan ini digunakan dalam alat pengedap suara. Selain itu dimanfaatkan dalam pembuatan cat, pernis, piringan hitam, dan wadah untuk kotak baterai. Karena kerasnya, juga dipakai dalam bahan pelicin, dan bahan pengemplas.
Secara umum ciri – ciri dari klas Bacillariophyceae :
  1. Tempat Hidup
Di air laut, air tawar, ataupun pada tanah – tanah yang lembab.
  1. Susunan Tubuh
Berbentuk sel tunggal
Berbentuk koloni dengan bentuk tubuh simetri bilateral (pennales) dan simetri radial (Centrales).
  1. Susunan Sel
Terdapat dinding sel yang disebut frustula tersusun dari bagian dasar yang dinamakan hipoteka dan bagian tutup (epiteka) dan sabuk (singulum). Frustula ini tersusun oleh zat pektin yang dilapisi silikon. Epiteka dan Hipoteka tersusun oleh valve atas dan valve bawah. Valve tersusun dari : rafe, stria, nodulus pusat dan nodulus kutub.
Pennales pinna berarti sirip, strianya tersusun menyirip, banyak ditemukan di air tawar.
Centrales, central berarti pusat, strianya tersusun memusat, banyak ditemukan di air laut.
  1. Alat Gerak
Fagel terdapat pada sperma.
  1. Isi Sel
Berinti tunggal dan berinti diploid
Pigmen : kolorofil a dan c
Betakaroten dan xanthofil (fukoxanthin)
  1. Cadangan Makanan
Berupa tepung krisolaminarin
  1. Perkembangbiakan
Secara vegetatif, dengan pembelahan sel.
Secara gametik, dengan membentuk auxospora, dengan cara : Partegonosis, pedogami, konjugasi isogami, konjugasi anisogami, autogami dan oogami.
Catatan:
  1. Pembentukan Auxospora
Sel induk akan membelah menjadi 2 sel anak, masing – masing sel anak akan membelah menjadi 2 sel anakan, sel anak makin lama makin mengecil. Sel anak anak lama kelamaan menjadi besar membentuk auxospora.
  1. Partogenesis
Sel induk tidak membelah hanya intinya saja yang membelah secara mitosis, diawali dari mitosis pertama. Kemudian inti melebur, dilanjutkan mitosis ke dua yang pada akhirnya dinding sel pecah dan inti diselubungi lendir dan membentuk dinding baru (auxospora).
  1. Pedogami (perkawinan anak)
Sel dengan satu inti membelah secara meiosis menjadi dua sel anak dan sel anak ini akan menjadi membentuk 4 inti, plasma sel memisah dengan masing – masing dua inti, dua inti pertama mengalami degenerasi. Dua inti yang kedua mengadakan penggabungan (perkawinan anak), membentuk auxospora.
  1. Konjugasi
Dua sel induk berdekatan melakukan senggama, dilanjutkan dengan plasmogami, dilanjutkan dengan sinapsis dan diakhiri dengan karyogami.
Konjugasi anisogami : satu sel dengan satu inti membelah secara meiosis membentuk menjadi 4 inti. 2 inti mengalami degenerasi dan 2 inti bersifat fungsional. 2 inti yang fungsional mengadakan pembelahan sel lagi membentuk 4 inti yang terdiri dari 2 inti besar dan 2 inti kecil. Inti kecil bergabung dengan inti kecil (auxospora).
Konjugasi isogami : pada prinsipnya proses konjugasi isogami sama dengan anisogami. Perbedaanya pada ukuran inti hasil pembelahan adalah sama besar.
  1. Oogami
Oogami dilakukan oleh sel telut (non motil), gamet jantan (motil) yang mendatangi gamet betina (sel telur), mengadakan pembelahan meiosis dan membentuk anteridium.
  1. Autogami
Inti sel membelah secara mitosis menjadi 2 inti, dilanjutkan dengan pembelahan meiosis membentuk 4 inti, 2 inti mengalami degenerasi dan 2 inti bergabung membentuk auxospora.
Secara umum ciri – ciri dari anggota Divisi Chrysophyta adalah sebagi berikut:
I. Chrysophyceae – Ganggang keemasan
A. Chrysophytes dengan emas-coklat chloroplasts, berisi chlorophylls a dan c, dan mayoritas carotenes dan xanthophylls, termasuk fucoxanthin.
B. Kurangnya silicified dinding sel. Sebagian besar adalah bentuk protoplasts telanjang, tetapi beberapa memiliki lorica.
C. Makanan cadangan termasuk chrysolaminarin, yang dimodifikasi laminarin (leucosin) dan minyak.
D. Flagellated memiliki dua bentuk berbeda flagellae.
E. Reproduksi: motil bentuk bagi dengan pembagian, sedangkan non-motil zoospores bentuk produksi motil. Ada juga yang khusus jenis spora unik untuk grup ini, dikenal sebagai statospore. Hal ini berbentuk bola dengan sebuah plug, yang popped menjadi sporagerminates. Isogamous reproduksi seksual adalah langka.
F. Habitat adalah dingin terutama air tawar.
H. Ekonomi dan ekologi signifikans – sedikit nilai dalam rantai makanan, seperti beberapa Dynobryon dan Synura dapat menyebabkan rasa tidak enak air.
II. Bacillariophyceae – Diatoms.
A. Unicellular atau kolonial dengan bentuk silicified dinding sel.
B. Habitat – umum dalam semua situasi air, tetapi terutama dalam air dingin.. Mereka membuat atas sebagian besar plankton, tetapi ada beberapa bentuk terlampir.
C. Makanan cadangan adalah chrysolaminarin (dimodifikasi laminarin) dan minyak.
D. Struktur – dua tumpang tindih memperdua – epivalve dan epicingulum membentuk epitheca, dan hypovalve dan hypocingulum membentuk hypotheca. Cigulums yang membentuk sabuk. Frustule adalah istilah untuk seluruh “shell”. Centric dan pennate jenis diatoms. Pennate bentuk menunjukkan rapha atau celah.
E. Reproduksi
1. Asexual oleh divisi sel, di mana setiap anak perempuan tetap setengah dari tembok asli, yang menjadi epitheca sel yang baru. Dengan demikian setengah dari putri penurunan ukuran sel. Ini hanya dapat berjalan untuk waktu yang terbatas. Reproduksi seksual memungkinkan untuk kembali ke ukuran penuh.
2. Reproduksi seksual melibatkan khusus sel dikenal sebagai auxospore. Mekanisme yang tepat bervariasi, tapi ini adalah khas prosedur: 2n vegetatif sel yang melepas orang pertama dari sel dinding, dan mengalami meiosis, diikuti oleh syngamy, yang mengembalikan kondisi yang 2n. 2n ini protoplasta enlarges ke ukuran penuh untuk spesies. sel sekitar tembok ini orang pertama bentuk, membentuk sebuah auxospore dengan dinding sel tidak seperti mereka yang khas dinding sel. Mitosis sekarang memproduksi dua atau lebih baru sel yang akan membentuk dinding sel baru khas untuk spesies, dan ukuran penuh. Terdapat banyak variasi pada tema umum ini.
F. pentingnya ekonomi.
1. Plankton, khususnya di lautan sejuk, di mana ia adalah produsen utama utama.
2. Diatomaceous bumi. Deposito besar, hingga 3.000 kaki tebal adalah bekas lombong. California merupakan tambang dicatat, dengan luas banyak mil persegi dan kedalaman dari 700 kaki. Menggunakan termasuk:
a. penyaringan, terutama dalam memperbaiki gula, aquariums,
b. denda polandia untuk perak, pasta gigi, c. cat tambahan untuk meningkatkan daya pemantulan.
d. isolasi, terutama dalam tungku pembakaran dengan suhu melebihi 1.000 derajat F.
G. Ecology
1. Spring diatom meningkatkan – invertebrata menetaskan banyak saat ini, dan satu spesies yang dikenal secretes sebuah substansi yang sebenarnya induksi pemijahn di beberapa Balanus.
2. Keragaman paling besar pelagis di daerah-daerah, di mana terdapat kepadatan rendah individu (juga di danau mandul), sementara keragaman rendah di wilayah pesisir dan subur danau, dimana terdapat individu kepadatan tinggi.
3. Karena banyak diatoms memiliki syarat pertumbuhan yang sangat spesifik, pemantauan spesies diatom yang baik adalah indikator kualitas air.
4. Diatoms formulir tikar di dermaga, kapal, dll, sebagai tahap kedua dalam proses fouling, yang culminates di barnacles dan tiram.
5. Memiliki pertumbuhan dilanjutkan setelah 48 tahun kering penyimpanan.
III. Xanthophyceae – Yellow-green Algae Xanthophyceae – Kuning-hijau Alga
A. Karakteristik
1. Ganggang hijau-kuning dengan chloroplasts yang mengandung zat hijau yang biasa dan c, carotenes dan xanthophylls, tetapi tidak fucoxanthin.
2. Dinding sel jika telah hadir besar pectic zat. Mei telah Selulosa sering, dan mungkin penuh dengan silica.
3. Makanan yang chrysolaminarin dan cadangan minyak.
B. Contoh : Vaucharia
. Terjadi di air tawar dan garam, dan di tanah basah. Kawat pijar yang merupakan coenocyte dengan tidak septae lintas. Ada banyak chloroplasts, dengan pyrenoids tidak hadir.
Asexual reproduksi mungkin termasuk zoospores, aplanospores, dan akinetes. Akuatik formulir biasanya menggunakan zoospores, dimana ujung Branched kawat pijar yang akan mengembangkan sekat, dan menjadi orang pertama metamorphoses multi-flagellated multinucleated zoospore. Darat yang biasanya memanfaatkan bentuk aplanospores atau akinetes.
Seksual dan reproduksi adalah oogamous biasanya homothallic.
Manfaat Chrysophyta
  1. Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
  2. Diatom : – bidang perikanan : merupakan fitoplankton
  • Ekosistem Perairan : sebagai produsen primer penyedia bahan organic
  • Bidang Industri : banyak mengandung silikat tanah diatom digunakan sebagai penggosok, isolasi bahan dasar industry kaca dan penyaring bakteri
DIVISI PHAEOPHYTA
Pendahuluan
Phaeophytes, seperti kebanyakan photosynthetic protists, secara tradisional telah diklasifikasikan sebagai tanaman.. Namun, phaeophytes tidak terkait erat dengan tanah tanaman; mereka sel berisi berbagai pewarna, seperti klorofil c dan fucoxanthin.. Mereka juga tidak memiliki plasmodesmata dan produksi pati tanah tanaman dan keluarganya.
Seperti tanaman dan banyak protists, Ganggang coklat mengalami siklus hidup yang kompleks yang melibatkan silih bergantinya generasi. Dalam gambar ini, Anda dapat melihat diploid kelp dengan rata photosynthetic struktur, yang Blades, percabangan dari Stipe, atau hati-hati. The “engah” daerah terlampir ke Blades adalah receptacles, struktur yang gametes yang dihasilkan.
Gangang coklat dibedakan dari alga lain karena warna coklat atau hijau zaitun dan juga struktur tubuhnya serta organ – organ reproduktif. Hampir, semuanya hidup di laut, secara luas tersebar di pantai – pantai laut, terutama di daerah yang lebih dingin. Sekitar 1.000 spesies telah diketahui secara terperinci. Phaeophyta hidup di batu – batuan dalam air sedalam 1,5 – 5 meter atau lebih dan meluas ke arah pantai di daerah – daerah yang maih tertutupi pasang naiknya air laut. Semua spesies multiseluler, beberapa diantaranya berbentuk ramping, sederhana, sedangkan yang lain tumbuh menjadi sangat besar dan berbeda – beda bentuk luarnya. Di antara gangang coklat yang paling umum ialah spesies yang tergolong Fucus dan Ascophyllum. Gulma batu atau Fucus tersebar luas, terutama di wilayah utara beriklim sedang. Tumbuhan ini dapat mencapai 30 – 100 cm dan melekat dalam massa luas di batu – batuan dan tampak jika air pasang surut. Gelembung udara atau lupa – lupa sepanjang sisi talusnya menyebabkan cabang – cabang seperti garpu timbul di permukaan. Ujung beberapa cabangnya membesar dan berisi organ kelamin.
Genus lain yang dikenal adalah Sargassum. Kebanyakan spesiesnya tumbuh menempel di sepanjang pantai berbatudi daerah tropika dan beriklim ugharia, tetapi Sargassum natans merupakan komponen utama pada massa gulma laut yang terapung – apung di Atlantik Utara. Massa ini berbeda – beda ukurannya dari yang hanya terdiri atas beberapa tumbuhan sampai kepada yang hanya beberapa ratus meter lintangnya. Kawasan yang ditumbuhi gangang coklat ini dikenal dengan Laut Sargasso. “Laut” ini dibatasi oleh gelombang laut sampai suatu daerah lonjong seluas lebih dari dua juta mil persegi, meluas ke Bahama, ke Azores. Tumbuhan tersebut berkembangbiak secara tidak terbatas di laut terbuka dengan cara aseksual, satu – satunya cara reproduksi yang diketahui. Akan tetapi, kebanyakan spesies diketahui bereproduksi secara seksual. Sargassum filipendula menggambarkan penampilan umum tumbuhan genus tersebut. Panjangnya hampir setengah meter, banyak bercabang, dan menyandang lupa – lupa yang kecil -kecil lagi bertangkai.
Gangang coklat yang terbesar, kelp, merupakan salah satu raksasa dalam dunia tumbuhan. Ukurannya yang terbesar dijumpai di pantai barat Amerika Utara, ada yang mencapai panjang lebih dari tiga kilometer. Biasanya kelp terdiri dari satu sampai beberapa helai daun yang dihubungkan oleh tangkai ke suatu pelekap berupa akar yang tumbuh kuat – kuat pada batuan di dasarnya. Lupa – lupa yang merupakan perpanjangan batang membulat dan kosong didapati pada talus banyak spesies. Jaringan sebelah dalam acap kali terdiferesiansi demikian banyaknya sehingga terbentuk sel – sel yang secara stuktual mendekati unsur tapis tumbuhan tingkat tinggi.
Kelp, bersama – sama alga lain, mengambil sari beberapa unsur kimia yang ada di dalam air laut, terutama kalium, dan yodium, dan menimbunnya di dalam jaringannya. Kalium kloride dapat sebanyak 32 % dari berat kering kelp. Konsentrsai yodium dalam kelp dapat 20.000 kali banyaknya yang terdapat dalam air laut. Di Amerika Serikat eksploitasi kelp untuk tujuan komersil tidak menguntungkan karena tersedianya zat – zat kimia tersebtu dapat diperoleh lebih banyak dari sumber – sember lain. Banyak spesies kelp ini dimanfaatkan untuk bahan makanan manusia terutama di Timur. Di Eropa Utara dan negara lain misalnya kelp digunakan untuk makanan ternak. Sudah sejak lama tumbuhan ini digunakan sebagai pupuk; kandungan nitrogen dan kalium tinggi tetapi fosfornya rendah.
Ekstrak dari kelp penting untuk beberapa proses dalam industri. Mungkin lebih dari 50% es krim yang diperjualbelikan diberi algin, suatu koloid dari gangang coklat. Penggunaan bahan ini memberi konsistensi halus kepada produk yang dibekukan itu dan mencegah pembentukan kristal es yang besar selama penyimpanannya. Algin juga digunakan dalam pembuatan produk – produk farmasi, seperti pil, tablet, salep, dan obat pembersih gigi, juga dalam kosmetik seperti lotion dan krem sehabis mencukur. Zat itu penting sekali sebagai komponen bahan cetakan dalam pembuatan gigi palsu. Bannyak lagi kegunaan algin yang bermanfaat bagi manusia.
Klasifikasi dari divisi phaeophyta dibagi berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyta dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
  1. Golongan Isogeneratae
Yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan isomorf, sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh : Ectocarpus, Dictyota, dan Cutleria.
  1. Golongan Heterogeneratae
Yaitu golongan tumbuhan yang mmiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologisnya. Contoh : Laminaria, Nercocystis.
  1. Golongan Cyclosporae
Yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan, contoh : Fucus
Divisi ini hanya mempunyai satu kelas, yaitu Phaaeophyceae.
Ciri – Ciri Umum
  1. Morfologi
Sebagian besar phaeophyta memiliki struktur sebagai berikut: yang Blades, yang Stipe, dan pegangan erat. Semua ini adalah bersama-sama disebut thallus (jamak thalli).. Beberapa juga telah pengapungan bladders untuk membantu menjaga mereka Blades dekat air permukaan dalam rangka untuk lebih baik photosynthesize.. Adaptasi ini timbul sebagai akibat dari lingkungan yang Ganggang coklat ditemukan. Semua Ganggang coklat adalah multicellular; tidak ada yang unicellular atau kolonial.. Mereka memiliki luas permukaan besar untuk acquier dibubarkan gizi berupa air di sekitarnya. Beberapa kelp Blades mendapatkan hingga 100 meter panjang.
  1. Habitat
Ganggang coklat ditemukan di seluruh dunia.. Hampir semua adalah organisme laut dan lebih dingin, air aktif, meskipun beberapa lebih suka iklim tropis dan subtropis.. Phaeophytes yang lebih sejuk karena iklim sejuk air itu mampu bertahan lebih tinggi konsentrasi karbon dioksida, yang digunakan dalam fotosintesis.. Mereka ditemukan di lepas pantai hampir setiap negara.. Mereka adalah bagian penting dari flora laut, karena menyediakan makanan, tempat berlindung, pemijahan daerah, dan substrat untuk berbagai hewan laut.
Phylogeny dan sejarah evolusioner
Seperti yang dilihat, cabang ini (Chromista) adalah dipisahkan dari Ganggang merah dan hijau.. Mereka dipisahkan karena tertentu klorofil yang mengandung mereka.. Ini adalah klorofil c, yang tidak hanya ditemukan di Phaeophyta, tetapi juga berikut phyla: Dinoflagellata, Bacillariophyta, dan Chrysophyta.
Dari bagian di atas. Hal pertama adalah thallus.. Ia digunakan untuk seaweeds yang memiliki tubuh plantlike, tetapi tidak benar bagian tanaman. Akar yang macam hal di bawah disebut holdfasts.. There is also a stipe , which is the stemlike structure. Ada juga yang Stipe, yang merupakan stemlike struktur.. The Blades (leaflike struktur) yang didukung oleh Stipe.. Seperti tanaman, yang Blades adalah bagian di mana fotosintesis berlangsung.. Dalam beberapa Ganggang coklat, permasalahan mengaktifkan Blades untuk tinggal dekat permukaan air. Permasalahan tersebut, (tidak kita di atas) adalah seperti bola sedikit di dekat akhir Blades.. Lain adaptasi dapat ditemukan pada dinding sel. Selain selulosa, ganggang coklat juga telah membentuk sebuah gel-polysaccharide yang membantu untuk bantalan yang thalli (yang plural thallus) terhadap ombak yang kuat.
  1. Perkembangbiakan
Pekembang biakan dilakukan secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan perantaraan cabang – cabang kecil yang dibentuk di bagian basal dan thalussnya atau dapat pula dilakukan secara fragmentasi thalussnya. Perkembang biakan seksual dilakukan secara oogamis. Gangang ini bersifat monoesis atau diesis.
Menurut Tjitsosopomo (1983), struktur reproduksi dalam kelompok gangang coklat, banyak yang serupa dengan yang dijumpai pada alga hijau. Reproduksi aseksual dengan zoospora berflagela dan reproduksi seksual secara isogami atau oogami, bergantung kepada sama tidaknya gamet – gamet yang berpadu. Alga coklat, seperti halnya alga hijau mungkin berasal dari nenek moyang yang berflagela
Salah satu contoh spesies yang mudah dilihat cara perkembangbiakannya adalh Fucus, Fucus berkembang biak hanya secara seksual melalui oogami. Telur dan sperma terbentuk di dalam ruang berbentuk bola, dinamai konseptakel, di ujung – ujung tallus yang membengkak. Letak setiap konseptakel dicirikan oleh lubang renuk yang membuka ke ujung luar dan tampak oleh mata bugil. Telur dan sperma mungkin terbentuk dalam konseptakel yang sama, tetapi lebih umum keduanya tebentuk dalam ruang terpsah pada Thallus yang sama atau berlainan.
Satu spesies yang ditelaah secara umum ialah Fucus vesiculosis yang membentuk konseptakel pada talus berada. Di dalam organ betina terdapat banyak sekali oogonia, bertangkai, masing – masing menghasilkan sel sperma. Anteridia tersusun dalam kelompok pada filament pendek bercabang yang timbul darri dasar dan tepi konseptakel. Pada kedua macam konseptakel tersebut banyak sekali dijumpai rambut – rambut tidak bercabang dan berwarna.
Generasi sporofit merupakan tubuh tumbuhan Fucus. Oogonia dan anteridia muda itu uniseluler, dengan nuklea 2n. Telur – telur nya terbentuk setelah pembelahan inti tiga kali berturut – turut, dua diantaranya ialah meiosis. Sesudah pembelahan yang ketiga, sitoplasma tersusun mengitari setiap nekleus, jadi membentuk telur. Sama halnya, nucleus diploid pada anteridia juga menjalani meiosis, dan hal ini disusun oleh sejumlah pembelahan mitosis, sampai menghasilkan 64 sperma.
Bilamana sudah matang, gamet – gamet itu dikeluarkan ke dalam air. Baik telur maupun sperma mula – mula dikelilingi suatu selaput tipis, tetapi segera sobek – sobek dan gamet – gamet bebas keluar. Hal ini tidak lazim, karena pada galibnya gamet – gamet nonmotil tetap di di dalam organ seks betina dan tidak dilepaskan sebelum pembuahan. Begitu terlepas, maka sperma – sperma berenang – renang disekeliling telur itu sampai ada satu spema yang berhasil memasukinya. Setelah fertilisasi, zigot membentuk dinding tebal, lalu melekat pada suatu batuan, dan langsung tumbuh menjadi tumbuhan baru.
Perlu diperhatikan bahwa oogonia dan anteridia terbentuk pada generasi sporofit, berlawanan dengan keadaan yang biasa yaitu organ – organ yang mengandung gamet dihasilkan oleh generasi gametofit. Untuk menjelaskan hal ini, ada beberapa ahli tentang alga yang berpendapat bahwa oogonia itu sebenarnya adalah megasporangia dan anteridia itu mikrosporangia. Berdasarkan pendapat ini, struktur – struktur yang dihasilkan di dalam organ – organ seks, sesudah meiosis, merupakan megaspore besar yang nonmotil dan mikrospora kecil yang motil. Spora – spora ini berbeda dalam perilaku dengan spora – spora pada tumbuhan lain, karena fungsinya yang langsung sebagai gamet, bersatu sehingga membentuk zigot. Generasi haploid dengan demikian dianggap sangat tereduksi, hanya terdiri dari gamet – gamet itu sendiri bersama – sama nucleus – nekleus haploid yang mendahului pembentukannya.
  1. Pembuahan
Sebelum terjadinya pembuahan, banyak antherizoid mengelilingi sel telur. Pada gangang ini terbentuk 8 sel telur. Bisanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadilah inti diploid. Zigot segera membentuk tonjolan yang akan membentuk rhizoid, hingga meninjukkan adanya populaitas. Faktor luar seperti cahaya, suhu, ph dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupakan faktor bagi perangsang terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup dalam sel telur. Maka mula – mula pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yan terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.
Ciri – Ciri Klas
Classis : Phaeophyta
  1. Thallus dari jenis – jenis yang tergolong phacophyceae selalu bersel banyak (multiseluler). Umumnya makoskopis dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakopora yang berwarna coklat kekuning – kuningan karena adanya kandungan fikosantin yang melimpah. Pigmen yang terkandung dalam phaeophyta tersebut adalah klorofil A, klorofil C, beta karoten, fikosantin, flaposantin, neosantin, fukosantin, neufukasantin A dan neufukasantin B. Cadangan makanan berupa laminarin, yaitu beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu : selulosa, asam alginat, fukan dan fuoidin. Asam alkinan dan fukoidin mempunyai struktur kimia lebih kompleks dari pada selulosa, tetapi senyawa – senyawa tersebut tidak merupakan komponen struktural. Fungsi skelatel dari ganggang ini diperkirakan berasal dari sifat – sifat fisik pembentuk “gel” yang larut dalam viskus.
Gambar Morfologi dari Divisi Phaeophyta
  1. Perkembang biakan
Perkembang biakan dapat terjadi atau dilakukan secara seksual dan aseksual
  1. Perkembang biakan aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tidak berdinding. Zoospora mempunyai dua buah flagella yang tidak sama panjang, terletak di bagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yamg uniseluler, dinamakan sperangia yang unilokuler atau spora dibentuk dalam sporangium yang multi seluler yang disebut sporangium prolilukuler.
  2. Perkembang biakan seksual dilakukan secara isogami dan anisogami.
  1. Struktur Vegetatif
Dalam daur hidupnya \, semua phaeophyceae kecuali bangsa fucales menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit yang masing – masing hidup sebagai individu yang bebas. Pergantian keturunan tersebut bersifat isomorfik dan heteromorfik.
Ukuran thalusnya baik sporofit maupun gametofitnya, bermacam – macam. Beberapa marga gametofit ataupun sporofitnya hanya terdiri dari beberapa sel saja, tetapi sebaliknya sporofit dari ” Gangang Pirang Raksasa” mencapai tinggi atau panjang sampai berpuluh – puluh meter. Sporofit maupun gametofit dewasa mempunyai bentuk tertentu. Sebagian besar dari phaeophyceae, pertumbuhannya bersifat trikhothallik. Pertumbuhan trikholthahilik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel – sel yang letaknya di bagian basal dari filamen yang terdapat pada ujung thallus. Sel – sel tersebut aktif membelah.
  1. Distribusi
Sebagian besar phaeophyceae terdapat di laut, hanya ada tiga jenis saja yang hidup di air tawar dan jenis – jenis ini meruupakan jenis yang langka. Phaeophyceae banyak terdapat di daerah yang beriklum dingin. Alga ini mendominasi bagian literal daerah artik dan antraktik. Kearah daerah tropik jenis ini makin berkurang. Walaupun demikuan, maka dari bangsa dikhtyalles dan jenis – jenis dari sargassum da turbinaria hanya terdapat di daerah tropik dan subtropik. Sebagian dari phaeophyceae hidup melekat pada substrat karang dan lainnya, beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.
Ordo : Ectocarpales
Ectocarpales mempunyai pergantian keturuna yang isomorf, thallus berbentuk yang bercabang – cabang, bebas atau saling berhubungan satu dengan lainnya hingga membentuk jaringan pseudoparenkhimatik. Alat reproduksi / perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lin atau membentuk suatu rantai. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit gamet. System klasifikasi dari bangsa ini seluruhnya didasarkan atas struktur vegetative dan cara perkembangbiakannya.
Marga Ectocarpus
Thallus dari gangang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dengan plastida yang berbentuk pita atau piring. Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagela 2 buah dan dibentuk di dalam alat reproduksi yang molekuler atau plurilokuler. Alat reproduksi tersebut biasanya terdapat pada ujung – ujung cabang lateral.
Perkembangbiakan sporangia yang unilokuler dimulai dengan membesarnya sel terminal dan cabang yang pendek. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur, ukurannya menjadi beberapa kali sel semula. Inti tunggal yang terdapat dalam sporangia muda mengalami pembelahan meiosis yang diikuti 32 – 64 inti. Jika pembelahan inti berhenti, terjadilah celah – celah yang membagi protoplast menjadi protoplast – protoplast berinti satu. Masing – masing protoplast ersebut mengalami metamorphose menjadi zoospore yang berbentuk seperti buah pir dan berflagella 2 buah di bagian lateral, tidak sama panjang. Flagella yang pendek diarahkan ke belakang sedang yang panjang ke muka. Zoospora dikeluarkan dalam suatu massa melalui lubang kecil yang kemudian dapat berenang bebas. Setelah zoospore dikeluarkan, maka sporangia baru terbentuk di sebelah dalam dinding yang lama.
Gametofit bersifat homothallis atau heterothallis. Gamet dibentuk dalam gametangium yang plorikuler yang perkembangganya identikdenan perkembangan sporangium yang plorikuer. Sel yang terbentuk mengalami metamorfosa menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Gamet dibebaskan melalui suatu porus di bagian terminal dari gametangium. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik. Gamet betina akan lebih cepat mengalami waktu istirahat dari pada yang jantan, gamet betina kemudian dikelilingi oleh banyak sekali gamet jantan. Gamet jantan melekat pada yang perantaaraan flagellate yang anterior. Salah satu diantara gamet jantan melebur dengan gamet betina ini sedang gamet jantan lain yang akan pergi. Setelah terjadi persatuan gamet, maka terbentuklah zigot yang berdinding tipis. Zigot langsung berkecambah menjadi sporofit yang diploid. Sporofit mengandung sporangium yang plurikoler yang menghasilkan zoospore yang diploid. Zoospore berkecambah menjadi sporofit (A) yang sifatnya diploid. Sporofit ini juga membentuk sporangium yang unilokuler (F), inti dari sporangium tersebut : mengadakan meiosis, hingga zoospore yang dihasilkan bersifat haploid (G). zoospore kemudian tumbuh jadi gametofit yang haploid (H). gametofit mengandung gametangium yang prolukuler (I) yang menghasilkan gamet (J), persatuan gamet kemudian terjadi (K) dan terbentuklah zigot (L). zigot tumbuh sporofit yang diploid (A).
Bangsa Fucales
Thallus dari jenis – jenis gangang yang termasuk bangsa ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametogenesis. Alat kelamin terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, gangang ini tidak menunjukkan adanya pergantian keturunan.
Suku Fucaceae
Marga Fucus
Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus berwarna coklat tua, berbentuk pita yang bercabang dikhotom dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis dari fucus ini, mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya untu menyimpan udara hingga membantu keterapungannya, letak dar gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang – cabang menggelembung dan mengandung konseptakel, tempat konseptakel berkumpul tersebut dinamakan reseptakel, secara anatomi, thallus tersusun atas meristoderm, korteks dan medulla.
Familia Sargassaceae
Sargassum terdapat di laut daerah tropic atau sub tropic di belahan bumi bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus laut melintas laut atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua eropa. Jenis – jenis yang banyak sekali tumbuh di sepanjang pantai Australia, India, Srilangka, China, Jepang dan di Indonesia. Di jepang Sargassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan makanan.
Thallus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks, sepintas lalu memberi kesan seakan – akan tubuhnya mempunyai akar, batang dan daun. Pada bagian “tangkainya” (bagian yang menyerupai batang) terdapat banyak cabang – cabang lateral yang menyerupai daun sering disebut filoid. Di dekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik.
Secara umum cirri – cirri dari familia sargassaceae diantaranya adalah :
  1. Tempat Hidup
Kebanyakan anggotanya phaeophyta hidup di dalam air laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Dilaut dan di samudra, di daerah iklim sedang dan dingin.
  1. Susunan Tubuh :
Berbentuk benang, contoh: Ectocharpus
Berbentuk multiseluler, contoh : Dictyota, Necrocistis, Fucus
  1. Susunan Sel
Umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel, yang tersusun dari tiga macam polimer, yaitu : selulosa, asam alginate, fukan dan fukoidin. Dimana algin dan fukoidin lebih kompleks dari selulosa dan gabungan dari keduanya membentuk fikokoloid. Kadang – kadang dinding sel-nya juga mengalami pengapuran.
  1. Isi Sel :
Berinti tunggal, bagian pangkal berinti banyak.
Kloroplas dengan berbagai macam bentuk, ukuran, dan jumlah.
  1. Pigmen :
Klorofil a dan c
Betakaroten
Xantofil : Fukoxanthin yang terdiri dari violaxanthin, flavoxanthin, neofukoxanthin a dan neufukoxanthin b
  1. Cadangan Makanan
Berupa laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulosa daripada zat tepung. Selain laminarin juga ditemukan manitol, minyak dan zat – zat lainnya.
  1. Alat Gerak :
Berupa flagel, terletak pada sel – sel perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah 2 yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut – rambut mengkilat menghadap kemuka yang pendek menghadap kebeakang. Dekat dengan keluarnya flagel terdapat bintik mata yang berwarna kemerah – merahan.
  1. Perkembangbiakan
Perkembangbiakan terjadi secara vegetative, dengan fragmentasi.
  1. Perkembangbiakan secara sporik, dengan membantuk zoospore :
Contoh : Ectocarpus, Neecocystic
Dapat juga melakukan aplaniospora
Contoh : Dictyota
Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
  1. Unilokuler, dimiliki oleh anggota phaeophyta yang unilachuler
Contoh : Nercocystic, Dictyota, dan Ectocarpus
  1. Plurikuler, dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler
Contoh : Ectocarpus.
Pembentukan Unilokuler :
Terjadi dari sel terminal, dengan cabang pendek yang membasar. Sporangia muda berbentuk belat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih besar dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meiosis sehingga dihasilkan 32 – 64 inti. Selanjutnya terjadilah celah – celah yang membagi protoplas yang berinti satu. Masing – masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora berflagel 2 yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flael yang pendek diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan.
Pembentukan plurilokuler
Berasal dari sel terminal yan pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan transversal secara berulang – ulang. Yang akhirnya dihasilkan 6 – 12 sel. Pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20 – 40 deretan. Protoplas pada masing – masing sel mengalami metamorfosa menjadi zoospora yang emiliki 2 flagel (diploid). Diikuti dengan thallus yang bersifat diplois dan terbentuklah sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorikuler.
  1. Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oelh sporangium yang plurilokeler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara :
  1. Isogami, contoh : Ectocarpus
  2. Anisogami. Contoh : Cuthleria
  3. Oogami, contoh : Fucus
Manfaat Phaeophyta
  1. Macrocrystas pyrifera menghasilkan iodine, yaitu unsur yang
    dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok   Macrocystis (alga coklat)
  2. Macrocrystas adalah makanan suplemen untuk herwan ternak karena kaya Na, P, N, Ca.
  3. Laminaria, Fucus, Ascophylum menghasilkan asam alginate sebagai pengental dalam produk makanan (sirup, soklat, permen, sald, keju, es krim) dan pengental dalam industri (lem, tekstil, pelapis kertas, tablet antibiotic, pasta gigi)
DIVISI PYRROPHYTA
Pendahuluan
Kebanyakan anggota divisi ini disebut dinoflagelata, yakni mencakup berbagai spesies yang uniseluler, motil, beberapa tanpa membungkus tetapi sebagian besar dilengkapi dengan dinding sel. Ciri yang utama ialah adanya celah dan alur sebelah luar, masing – masing mengandung satu bulu cambuk dengan satu alur melintang dan seluruhnya melingkupi selnya, yang satu lagi membujur dan hanya meluas sepanjang satu sisi. Dinding sel, bilamana ada, acap kali dibagi – bagi menjadi lempengan selulose poligonal, yang brsambungan sangat rapat. Beberapa plastid, yang berisi klorofil dan pigmen coklat kekuning – kuningan tersimpan di dalam sel. Cara perkembangbiakan yang umum ialah pembelahan sel. Dinoflagelata terutama hidup di dalam air laut meskipun beberapa spesies terdapat dalam air tawar, kadang – kadang dalam jumlah besar. Sejumlah dinoflagelata marine bersama dengan binatang laut yang amat kecil, bersifat pendarfosfor dan memancarkan demikian banyaknya cahaya sehingga sangat menyolok pada waktu malam, teristimewa jika laut itu terganng. Dinoflagelata, bersama -sama diatom, sangat penting perananya dalam ekonomi laut.
Pyrrophyta atau lebih dikenal sebagai Dinophyceae atau Dinoflagellata merupakan protista yang hidup di laut atau air tawar, dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh adanya klorofil a dan c , tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantophil yang khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten yang memberikan warna coklat atau warna coklat emas. Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak. Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit, hidup bersimbiose atau holozoik sehingga dinamakan pula sebagai Dinoflagellata karena mempunyai sepasang flagella yang tidak sama panjang. Karakteristik dari organisme ini dari eukariotik lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal dengan sifat mesokariotik.
Dinoflagellata adalah mikroskopis, (biasanya) unicellular, flagellated, sering photosynthetic protists, umumnya dianggap sebagai “Ganggang” (Divisi Pyrrophyta). Mereka dicirikan oleh melintang flagellum yang encircles tubuh (seringkali dalam alur dikenal sebagai cingulum) dan longitudinal flagellum berorientasi lurus ke malang flagellum. Kedua flagella yang terpasang di titik yang sama pada dinding sel, dengan konvensi mendefinisikan permukaan perut. Jalur ini biasanya sedikit depresi, dan adalah istilah yang sulcus. Dalam heterotrophic dinoflagellates (orang yang makan organisme lain), ini adalah titik di mana struktur berbentuk kerucut makan, yang gagang bunga, diproyeksikan untuk mengkonsumsi makanan. Dinoflagellates memiliki struktur yang unik nuklir di beberapa tahap siklus hidup mereka – sebuah dinokaryotic inti (sebagaimana berlawanan dengan eukaryotic atau prokaryotic), di mana chromosomes adalah perminently kental. Sel dinding banyak dinoflagellates dibagi ke dalam piring dari selulosa ( “baja”) dalam amphiesmal vesicles, dikenal sebagai theca. Piring ini suatu bentuk geometri / topologi dikenal sebagai tabulasi, yang berarti utama untuk klasifikasi. Kedua heterotrophic (makan organisme lain) dan autotrophic (photosynthetic) dinoflagellates diketahui. Beberapa adalah baik. Mereka membentuk bagian penting dari dasar planktonic produksi baik di lautan dan danau. Kebanyakan dinoflagellates sedang melalui siklus hidup kompleks yang melibatkan beberapa langkah, baik seksual dan asexual, dan bukan mobil-mobil. Beberapa jenis bentuk cysts terdiri dari sporopollenin (sebuah polimer organik), dan melestarikan sebagai fosil. Seringkali tabulasi dari beberapa dinding sel dinyatakan dalam bentuk dan / atau hiasan dari kista.
Karena mereka photosynthetic, dinoflagellates berisi chloroplasts. Sebagian besar spesies mempunyai dua flagella, yang kandang jika organisme merupakan kista. Dinoflagellates berisi cholorophyll klorofil a dan air bersih c2. Dinoflagellata memiliki dua bentuk: berlapis baja (dengan thecal piring) dan telanjang. Beberapa spesies adalah bioluminescent, yang berarti bahwa mereka dapat menghasilkan cahaya sendiri, mirip dengan fireflies. Selama periode dari lingkungan stres, dinoflagellates formulir cysts. Yang paling umum dinoflagellate fosil adalah orang-orang dalam bentuk kista. Namun, beberapa spesies memiliki kista sel dinding terbuat dari selulosa, yang tidak menjadi fosil. Mereka yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat dari bahan yang mirip dengan sporopollenin.
Ada tiga jenis dinoflagellate cysts: istirahat, sementara, dan vegetatif. Istirahat cysts hasil dari perpaduan seksual, dan sebagai hypnozygotes Dinoflagellates muncul sebagai istirahat cysts yang terbengkalai Sementara kista ini dibentuk di bawah kondisi buruk. Kista yang akan terbelah dan baru akan flagella formulir apabila lingkungan meningkat Tidak seperti istirahat atau sementara cysts, vegetatif cysts adalah metabolically aktif. Mereka mungkin juga reproductively aktif. Dalam beberapa dinoflagellates, seperti Blastodinium dan Symbiodinium spesies, vegetatif kista yang utama adalah tahap siklus kehidupan. Sebagian besar spesies dinoflagellate adalah sekurang-kurangnya sebagian photosynthetic. Beberapa heterotrophic spesies adalah parasit, mendapatkan nutrien melalui host. Salah satu bentuk siklus hidup adalah haplontic tahap, yang berisi vegetatif haploid sel. Sel ini reproduces asexually. Dalam siklus ini, satu-satunya adalah diploid sel zygote. Ada juga yang diplontic siklus hidup, dengan vegetatif diploid sel seksual dan reproduksi. Hanya gametes adalah haploid. Akhirnya, ada diplohaplontic siklus, yang secara bergantian antara diploid dan haploid (seksual dan asexual) generasi. Haplontic adalah tahap yang paling umum, namun ada pengecualian, dan semua tiga dapat ditemukan dalam divisi ini. Yang lebih kompleks terjadi antara siklus hidup parasit simbiotik atau spesies. Adalah umum selama asexual reproduksi untuk sel induk untuk menumpahkan semua atau bagian dari dinding sel.
Selain hal diatas, banyak sekali pendapat para ahli mengenai dinoflagelata diantarany. Hanya sedikit dinoflagelata yang mengandung pigmen yang dapat berfotosintesis, sementara yang lainnya adalah heterotop. Hanya dinoflagelata yang mampu untuk fotosintesis. Adanya dua pola pigmentasi adalah hal yang umum terjadi pada dinoflagellata. Banyak dinnoflagellata yang memiliki klorofil A dan C2 dan fucoxanthin. Keberadaan pigmen yang ada pada sedikit dinoflagelata yang lain akan dibicarakan kemudian. Karbohidrat disimpan dalam zat tepung. Tetapi keberadaan lemak mungkin lebih penting sebagai cadangan. Sel dari dinoflagelata tidak dilingkupi oleh dinding tetapi memiliki sebuag theca sebagai pokok membran sel, yang mana terdiri dari selulosa. Nekleus dan kloroplast memiliki sifat yang tidak biasa.
Kebanyakan dinoflagelata adalah sle biflagelata solitary. Dua tipe dasar telah dapat dibedakan. Desmokont memiliki dua anterior flagelata, satu flagellum mungkin melingkari diatas permukaan sel. Dinokont memiliki flagela insert yang lateral, satu flagelum adalah seperti pita dan melingkari sel pada sebuah lekukan dan flagellum yang lain berkembang terbalik. Tipe sel dinikont dibagi oelh dua lekukan ekuatorial dan korset ke dalam epicone dan hypocone. Flagelum posterior berkembang sampai ke tempat penurunan yang disebut sulcus. Nama, dinoflagelata berasal dari gerakan berputar dan sel swimming. Meskipun kebanyakan dinoflagelata adalah flageta uniseluler, koloni dari sel flagellata, sel non – flagellata, pengumpulan palmelloid, dan filamen adalah diketahui. Selvegetatif non – flegellata menunjukan bahwa dinoflagellata alami ketika mereka pada tahapan reproduktif membentuk dinokont.
Habitat
  1. Kehidupan dalam Air
Baik air tawar maupun air laut mengandung organisme yan luar biasa beragamnya. Beberapa diantaranya hidup di dalam beberapa melekat, dan yan berenang – renang dengan bebasnya. Banyak yang terapun pada atau dekat permukaan, nonmotil atau berenag secara lemah saja, dan mudah terpengaruh arus atau pasang. Spesies yang terapung bebas ini dinamakan Plankton dan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu fitoplankton dan zooplankton. Beberapa unsur pokok pada plankton, seperti misalnya algae dan ubur – ubur tertentu, besar – besar, tetapi kebanyakan sangat kecil hampir mendekati ukuran mikroskopis. Istilah plankton dalam pemakaian sehari – hari dikenakan bagi bentuk yang sangat kecil daripada yang besar – besar dalam kehidupan terapung.
Fitoplankton terutama uniseluler atau kolonial, dan mengandung berbagai spesies yang tergolong dalam kebanyakan kelas algae, bersama beberapa bakteri dan fungi. Zooplankton terdiri dari bentuk – bentuk uniseluler atau multiseluler dan mencakup sejumlah besar binatang invertebrata kecil – kecil lagi beragam, bersama dengan tingkatan larva bentuk – bentuk kehidupan lain, baik yang akuatik maupun yang teresterial. Kepentingannya dalam rantai makanan dalam air hampir tidak dapat diduga dalam tinngi.
  1. Rantai makanan dalam air laut.
Telah ditekankan betapa pentingnya peran tumbuhan hijau dalam menunjang kehidupan semua binatang termasuk manusia. Tumbuhan hiaju merupakan mata rantai primer atau fundamental di antara banyak rantai makanan. Dalam air, sebagaimana di daratan, kehidupan bergantung pada kegiatan organisme autotrfik, tetapi dalam air gannganglah yang merupakan pangkal semua rantai makanan. Lautan merupakan bagian permukaan bumi sebesar 71 %, dengan areal luas sekitar kira – kira 140 juta mil persegi. Volume air dalam lautan kira – kira 324 juta mil – kubik, sekitar 11 kali luas seluruh daratan di atas permukaan laut.
Lautan mengandung berbagai macam tumbuhan dan binatang yang kompleks, bahkan dalam jumlah yang lebih besar daripada yang ada di daratan. Populasi plankton berbeda – beda menurut daerahnya : di beberapa daerah jumlahnya sedikit, di tempat lain justru banyak sekali. Biasanya kuantitas senyawa fosfor dan nitrogen merupakan faktor – faktor yang membatasi populasi.
Gangang dalam fitiplankton, bila diberi cahaya matahari dan unsur – unsur esensial, menghasilkan bahan makanan organik, sebagaimana tmbuhan hijau di daratan. Ikan – ikan dan bentuk – bentuk lain dalam air untuk hidupnya bergantng kepada algae baik secara langsung maupun tidak langsung, dan pada gilirannya ikan itu merupakan bahan makanan penting bagi binatang lebih besar, juga manusia.
Komponen phitoplankton yang merupakan unsur dalam jaringan rumit untuk kehidupan ini terdiri dari dua macam: diatom dan dinoflagelata. Diatom jauh lebih penting, namun keduanya terdapat dalam lautan dengan jumlah yangluar biasa banyaknya dari tempat ke tempat dan waktu ke waktu jumlah itu dapat bervariasi. Misalnya telah ditemukan di pantai timur Amerika Serikat diatom sejumlah sampai 1 – 2 juta galon per air laut.
Dibandingkan dengan diatom, dinoflagelata jauh lebih sedikit jumlahnya dan agak kurang penting artinya. Walaupun demikian, dinoflagelata kadang – kadang dijumpai dalam jumlah demikian banyaknya sehingga warna lautan menjadi berubah sampai amat luas. Hal ini terjadi di Teluk Meksiko sekali – kali. Airnya menjadi berwarna kekuning – kuningan sampai coklat kemerah – merahan, karena itu dinamai “pasang merah”. Jumlah dinoflagelata yang telah mencemarkan suatu daerah diperkirakan lebih dari 200 juta sel per galon. Akibat racun yang dikeluarkan oleh dinoflagelata ke dalam air, maka berjuta – juta ikan mati dan terdampar di tepi pantai florida bagian selatan. Kejadian ini dilaporkan berulangkali terjadi semenjak tahun 1844. Juga eristiwa perubahan warna karena dinoflagelata dan algae lain telah diberitakan di banyak bagian permukaan bumi kita.
Hubungan makanan dalam air, sebagaimana di darat, banyak sekali dan amat rumit. Seperti halnya di darat organisme dapat diklasifikasikan sebagai produsen dan konsumen. Beberapa rantai makanan itu sederhana, contohnya dijumpai pada tiram yang memakan diatom dan pada gilirannya tiram dimangsa oleh binatang laut atau dimakan oleh manusia. Satu rantai makanan seperti itu merupakan masalah kesehatan masyarakat. Satu spesies dinoflagelata yang terutama didapati sepanjang pantai Pasifik di Amerika Utara menghasilkan racun yang amat kuat, suatu alkoloid begitu beracunnya sehingga satu per juta per gram dapat membunuh seekor tikus. Remis laut banyak sekali memakan dinoflagelata ini dan memusatkan zat racun di dalam kelenjar pencernaan dan hati. Racun itu tidak berbahaya bagi kerang, tetapi bilamana kerang itu termakan manusia selama bulan – bilan musim panas akan berakibat amat parah bahkan tercatat menimbulkan kematian.
Lebih umum ialah banyak macam organisme merintangi produsen dan konsumen akhir. Fitiplankton acap kali merupakan makanan bagi zooplankton. Contoh yang dikebali ialah sebangsa udang renik Copepoda anggota Crustaceae udang laut besar dan kinjing.
Diatom dan dinoflagellata dumakan oleh udang Copepoda, dan organisme ini dimakan oleh ikan – ikan kecil, yang pada gilirannya dimakan oleh ikan – ikan lebih besar seperti ikan tuna, ikan pedang, dan iakn biru yang kesemuanya dapat menjadi bahan makanan bagi manusia.
Zooplankton yang dilahap oleh binatang yang lebih besar tidak saja udang Copepoda tetapi juga tingkat larva Crustacea lainnya, cacing kecil, keong renik, dan binatang lain. Banyak iakn hidup dari fitoplankton dan zooplankton, dan ikan besar dapat memakan zooplankton dan ikan kecil. Tetapi kehidupan di laut sebagian besar bergantung kepada diatom.
  1. Rantai makanan dalam air tawar
Hubungan makanan di dalam air tawar serupa yang dijumpai dalam lautan. Diatom banyak sekali, tetapi dinoflagelata jauh lebih kurang penting dibandingkan dengan yang di laut. Selain diatom, bentuk – bentuk uniseluler dan kolonial gangang hijau biru – biru, gangang hijau, gangang coklat – emas dan algae air tawar lainnya dimakan oleh zooplankton. Komponen penting pada zooplankton air tawar, selain udang Copepoda, juga kutu air, rotifera, larva berbagai macam serangga. Ikan – ikan kecil memakan zooplankton dan pada gilirannya dimangsa oleh ikan lebih besar, yang juga memakan zooplankton yang lebih besar, bersama dengan serangga besar lainnya.
Dalam rangka peningkatan produksi makanan, dan untuk tujuan rekreasi, maka sungai dan danau kerap kali ditambahkan ikan – ikan. Sebelum melakukan hal itu, airnya harus diperiksa secara cermat akan hal temperatur, derajat pencemaran, dsn terutama banyaknya makanan alamiah bagi ikan. Penambahan ikan ke dalam sungai atau danau kadang – kadang dilakukan tanpa pengetahuan lengkap tentang ekologi sungai dan danau yang bersangkutan. Tidaklah memadai, bahkan upaya yang sia – sia saja, kalau tidak tersedia makanan alamiah yang cukup untuk menunjang pertumbuhan ikannya.
Salah satu cara yang telah dilakukan ialah membubuhkan pupuk mineral ke dalam air kolam untuk meningkatkan produksi ikannya. Dalam keadaan yang sesuai, pupuk itu dapat merangsang pertumbuhan algae, sehingga dengan penambahan fitoplankton ini dimulai gelombang peningkatan seluruh rantai makanandan berakhir dengan ikan bahan makanan manusia. Cara ini telah menjadikan dorongan bagi para petani ikan kolam sebagai salah satu usaha rencana jangka panjang dalam pemanfaatan lahan.
Siklus hidup
“Di antara protists, siklus hidupnya dapat:
  1. haplontic, di mana vegetatif (yaitu pakan dan aktif asexually mereproduksi) adalah sel haploid, yang menjadi satu-satunya zygote sel diploid dalam siklus hidup;
  2. sel vegetatif adalah diploid, yang gametes menjadi satu-satunya sel haploid dalam siklus hidup; atau
  3. diplohaplontic, di mana ada selingan dari diploid dan vegetatif haploid generasi.
Dengan pengecualian langka, dinoflagellates diketahui, atau percaya, untuk memiliki haplontic siklus hidup.
“Kehidupan dari siklus paling dinoflagellate spesies melibatkan relatif sederhana asexual pembagian satu sel menjadi dua sel anak perempuan, proses umum termasuk pengguguran sebagian atau seluruh orang tua dinding sel. Namun, lebih kompleks terjadi siklus hidup, terutama di kalangan parasit dan simbiotik spesies, dan banyak gratis-hidup dinoflagellates diketahui memproduksi cysts (Text-Fig. 4). A kista adalah segala nonmotile sel yang mempunyai dinding sel (lihat bagian berikutnya). Beberapa cysts memiliki dinding terdiri dari selulosa dan tidak preservable sebagai fosil ; Fossilizable lain, yang terdiri dari dinding yang kompleks polimer organik yang mirip dengan sporopollenin (lihat Brooks dkk. 1971), sebagai dinosporin (Fensome dkk. 1993b). Cysts dapat dikategorikan dalam hal fungsi mereka. Dinoflagellates Di antara hidup, tiga fungsional jenis kista yang menonjol (Dale 1983; Taylor 1990):
  1. Istirahat cysts mewakili yang terhenti di tahap yang biasa hidup adalah proses dikurangi. Dinoflagellate istirahat cysts telah, sejauh ini, telah ditemukan untuk hasil dari perpaduan seksual; mereka sehingga zygotic istirahat cysts, diungkap hypnozygotes. TEMBOK istirahat cysts sering diperkuat oleh sebuah sporopollenin-bahan seperti (dinosporin) dan mungkin terdiri dari beberapa lapisan. Kebanyakan fosil dinoflagellates yang mungkin hypnozygotes, meskipun hal ini tidak langsung dpt untuk spesies punah.
  2. sementara cysts. Sebuah motil dinoflagellate dengan sel kulit tipis Mei dikembangkan dengan baik, dalam kondisi buruk, kandang dengan flagella dan dinding luar (termasuk piring, dimana sekarang) dan formulir sementara kista dikelilingi oleh kulit tipis.
  3. vegetatif cysts. Cysts vegetatif nonmotile sel yang dikelilingi oleh dinding kontinyu, mungkin pada kulit tipis. Sel ini adalah metabolically dan / atau reproductively aktif, dalam kontras untuk istirahat dan sementara cysts. Dalam beberapa dinoflagellates, khususnya parasit dan simbiotik taxa seperti Blastodinium dan Symbiodinium, kepala sekolah tahap siklus kehidupan diwakili oleh vegetatif cysts. Pyrocystis adalah contoh gratis-hidup dinoflagellate yang melewati kebanyakan dari siklus hidup sebagai vegetatif kista.
Proses seksual, yang bisa berakibat pada hypnozygote, dikenal hanya satu persen untuk hidup dinoflagellates (Pfiester & Anderson 1987). Namun, ia mungkin akan lebih luas dibandingkan saat ini diamati.” Sebagai Pfiester & Anderson menunjukkan, proses seksual telah mungkin telah diabaikan dalam banyak spesies karena: 1) gametes menyerupai sel normal; 2) adalah perpaduan lambat dan mudah bingung dengan divisi; 3) Fusi terjadi pada malam hari di photosynthetic spesies, dan 4) berkutil zygotes telah misinterpreted sebagai dr kebiasaan sel. “
Typical Sell
Sel dinoflagelata memiliki beberapa sifat yang tidak umum, yang mana akan kita pertimbangkan :
  1. Theca dan berhubungan dengan struktur (ampmesma)
  2. Nucleus, dan
  3. Kloroplast
Gelembung thecal berada pada lapisan bawah sel membran. Mereka adalah gelembung flattened, yang mana melingkupi piringan yang ejlas, dan sellulosa atau mungkin kekurangan kandungan yang jelas. Ukuran, jumlah dan susunan dari jenis piringan thecal berbeda antara masing – masing dinoflagelata dan ini merupakan hal yang penting dalam sistem taksonomi. Desmokont memiliki dua piringan besar, sementara dinokont menunjukan variasi yang dapat dipertimbangkan. Beberapa dinokont memiliki jumlah tertentu, biasanya piringan thecal yang tidak jelas bentuknya, sementara yang lain adalah piringan lesar yang jelas, dan disebut denga nama “armored”. Dalam upaya untuk mengidentifikasi pola evolusi, secara psikologis menggunakan sejumlah pirngan thecal, tetapi tidak disetujui apakah pada kondisi primitif memiliki piringan kecil dan pembesaran piring dan reduksi dalam jumlah yang dapat terjadi.
Gelombang thecal mungkin mendasari mikrotubula, sebuah pellicle dari fibrous material dan penambahan membran (kadang – kadang dipertimbangka termasuk sel membran). Juga yang berhubungan dengan theca adalah trichocysts dan getah yang dapat menghasilkan gelembung. Trichocysts adalah gelembung yang mengandung batang cristalin yang mana dapat melepaskan, dan agaknya sebagai fungsi pertahanan.
Nukleus dari dinoflagelata menunjukkan sejumlah sifat yang berbeda dari kondisi yang biasa di eukariot. Nukleus dilengkapi dengan pembungkus, sebagaimana pada sel eukariotik, tetapi dalam mikrograph elektron, kromosom terlihat sebagai struktur yang berbentuk batang yang jelas. Berbeda dengan kondisi yang biasa pada nuclei eukariotik, kromosom dinoflagetala mengikat nuclear pembungkus. Dinoflagetala nukleus mempertimbangkan mewakili kondisi primitif diantara organisme eukariotik dan kadang – kadang disebut dengan mesokaryotik ata dinokaryotic untuk membedakan itu dalam atau dengan kondisi eukaryotik typical yang lain.
Struktur Sel
Pembagian Pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknyanya penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang mengandung pigmen karetinoid. Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior. Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang simpel dan jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal mengendalikan air ke arah posterior.
Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri: apical (‘) dan precingular (”). Pada beberpara genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior (a). Hipoteka tersusun atas 2 seri transversal: cingular (”’) dan antapikal (””) juga sering terdapat seri yang tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
Ekologi
Mayoritas dari dinoflagelata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagelata adalah komponen yang penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat. Sebagai penambahan, beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik.
Dinoflagelata memiliki variasi nutrisi yang bear dari range aututropik ke bentuk heterotropik, yang mana terdapat juga invertebrate parasit dan ikan atau alga phagocytiza yang lain. Dinoflegelata yang memiliki system fotosintesisi dan membutuhkan vitamin disebut autotropi dan yang membutuhkan energy disebut heterotrop.
Pertumbuhan yang cepat dari plankton dinoflagelata dan umumnya berhubungan dengan kondisi local. Walau bagaimanapun, beberapa pola umum tetap terjadi. Konsentrasi yang tinggi dan sel yang menghasilkan red tites kadang – kadang diikuti pengkayaan dar air dengan adanya upwelling atau runoff. Asekuen yang khas untuk red tide.
  1. Perkecambahan systys (hypozigot) pada dasar inokulasi sel kedalam air
  2. Populasi dari peningkatan sel dengan reproduksi aseksual
  3. Akumulasi sel dekat permukaan sebagai hasil dari phototaxis positif.
  4. Konsebtrasi sel mungkin terjadi sebagai hasil dari pergerakan air (dihasilkan oleh onshore wind, tide, dll)
  5. Reproduksi seksual terjadi dan zigot menjadi cysts, menjaga cadangan pada fase dorman pada dasarnya
Tabel Racun Dinoflagelata
Efek Pada Manusia
Principal Genus
Principal Toxin
Paralytic shelfish poisoning
Alexandrium (=protogonyalax)
Ptychodiscus
Saxitoxin
Brevetoxin
Neuoritic shelfish poisoning
Gambierdiscus
Ciguatoxin dan maitititoxin
Diarhetic shelfish poisoning
Okadaic acid
Red tide kadang – kadang bermula dari estuaris dan keudian berkembang ke pesisir pantai. Dampak dari red tide pada komunitas lautan bergantung pada spesies tersebut. Oksigen mulai dihabiskan oleh proses respirasi dari dinoflagelata pada saat malam dan dengan dekomposisi sel ketika massa perkembangan berakhir. Beberapa efek mungkin akan dihasilkan ketika tumpuan spesies mengandung racun terkumpul.
Hanya sedikit dinoflagelata (diperkirakan 20 spesies) adalah racun. Biasanya masing – masing spesies membentuk campuran racun yang berbeda. Racun ang utama adalah saxitoxin dan itu dihasilkan oleh Alexandrium, brevetoxin dihasilkan oleh Ptychodiscus, dan ciguatoxin dihasilkan oleh Gambierdiscus. Keracunan manusia biasanya terjadi setelah memakan ikan atau moluska yang mengakumulasi racun yang dinamakan dinoflagelata.
Ciri – Ciri Classis
Classis : Diniphyceae (Alga yang berputar)
Desmophyceae
  1. Tempat Hidup
Di air tawar dan ada juga yang hidup di air laut.
  1. Susunan Tubuh :
Berbentuk sel tunggal, contoh : Peridinium dan Ceratium
Berbentuk filamen yang bercabang, contoh : Dinotrix dan Dinoclanium
Susunan sel: Anggota phyrrophyta banyak yang ditemukan tanpa adanya dinding sel. Sedangkan anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng – lempeng. Contoh : Glenodinium dan Peridinium. Terdapat lekukan pada tubuh selnya
Isi sel : terdapat inti berbentuk tunggal
Terdapat butir – butir kromatin yang berupa untaian (hal ini merupakan cii khas dari benda).
Pigmen : Klorofil a
Beta karoten
Xanthofil : Berupa Peridinin, Dinoxantin, Diadonoxanthin dan neodinoxanthin
  1. Cadangan Makanan
Berupa tepung dan minyak
  1. Alat Gerak
Berupa flagel, sebanyak 2 buah, satu buah melingkar sedangkan satu bagian lainnya berada di posterio. Ada juga flagel yang terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan berputar dan bila flagel bagisn posterior yang bergerak maka sel akan maju.
  1. Perkembangbiakan
Secara Vegetatif : Dengan pembelahan biner, yaitu pembelahan sel dengan sel anak mendapatkan sebagian dari sel induk (sel anak yang membentuk dinding baru). Contoh : Ceratium dan Peridinium
Gambar Perkembangbiakan dan Siklus Hidup Dinoflagelata
  1. Peranan
Sebagai zooplankton pada kehidupan air
Genus Peridinium
Peridinium adalah dinoflagellate dengan tebal, berlapis baja lempeng yang sering lobed dan dihiasi. Sutures yang cukup jelas terlihat dan cingulum adalah hampir di sel median. Sel mungkin untuk umumnya bulat lonjong berbentuk atau merata, dengan sirip belakang permukaan yang cembung cekung dan suatu permukaan perut. Beberapa spesies (seperti Peridinium limbatum) mempunyai keberanian. Genus memiliki lebih dari 30 spesies, yang sebagian besar adalah photosynthetic.
Sebagian besar peneliti setuju bahwa Peridinium harus dipisahkan menjadi dua Genera. Kelompok pertama akan mencakup sel besar (sebanyak 65 μm dalam diameter) dengan tiga intercalary piring. Kelompok kedua akan sangat kecil sel yang kurang dari setengah ukuran, dengan hanya dua intercalary piring.
Peridinium adalah wakil dari thecate dinoflagellates piring yang tebal dari dinding sangat kentara dan dipisahkan oleh sutures. The zones of sutures are referred to as striated girdle bands. Sutures dari wilayah yang disebut sebagai Striated sabuk band.
Peridinium besar adalah genus kecil menengah untuk ukuran dinoflagellates, beberapa tetapi tidak semua yang photosynthetic. Nonphotosynthetic adalah spesies phagotrophic atau osmotrophic.
Species occur in freshwater and marine planktonic habitats worldwide. Jenis terjadi di air tawar dan laut planktonic habitat di seluruh dunia. At least a few photosynthetic species may form significant blooms (“red tides”). Some of these blooms are associated with nuisance odors and fish kills, although the most devastating “red tide” dinoflagellates belong to other genera. Sekurang-kurangnya beberapa jenis photosynthetic dapat membentuk signifikan mekar ( “merah arus”). Beberapa mekar ini adalah terkait dengan gangguan odors ikan dan membunuh, meskipun yang paling merugikan “merah pasang” dinoflagellates milik Genera lain.
Photosynthetic species in the genus Peridinium , and species in closely-related genera that are still treated as species of Peridinium by many workers, are frequently used as experimental organisms in cell biology research, especially in the areas of nuclear structure and function, circadian rhythms, and endosymbiosis. Photosynthetic spesies dalam genus Peridinium, dan jenis-terkait erat dalam Genera yang masih dirawat sebagai jenis Peridinium oleh banyak pekerja, yang sering digunakan sebagai percobaan organisme dalam penelitian biologi sel, khususnya dalam bidang nuklir struktur dan fungsi, circadian rhythms, dan endosymbiosis.
Struktural yang unik dan molekul fitur Peridinium dan keluarga telah diminta banyak spekulasi mengenai sejarah dari dinoflagellates evolusioner. Tidak lama lalu, kelompok ini dipercaya termasuk orang-orang yang paling kuno yang masih ada eukaryotic lineages. Bukti saat menyarankan Namun, yang dinoflagellates adalah berasal grup, paling erat kaitannya dengan ciliates dan apicomplexan sporozoans.
Gambar Contoh Genus Anggota Dinoflagelata: Peridinium sp
Fenomena dan Problem
Dinoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas plankton laut, tetapi lebih melimpah di perairan tawar. Fenonema menarik yang dihasilkan oleh Pyrrophyta adalah kemampuan bioluminescence (emisi cahaya oleh organisme), seperti yang dihasilkan oleh Noctiluca, Gonyaulax, Pyrrocystis, Pyrodinium dan Peridinium sehingga menyebabkan laut tampak bercahaya pada malam hari.
Fenomena lainnya adalah pasang merah (red tide) yaitu blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter. Red tide dapat menyebabkan:
1. Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus brevis, Prorocentrum dan Gymnodinium breve
2. Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan Cochlodinium
3. Kematian organisme laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.
Species yang hidup di air laut dari genus Gymnodinium dan Gonyaulax menyebabkan pasang merah ( “red tide“) terutama di daerah pantai New England, Florida, California dan Eropa yang menyebabkan paralitic shellfish poisoning (PSP). Di bawah kondisi lingkungan yang ideal dan didukung adanya substansi pertumbuhan menyebabkan populasi species tertentu bertambah jumlahnya. Riegel (1949) menggambarkan bahwa red tide di Monterey Bay, California kepadatan Gonyaulax mencapai 20 sampai 40 juta organisme per cm3. Namun demikian red tide tidak selalu merah, ada kemungkinan berwarna kuning atau coklat. Konsentrasi substansi metabolic toxic tertentu (saxitoxin) dengan level yang tinggi menyebabkan kehidupan organisme di laut akan terbunuh. Pada tahun 1972 red tide yang terjadi di pantai New England dan Florida, jutaan burung, ikan dan hewan lainnya telah terbunuh dan mendatangkan malapetaka bagi industri kerang-kerangan karena larangan memakan remis besar (clam and cysters).
Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak tersusun oleh pelat-pelat. Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut, merupakan dinoflagellata yang cingulumnya terletak di tengah-tengah dan melingkari sel dengan sempurna dan berakhir pada permukaan ventral.
Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus dinding sehingga berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang yang dua ditempat tubuh lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis mempunyai bentuk seperti kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti layar atau sayap.
Daftar Pustaka
Tjitrosomo, Siti Sutarmi. 1983. Botani Umum 3. Angkasa. Bandung.
Latifah, Roimil dan Eko Susetyorini. 2001. Botani Tumbuhan Rendah. UMM Press. Malang.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1991. Taksonomi Tumbuhan. UGM Press. Yogyakarta.
Anonimous. 2006. Dinoflagelata. (online). www.wikipedia.org. Diakses tanggal 10 November 2008.
Hariyati, Riche. 2008. Chlorophyta. (online). www.bukuajarprotista.blogspot.com. Diakses Tanggal 08 November 2008.
Anonimous. 2008. Division Phaeophyta. (online). www.hawainuniversity.ac.uk. Diakses tanggal 08 November 2008.
JN Butler, dkk. 1983. Studies of Sargassum and the Sargassum Community. Bermuda Biological Station Special Publication No. 22.
Anonimous. 2008. Divisi Phaeophyta, Ganggang coklat. (online). www.oceanlink.com. Diakses tanggal 7 November 2008.
Anonimous. 2008. Alga: Chrysophyta. (online). www.edu2000.com. Diakses tanggal 10 November 2008.
Anonimous. 2008. Chrysophyta. (online). www.highbeam.com. Diakses tanggal 10 November 2008.
Anonimous. 2008. Chlorophyta. (online). www.wikipedia.org. Diakses tanggal 09 November 2008.
Smith, Celia. 2007. Chlorophyta – 1. (online). www.celiasmith.com. Diakses tanggal 06 November 2008.
Hariyati, Riche. 2008. Protista Autotrof Eukariotik: Pyrrophyta (Dinoflagellata). (online). www.bukuajarprotista.blogspot.com. Diakses tanggal 10 November 2008.
Anonimous. 2008. Peridinium. (online). www.ehrenberg.com. Diakses tanggal 10 November 2008.

Ganggang (Algae)

1.    Pendahuluan
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia tallopyta (tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.dan
ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan bentuk Alga (jamak Algae) juga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). serupa benang atau lembaran.
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :
-    fikosianin           : warna biru
-    klorofil               : warna hijau
-    fikosantin           : warna perang/ coklat
-    fikoeritrin           : warna merah
-    karoten               : warna keemasan
-    xantofil               : warna kuning
Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab.
Ganggang terbagi menjadi beberapa kelas :
-    Cyanophyta    (ganggang biru), masih prokaryotik.
-    Chlorophyta   (ganggang hijau)
-    Chrysophyta   (ganggang keemasan)
-    Phaeophyta    (ganggang coklat/ perang)
-    Rhodophyta    (ganggang merah)
Ganggang atau Alga Orang-orang di negara Jepang banyak yang memakan ganggang, karena tumbuhan itu selain lezat juga merupakan sumber vitamin C dan mineral. Selain ganggang, di dalam laut juga ada bunga laut. Ada lagi yang disebut dengan rumput laut. Rumput laut banyak sekali ditemukan di Laut daerah Mediterania.
Sebagian tumbuhan laut dapat ditemukan dekat dengan tepi laut, sebagian lagi dapat ditemukan tumbuh di laut bebas. Tiap tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis maka tumbuhan laut tumbuh dekat dengan permukaan laut. Banyak ilmuwan yang mengemukakan bahwa Alga (Ganggang) sebenarnya bukanlah tumbuhan. Mereka memiliki jenis yang terpisah disebut Protist. Sebagian besar Protist tidak dapat berfotosintesis (membuat makanannya sendiri).
Seperti diketahui dari namanya, ganggang laut adalah tumbuhan laut yang hidup di air asin. Ganggang ada yang mengambang secara bebas tetapi sebagian besar hidup berdekatan dengan permukaan laut di batu-batu karang, rumah keong atau siput. Ganggang hidup di sepanjang tepi laut yang dangkal sering juga disebut “Intertidal Zone” (daerah pasang surut air). Ganggang dapat ditemukan dalam jarak 40 meter (130 kaki) dibawah laut atau daerah yang masih terkena sinar matahari.
Ganggang biasanya ditemukan di pantai-pantai kecuali di Pantai barat Afrika dan di barat tengah Amerika. Beberapa tumbuhan laut dan Ganggang hidup dengan satu sel yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Kebanyakan ganggang laut tersusun dari banyak sel, karena itu dapat dilihat langsung dengan mata kita.
Ganggang terbagi menjadi 3 grup berdasarkan warnanya, yaitu Ganggang Hijau, Coklat dan Merah.Yang diketahui sekarang Ganggang Merah 6000 jenis, Ganggang Coklat 2000 jenis dan ganggang Hijau 1200 jenis.
Ganggang yang bersifat bentik digolongkan lagi menjadi;
a. Epilitik ( hidup diatas batu)
b. Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
c. Epipitik ( melekat pada tanaman )
d. Epizoik ( melekat pada hewan).
a.    Habitat Alga
Penyebaran makro alga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesa. Didaerah ini merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan. Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus facus alga yang sering disebut rumput laut (seaweeds). Biasanya makro alga sedikit terdapat diperairan yang dasarny berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk tempatnya melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya
Penyebaran dan pertumbuhan seaweeds disuatu perairan pantai sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor salinitas, intensitas cahaya matahari, dan turbiditas dan juga tipe substrat dan kedalaman dasar laut adalah dua faktor penting yang menentukan kehadiran suatu jenis
alga bersel banyak kebanyakan melekat pada batuan atau dasar yang keras diperairan dangkal. Alga ini melekat dengan
Menggunakan organ yang kuat memegang tetapi bukan akar dan sering kali membentuk hutan yang luas (kelp beds) tepat dibawah garis air surut atau pasang surut
Tumbuhan alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah.
Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih inenonjol dan menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi.
Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin (berwama biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (he merah). Disamping itu juga diternukan zat-zat warna santofli dan karoten.
Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:
a. Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan,
b. Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan karena naik turun air akibat pasang surut.
c. Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air,
d. Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar perairan
b.    Pigmen
Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga memiliki pigmen – pigmen tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran yang beraneka ragam ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau pita , atau bersel banyak berbentuk lembaran. Dalam perairan ganggang merupakan penyusun vitoplankton yang biasanya melayang – laying didalam air, tetapi juga dapat hidup melekat didasar perairan disebut neustonik
Ganggang ini hidup di laut, bentuk tubuh seperti rumput sehingga disebut dengan rumput laut. Tubuh bersel banyak bentuk seperti lembaran. Warna merah karena mengandung pigmen fikoeritrin. Reproduksi seksual dengan peleburan antara spermatozoid dan ovum menghasilkan zigot. Zigot tumbuh menjadi ganggang merah. Contoh gangganng merah adalah Euchema spinosum, Gelidium, Rhodymenia dan Scinata. Euchemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Ganggang merah mempunyai pigmen yang disebut fikobilin yang terdiri dari fokoeritrin (merah) dan fikosianin (biru). Hal ini memungkinkan ganggang yang hidup di bawah permukaan laut menyerap gelombang cahaya yang tidak dapat diserap oleh klorofil. Kemudian pigmen ganggang ini menyampaikan energi matahari ke molekul klorofil.
c.    Cadangan makanan
Alga menyimpan hasil kegiatan fotosintesis sebagal hasil bahan makanan cadangan didalam selnya. Sebagal contoh adalah alga hijau yang dapat menyimpan pati seperti pada tumbuhan tingkat tinggi \
Alga adalah organisme berkloroplas yang dapat mneghasilkan oksigen mclalui proses fotosintesis. Ukuran alga beragam dan beberapa micrometer sarnpai beberapa meter panjangnya. Alga tersebar luas di alam dan dijumpai hanipir di segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari
Kebanyakan alga adalah organisme akuatik yang tumbuh pada air tawar atnu air laut. Beberapa .icnis alga fotosintetik yang menggunakan CO sebagai sumber karbon dapat tumbuh dengan baik di tempat gelap (lengan mcnggunnkun senyawa organic sebagai sumber karbon, jadi bcrubah dan metabol isme fotosintesis menjad I metabolisme pernafasan dan perubahan mi bergantung pada keberadaan matahari
Alga memiliki sel-sel kloroplas yang berwarna hijau. mengandung kiorofil a dan b serta karcionoid. Pada kloroplas terdapat pirenoid hash asimilasi berupa tepung dan lemak. Cloropyceae terdiri atas scI kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak adapula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbt ban tingkat tiriggi. Biasanyan hidup dalarn air tawar, menempatkan suatu bentos. Yang bersel besar dan ada pula yang hisup di air taut, terutama dekat pantai.
d.    Flagel
Pada ganggang hijau yang bergerak terdapat dua flagella yang sama panjang, macamnya adalah stikonematik, pantonematik, dan pantokronematik, Pada sel yang dapat bergerak terdepat vakuola kontraktil didalam sitoplasmanya, vakuola ini berfungsi sebagai alat osmoregulasi
Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
1.    Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
2.    Bentuk multiseluler:
1.    a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2.    Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3.    Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial.
4.    Bentuk sifon/pipa.
5.    Pseudoparenkhimatik
e.    Stuktur  tubuh sel
Bentuk tubuh ada yang bulat, filament, lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuahn tinggi, misalnya bryopsis,
Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih inenonjol dan menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi.
The structure of the single-celled alga Protococcus is similar in some ways to a plant cell. Algal cells, like those in plants, have a nucleus and a stiff cell wall made of cellulose. Floating in the cell’s cytoplasm is a chloroplast, which contains chlorophyll. The chlorophyll uses energy from sunlight to make food from carbon dioxide and water. Colonies of these algae cells form green scum on ponds and moist rocks
f.    Dinding Sel
Macam bentuk tubuh ganggan yaitu berselsatu atau uniseluler , membentuk koloni berupa filament atau kolini yang tidak membentuk filament.
Sebagian ganggang yang uniseluler dapat bergerak atas kekuatan sendiri (motil), dan yang tidak dapat bergerak sendiri yaitu nonmotil.
Perbedaan dengan tubuh uniseluler yang mikroskosis, pada ganggang yang membentuk koloni berupa filament berukuran cukup besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang, sel yang terletak paling bawah pada filament membentuk alat khusus untuk menempel pada batu, batang pohon, atau lumpur. Alat tersebut dinamakan pelekat.
Koloni ganggang yang tidak membentuk filamnen umumnya berbentuk pola atau pipih tanpa pelekat.Sedangkan ganggang yang membentuk koloni tanpa filament, taupun koloni yang berupa filament, reproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasia dalah terpecah – pecahnya koloni menjadi beberapa bagian
Ganggang masuk ke dalam kelompok bakteri. Ganggang memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, dan bisa melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, ganggang ini dikenal dengan sebutan Cyanophyta dan bersama bakteri masuk ke dalam kingdom Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa ganggang ini memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri (Eubacteria)
g.    Inti sel
Inti ganggang ini memiliki membrane, sehingga bentuknya tetap, disebut eukarion
h.    Pekembangbiakan
Reproduksi akan menghasilkan dua sel anakan yang masing – masing akan menjadi individu baru, terjadi pada ganggang bersel tunggal.
Sedangkan ganggang yang membentuk koloni tanpa filament, taupun koloni yang berupa filament, reproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasia dalah terpecah – pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
perkembangbiakan alga ada dua macam yaitu secara aseksual san seksul. Secara aseksual terjadi pada alga hijau dan alga pirang dimana perkembangbiakan dilakukan dengan cara membentuk zoospora yang dilengkapi flagel berambut. Sedangkan perkembangbiakan alga hijau adalah anisogami dimana gamet jantan selalu bergerak mendekati gamet betina dengan cara kemotaksis. Perkembangbiakan seksual pada alga pirang dengan isogami dan anisogami.
Pada hakekatnya alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang berfungsi seperti pada tumbuhan darat. Seluruh wujud alga terdiri dari semacam batang yang disebut thallus, hanya bentuknya yang beraneka ragam. Substansinya pun bermacam-macam ada yang lunak, keras mengandung kapur atau berserabut
2.Morfologi Alga secara Umum
Makro alga mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Selain tubuh berbentuk Thallus ciri lainnya adalah bahwa dinding selnya dilapisi lendir dan bersifat autotrof yang dapat hidup sendiri tanpa tergantung pada makhluk lain. Secara ekologi makro alga mempunyai beberapa fungsi penting didaerah pesisir.
Alga (Ganggang) termasuk tumbuhan tingkat rendah yang berukuran makroskopis, dan susunan kerangka tubuhnya tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan tubuhnya dikenal dengan nama Thallus. Beberapa tumbuhan mempunyai bentuk kerangka tubuh menyerupai tumbuhan berakar, berbatang dan berdaun atau berbuah, tetapi semua bentuk tubuh tumbuhan tersebut sebetulnya hanyalah thlallus.
Rumput laut atau seaweeds termasuk tumbuhan thallus yang banyak dijumpa hampir diseluruh perairan pantai Indonesia, terutama dipantai yang mempunyai rataan terumbu karang. Didalam perairan rumput laut menempati posisi sebagai produsen primer yang menyokong kehidupan biota lain pada tropik level yang lebih tinggi.
Tubuh alga berupa thallus dan memiliki struktur yang sangat bervariasi kadang-kadang menyerupai kormus tumbuhan tinggkat tinggi. Bentuk thallus alga makroskopis bermacam-macam antara lain bulat, pipih, gepeng bulat seperti kantong dan seperti rambut. Thalli ada yang tersusun uniseluler dan multiseluler.
Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus), pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama ), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama), dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilaginous) dan berserabut (spongious)
Pigmen yang terdapat dalam thallus makro alga dapat digunakan untuk membedakan berbagai kelasnya. Pigmen ini dapat pula  menentukan warna thallus sehingga diketahui kelasnya misalnya Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Cyanophyceae. Pigmen ini antara lain klorofil, karoten, fikoeritrin, dan fikosanin yang merupakan pigmen utama disamping pigmen-pigmen yang lainnya.
Ekologi Makro Alga
Makro alga memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Banyaknya sinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Fotosintesis berlangsung tidak hanya dengan bantuan sinar matahari saja tetapi juga oleh zat hara sebagai makanannya. Gerakan air selain untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat maknannya, membersihkan kotoran dan dan melangsungkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Gerakan air yang baik untuk pertumbuhan rumput laut ini antar 20-40 cm/detik. Sedangkan gerakan air bergelombang tidak lebih dari 30 cm. Bila arus air lebih cepat maupun ombak yeng terlalu tinggi dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman misalnyapatah atau terlepas dari substratnya
Pertumbuhan makro alga juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam dan temperatur. Ada 2 golongan makro alga bedasarkan kisaran salinitas yaitu: Rumput laut yang stenohalin, yaitu makro alga yang hidup, dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit artinya bahwa makro alga ini tidak mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi; dan rumput laut yang euryhalin yaitu rumput laut yang tumbuh pada kisaran salinitas yang luas dimana artinya bahwa makro alga ini mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi
Manfaat Makro Alga
seaweeds memiliki nilai ekonomis yang sangat penting artinya bagi para penduduk karena dapat dimanfaatkan untuk sayuran, obat traditional, pupuk organik, makanan ternak dan sebagainya. Bahkan senyawa kimia yang di ekstraksi dari alga laut makro bentik ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dan bahan tambahan untuk pembuatan makanan, obat-obatan dan kosmetik.
Makro alga diperairan Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya yang tersebar di Indonesia. Potensi usaha makro alga di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produktif sebesar 482.400 ton/ tahun
budidaya makro alga mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Pemanfaatan alaga secara tradisional terutama sebagai bahan pangan misalnya ada yang dimakan mentah seperti lalap, dibuat sayur atau sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditi ekspor baru berkembang daalm beberapa dasawarsa terakhir ini.
kandungan yang terdapat dalam makro alga adalah algin, agar dan keraginan. Algin adalah bahan yang terkandung dalam alga coklat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan farmasi. Agar-agar bisa diperoleh dari alga merah yaitu dari marga  Gellidium, Gracillaria, Hypnea merupakan bahan pokok pembuatan agar-agar. Sedangkan karaginan merupakan bahan yang juga diperoleh dari berbagai jenisalga merah. Abhan ini dalam industri perdagangan mempunyai manfaat yang sama dengan Agar dan Algin.
Klasifikasi Makro alga
Bayart dan Robert (1983) mengolongkan alga menjadi 3 kelas besar subfillum dari tallophyta sebagai berikut : alga hijau, alga Coklat / perang dan alga merah. Webber & thurman (1985); Aslan (1996) menggolongkan Makro alga menjadi 3 classis yaitu
1 Alga Hijau (Chlorophyceae)
Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.
Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi.
contoh :
- Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng, hidup di air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan tiap sel membentuk 4 sel anakan. Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat dimanfaatkan kelak untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni protein, lemak dan karbohidrat.
- Ulva  : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat dimakan.
- Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan yang airnya tidak deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru.
- Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu nukleus. Ditemukan butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat pembentukan tepung (amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri dan konyugasi.
- Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai klorofil juga dapat berpindah tempat.
- Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan konyugasi sel gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan zigospora.
- Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain.
- Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas dan tiap ruas bercabang kecil.
Peranan ganggang hijau dalam kehidupan :
a.   Menguntungkan :
- sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar.
- dapat dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella.
- penghasil O2 dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air.
b. Merugikan :
- ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga air akan berubah warna dan berbau.
Chlorophyta (algae hijau) adalah tumbuhan yang berwarna hijau yang mirip dengan tumbuhan tinggi berdasarkan pigmennya, khlorofil a dan b, karotin dan xantofil. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan pektin, dan hasil fotosintesisnya adalah karbohidrat (tepung). Terdapat perkapuran pada beberapa jenis,. Jenis-jenis dari divisi ini adalah makroskopis, filamen, ( benang ), sefon ( bunga karang ) atau bentuk thallus.
Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah
klasifikasi dari alga hijau ini sebagai berikut :
Divisio     : Chlorophyta
Classsis     : Cholrophyceae
Ordo        : Ulvales
Familia    : Ulvaceae
Genus     : Ulva
Species     : Ulva sp.
Adapun ciri-ciri dari alga ini adalah :
Ø    Reproduksi mempunyai stadia berbuluk cambuk, seksual dan aseksual.
Ø    Mengandung khlorofil a dan b, beta, gamma karoten dan santhofil.
Ø    Berwarna hijau
Ø    Persediaan (cadangan) makanan berupa kanji dan lemak.
Ø    Dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan dan mannan.
Ø    Memiliki thilakoid
Ø    Dalam plastiada terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produk hasil sintesis.
Ø    Thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membaran, tubulat, dan kantong atau bentuk lain.
a. Ciri talus
1. Ada yang bersatu dan bersel banyak (koloni )
2. Bentuk tubuh ada yang bulat, filament, lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuahn tinggi, misalnya bryopsis,
3. Kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang,
4. Pada pirenoid yang terdapat pada kloroplas gangganh hiaju motil dan pada sel reproduktif yang bergerak terdapat stigma (bintik mata merah).
5. Pada sel yang dapat bergerak terdepat vakuola kontraktil didalam sitoplasmanya, vakuola ini berfungsi sebagai alat osmoregulasi.
6. Inti ganggang ini memiliki membrane, sehingga bentuknya tetap, disebut eukarion.
7. Pada ganggang hijau yang bergerak terdapat dua flagella yang sama panjang, macamnya adalah stikonematik, pantonematik, dan pantokronematik.
b. Habitat
Habitat ganggang ini diair tawar, air laut, tanah – tanah yang basah , ada pula yang hidup di tempat – tempat kering.
c. Cara hidup
Ganggang hiaju hidup secara autotrof. Namun ada pula yang bersimbiosis dengan organism lain, mislanya dengan jamur membentuk lumut kerak.
d. Reproduksi
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospore, yaitu spora yang dapat bergerak atau berpindah tempat. Reproduksi aseksualnya berlangsung secara konjugasi.Hasil konjugasi berupa suatu zigospora , zigospora tidak mempunyai alat gerak.
Contoh bebrapa jenis alga hijau, antara lain : spirogyra.volvox, chalamidomonas, vulva dan stigeoslonium.
Dinding sel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sel tumbuhan dipisahkan oleh dinding sel yang transparan.
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.
Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
Ø    Umumnya Eukariotik, berinti satu atau banyak (Kanositik)
Ø    Bersifat binthik atau planktonik.
Sel Prokariotik & Eukariotik
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik
Species yan tergolong dalam dua marga dari divisio ini adalah Caulerpa sp dan Ulva sp dan Enteromorpha sp. Adapun gambarnya sebagai berikut :
Contoh ganggang hijau biru bersel satu adalah Chroococcus dan Gloeocapsa.
Chroococcus
Ganggang ini biasanya hidup di dasar kolam yang tenang, tembok yang basah atau cadas. Biasanya sel-sel yang muda tetap bersatu karena ada selubung yang mengikatnya. Pembiakan berlangsung secara vegetatif, dengan membelah diri. Setelah pembelahan, sel-sel tetap bergandengan sehingga membentuk koloni.
2.    Alga Coklat (Phaeophyceae)
Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)Hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter.
Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,c sedangkan generatif dengan isogami dan oogami.
Contoh :
- Laminaria
- Fucus
- Turbinaria
- Sargasum
Peranan ganggang coklat :
- Penghasil asam alginat, sebagai bahan campuran es krim, cat, obat-obatan, lateks sintetis
- Sumber I2 (iodium) dan K (kalium)
- Sebagai makanan ternak
Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan. Tidak ditemukan zat tepung, hidup di air tawar, dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin, hidupnya melekat pada batu-batu, kayu dan ada yang hidup sebagai endofit.
Menurut Abbot (1978) klasifikasi dari alga coklat ini sebagai berikut :
Divisio     : Phaeophyta
Classsis     : Phaeophyceae
Ordo        : Fucales
Familia    : Sargassaceae
Genus     : Sargassum
Species     : Sargassum sp
Adapun alga divisio ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Ø    Saat reproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual.
Ø    Mempunyai pigmen khlorofil a dan c, beta karoten, Violasantin dan Fukosantin.
Ø    Warna umumnya coklat.
Ø    Persediaan makan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (Beta, 1-3 ikatan glukan).
Ø    Pada bagian dalam dinding selnya tedapat asam alginik dan alginat.
Ø    Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis).
Ø    Ukuran dan bentukm thalli beragam dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabang ada Yang}” sederhana dan ada pula yang tidak bercabang.
Ø    Umumnya tumbuh sebagai algae benthik.
Phaeophyta (algae coklat) berwarna coklat karena fukoxantin yang menutupi klorofil a dan c, karotin dan xantofil lainnya. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan asam alginik. Hasil makanan cadangan adalah karbohidrat. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen atau bentuk thallus
warna ganggang coklat disebabkan oleh pigmen coklat (pikosantin), yang secara dominan menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan.ganggang coklat juga mengandung pigmen lainnya seperti klorofil a, klorofil c, violak xantin, b-karioten, diadinoxcatin, dan fukosantin.
a. Ciri – ciri talus
1. ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai dengan maksoskopis, ada yang berbentuk tegak, bercabang, filament tidak bercabang, dan filament dasar.
2. Ganggang ini melalui kloroplas tunggal, ada beberapa yang berbentuk lempengan discoid (cakram) dan ada pula yang seperti benang.
3. Mempunyai pirenoid yang terdapat didalam kloroplas.
4. Bagian dalam dinding selnya tersusun dari lapisan selulosa sedangkan bagian luar tersusun dari gumi. Pada dinding sel dan ruang antar sel terdapat asam alginate atau algin.
5. Merupakan jaringan transportasi air dan zat makanan yang analog dengan jaringan tranzportasi pada tumbuhan darat.
b. Habitat
Ganggang coklat umumnya hidup di air laut, khusunya laut yang agak dingin dan sedang.
c. Cara hidup
Bersifat autotrof fotosintesis, terjadi dihelaian yang mempunyai daum. Gula yang dihasilkan ditransportasikan ketangkai yang menyerupai batang.
d. Peranan ganggang coklat dalam kehidupan
Dimanfaatkan sebagai industry makanan atau farmasi, algin atau asam alginate dari ganggang coklat digunakan dalam pembentukan eskrim, pembentukan pil, salep, pembersih gigi, lotion dank rim, selain itu dapat dimanfaatkan untuk kandungan nitrogen dan kaliumnya cukup tinggi, sedangkan kandungan folfornya rendah.
e. Reproduksi
Terjadi secara aseksual dengan pembentukan zoospore berflagella dan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual terjadi secara ogami dan isogami.
Contoh ganggang coklat;
1. Focus serratus
2. Makro cystis pyrefera
3. Sargassum vulgare
4. Turbinsaris decurrens
Dari divisio ini, yang akan dikemukakan disini adalah species dari marga Sargassum, Hormophysa, dan Turbinaria.
3.    Alga Merah (Rhodophyceae)
Rhodophyta (algae merah) umumnya warna merah karena adanya protein fikobilin,terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerah-merahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa dari mereka bentuknya seperti lumut.
Rhodophyta (ganggang merah)
Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen kklorofi a, klorofil d, karoten, fikoeritrin, fikosianin.
Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran.
Reproduksi vegetatif dengan spora.
Contoh :
- Batrachospermum
- Gelidium
- Eucheuma
- Gracililaria
- Chondrus
- Porphyra
- Polysiphonia
- Nemalion
-  dll
Peranan ganggang merah :
Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.
Ganggang merah (Rodophyceae)
Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetpai ada juga yang lembayung atau pirang atau kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi
a. Ciri talus
1. Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
2. Tidak berflagella.
3. Selnya terdiri dari komponen yang berlapis – lapis.
4. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi.
b. Cara hidup
Ganggang merah umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.
c. Habitat
Umumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang coklat. Hidup diperairan tawar.
d. Reproduksi
Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung – ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit. Karkosporafit akan menghasil tentranspora.
Contoh anggota ganggang merah antara lain: porallina, parmalia, bateracospermum moniniformi, gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia furkellata.
e. Peran ganggang merah pada kehidupan.
Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri.
Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami.
Sebaran alga atau rumput laut diindnesia ada beberapa jenis yaitu rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte) diantaranya adalah Gracillaria sp, Gelidium, Gelediupsis, Hypnea, dan rumput laut penghasil keraginan yaitu  spinosum, Euchema catini  dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput laut penghasil algin yaitu sargasum, Marcocystis, dan lessonia.
Klasifikasi dari alga merah ini sebagai berikut :
Divisio     : Rhodophycophyta
Classsis     : Rhodophyceae
Ordo        : Gigartinales
Familia    : Gracilariaceae
Genus     : Gracilaria
Species     : Gracilaria  sp
Adapun alga dari devisi ini ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut :
Ø    Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk
Ø    Reproduksi seksual denga karpogonia dan spermatia
Ø    Pertumbuhannya bersifat uniaksial (astu sel diujung thallus) dan multikasial (banyak sel diujung thallus).
Ø    Alat perekat (Holdfast) terdiri dari perakan sel tunggal atau sel banyak.
Ø    Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru)
Ø    Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan  dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti : merah tua, Merah muda, pirang, coklat kuning dan hijau.
Ø    Memilki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch).
Ø    Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragean, porpiran dan fulselaran.
4.Chrysophyceae
Chrysophyta ( ganggang keemasan)
Bersel tunggal atau banyak, mempunyai pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin.
Hidup di tempat yang basah, laut, air tawar, dan merupakan  fitoplankton.
Contoh :
- Vaucheria : hidup di air atau tempat yang basah, berbentuk benang sering bercabang.
- Ochromonas : sel berbentuk bola, berstigma, flagel dua sama panjang, kloroplas berupa lembaran melengkung warna kekuningan.
- Diatome (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai epifit dan mayoritas sebagai plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome adalah Pinnularia sp. Cangkok Diatome dibuat dari bahan gelas yaitu silica.
Manfaat ganggang  keemasan :
Diatome (ganggang kersik) dapat dipakai sebagai penyerap nitrogliserin pada bahan peledak, sebagai campuran semen dan sebagai bahan penggosok.
Peranan ganggang dalam kehidupan :
1. Bidang industri
- Asam alginat yang dihasilkan ganggang perang berperan untuk pembuatan plastik, kosmetik dan tekstil.
- Navicula sp, yang mati membentuk tanah diatome dipakai sebagai bahan penyekat dinamit, penggosok dan saringan.
- Eucheuma spinosum (ganggang merah), merupakan penghasil agar-agar.
-         Chlorella merupakan sumber karbohidrat dan protein.
-         Fukus dan Laminaria, abunya menghasilkan yodium.
2. Bidang perikanan
Ganggang yang berupa fitoplankton merupakan makanan ikan di laut.
3. Dalam ekosistem
Pada ekosistem air ganggang berfungsi sebagai komponen produsen yang paling utama.
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura.
Synura sp. . Ganggang keemasan (Chrysophayceae)
Kelompok ini paling beragam dalam komposisi pigmennya, dinding selnya, dan tipe flagella selnya. Dan mengandung klorofil a , klorofil c, karoten dan xactofil.
a. Ciri talus
1. Bentuk dapat berupa batang, telapak tangan , dan bentuk – bentuk campuran.
2. Pada ganggang keemasan yang bersel satu ada yang memiliki dua flagella jheterodinamik yaitu sebagai berikut,
a) Satu flagella memiliki tonjolan seperti rambut yang disebut mastigonema, flagella seperti ini disebut pleuronematik.
b) Satu flagella lagi tidak mempunyai tonjolan seperti rambut disebut akronematik, mengarah ke posterior.
3. Pada kloroplas pada ganggang jenis tertentu ditemukan pirenoid yang merupakan tempat persediaan makanan.
b. Habitat
Habitatnya di air tawar atau air laut, tempat – tempat yang basah, dan merupakan anggota [enyusun plankton.
c. Cara hidup
Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat mensintesis makanan sendiri dengan memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
d. Reproduksi
Reproduksi aseksual dengan membentuk auksospora dan pembelahan diri, sedangkan reproduksi seksual dengan oogami.
e. Peranan ganggang keemasan dalam kehidupan
Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.
Ganggang (Algae)
1.    Pendahuluan
Dalam dunia tumbuhan ganggang termasuk kedalam dunia tallopyta (tumbuhan talus), karena belum mempunyai akar, batang dan daun secara jelas.dan
ganggang ada yang bersel tunggal dan juga ada yang bersel banyak dengan bentuk Alga (jamak Algae) juga adalah sekelompok organisme autotrof yang tidak memiliki organ dengan perbedaan fungsi yang nyata. Alga bahkan dapat dianggap tidak memiliki “organ” seperti yang dimiliki tumbuhan (akar, batang, daun, dan sebagainya). serupa benang atau lembaran.
Tubuh ganggang terdapat zat warna (pigmen), yaitu :
-    fikosianin           : warna biru
-    klorofil               : warna hijau
-    fikosantin           : warna perang/ coklat
-    fikoeritrin           : warna merah
-    karoten               : warna keemasan
-    xantofil               : warna kuning
Ganggang bersifat autotrof (dapat menyusun makanannya sendiri). Hampir semua ganggang bersifat eukaryotik. Habitat hidupnya di air tawar, laut dan tempat-tempat yang lembab.
Ganggang terbagi menjadi beberapa kelas :
-    Cyanophyta    (ganggang biru), masih prokaryotik.
-    Chlorophyta   (ganggang hijau)
-    Chrysophyta   (ganggang keemasan)
-    Phaeophyta    (ganggang coklat/ perang)
-    Rhodophyta    (ganggang merah)
Ganggang atau Alga Orang-orang di negara Jepang banyak yang memakan ganggang, karena tumbuhan itu selain lezat juga merupakan sumber vitamin C dan mineral. Selain ganggang, di dalam laut juga ada bunga laut. Ada lagi yang disebut dengan rumput laut. Rumput laut banyak sekali ditemukan di Laut daerah Mediterania.
Sebagian tumbuhan laut dapat ditemukan dekat dengan tepi laut, sebagian lagi dapat ditemukan tumbuh di laut bebas. Tiap tumbuhan memerlukan sinar matahari untuk berfotosintesis maka tumbuhan laut tumbuh dekat dengan permukaan laut. Banyak ilmuwan yang mengemukakan bahwa Alga (Ganggang) sebenarnya bukanlah tumbuhan. Mereka memiliki jenis yang terpisah disebut Protist. Sebagian besar Protist tidak dapat berfotosintesis (membuat makanannya sendiri).
Seperti diketahui dari namanya, ganggang laut adalah tumbuhan laut yang hidup di air asin. Ganggang ada yang mengambang secara bebas tetapi sebagian besar hidup berdekatan dengan permukaan laut di batu-batu karang, rumah keong atau siput. Ganggang hidup di sepanjang tepi laut yang dangkal sering juga disebut “Intertidal Zone” (daerah pasang surut air). Ganggang dapat ditemukan dalam jarak 40 meter (130 kaki) dibawah laut atau daerah yang masih terkena sinar matahari.
Ganggang biasanya ditemukan di pantai-pantai kecuali di Pantai barat Afrika dan di barat tengah Amerika. Beberapa tumbuhan laut dan Ganggang hidup dengan satu sel yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Kebanyakan ganggang laut tersusun dari banyak sel, karena itu dapat dilihat langsung dengan mata kita.
Ganggang terbagi menjadi 3 grup berdasarkan warnanya, yaitu Ganggang Hijau, Coklat dan Merah.Yang diketahui sekarang Ganggang Merah 6000 jenis, Ganggang Coklat 2000 jenis dan ganggang Hijau 1200 jenis.
Ganggang yang bersifat bentik digolongkan lagi menjadi;
a. Epilitik ( hidup diatas batu)
b. Epipalik (melekat pada lumpur atau pasir)
c. Epipitik ( melekat pada tanaman )
d. Epizoik ( melekat pada hewan).
a.    Habitat Alga
Penyebaran makro alga dibatasi oleh daerah litoral dan sub litoral dimana masih terdapat sinar matahari yang cukup untuk dapat berlangsungnya proses fotosintesa. Didaerah ini merupakan tempat yang cocok bagi kehidupan alga karena terdiri atas batuan. Daerah intertidal pada pantai yang berbatu-batu mempunyai sifat tertutup sesuai daerah alga merah atau alga coklat terutama alga dari genus facus alga yang sering disebut rumput laut (seaweeds). Biasanya makro alga sedikit terdapat diperairan yang dasarny berlumpur atau berpasir karena sangat terbatas benda keras yang cukup kokoh untuk tempatnya melekat. Umumnya ditemukan melekat pada terumbu karang, batuan, potongan karang, cangkang molusca, potongan kayu dan sebagainya
Penyebaran dan pertumbuhan seaweeds disuatu perairan pantai sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor salinitas, intensitas cahaya matahari, dan turbiditas dan juga tipe substrat dan kedalaman dasar laut adalah dua faktor penting yang menentukan kehadiran suatu jenis
alga bersel banyak kebanyakan melekat pada batuan atau dasar yang keras diperairan dangkal. Alga ini melekat dengan
Menggunakan organ yang kuat memegang tetapi bukan akar dan sering kali membentuk hutan yang luas (kelp beds) tepat dibawah garis air surut atau pasang surut
Tumbuhan alga merupakan tumbuhan tahun yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah.
Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih inenonjol dan menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi.
Zat-zat warna tersebut berupa fikosianin (berwama biru), fikosantin (berwarna pirang), fikoeritrin (he merah). Disamping itu juga diternukan zat-zat warna santofli dan karoten.
Berdasarkan habitat yang ditempatinya diperairan , dibedakan atas:
a. Ganggang Subbaerial yaitu ganggang yang hidup didaerah permukaan,
b. Ganggang Intertidal, yaitu ganggan secara periodic muncul kepermukaan karena naik turun air akibat pasang surut.
c. Ganggang Subritorsal, yaitu ganggang yang berada dibawah permukaan air,
d. Ganggang Edafik, yaitu ganggang yang hidup diddalam tanah pada dasar perairan
b.    Pigmen
Ganggang memiliki pigmen hijau daun yang disebut klorofil sehingga dapat melakukan fotosintesis. Selain itu juga memiliki pigmen – pigmen tambahan lain yang dominan. Ganggang memiliki ukuran yang beraneka ragam ada yang mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang atau pita , atau bersel banyak berbentuk lembaran. Dalam perairan ganggang merupakan penyusun vitoplankton yang biasanya melayang – laying didalam air, tetapi juga dapat hidup melekat didasar perairan disebut neustonik
Ganggang ini hidup di laut, bentuk tubuh seperti rumput sehingga disebut dengan rumput laut. Tubuh bersel banyak bentuk seperti lembaran. Warna merah karena mengandung pigmen fikoeritrin. Reproduksi seksual dengan peleburan antara spermatozoid dan ovum menghasilkan zigot. Zigot tumbuh menjadi ganggang merah. Contoh gangganng merah adalah Euchema spinosum, Gelidium, Rhodymenia dan Scinata. Euchemma spinosum merupakan penghasil agar-agar di daerah dingin. Ganggang merah mempunyai pigmen yang disebut fikobilin yang terdiri dari fokoeritrin (merah) dan fikosianin (biru). Hal ini memungkinkan ganggang yang hidup di bawah permukaan laut menyerap gelombang cahaya yang tidak dapat diserap oleh klorofil. Kemudian pigmen ganggang ini menyampaikan energi matahari ke molekul klorofil.
c.    Cadangan makanan
Alga menyimpan hasil kegiatan fotosintesis sebagal hasil bahan makanan cadangan didalam selnya. Sebagal contoh adalah alga hijau yang dapat menyimpan pati seperti pada tumbuhan tingkat tinggi \
Alga adalah organisme berkloroplas yang dapat mneghasilkan oksigen mclalui proses fotosintesis. Ukuran alga beragam dan beberapa micrometer sarnpai beberapa meter panjangnya. Alga tersebar luas di alam dan dijumpai hanipir di segala macam lingkungan yang terkena sinar matahari
Kebanyakan alga adalah organisme akuatik yang tumbuh pada air tawar atnu air laut. Beberapa .icnis alga fotosintetik yang menggunakan CO sebagai sumber karbon dapat tumbuh dengan baik di tempat gelap (lengan mcnggunnkun senyawa organic sebagai sumber karbon, jadi bcrubah dan metabol isme fotosintesis menjad I metabolisme pernafasan dan perubahan mi bergantung pada keberadaan matahari
Alga memiliki sel-sel kloroplas yang berwarna hijau. mengandung kiorofil a dan b serta karcionoid. Pada kloroplas terdapat pirenoid hash asimilasi berupa tepung dan lemak. Cloropyceae terdiri atas scI kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak adapula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbt ban tingkat tiriggi. Biasanyan hidup dalarn air tawar, menempatkan suatu bentos. Yang bersel besar dan ada pula yang hisup di air taut, terutama dekat pantai.
d.    Flagel
Pada ganggang hijau yang bergerak terdapat dua flagella yang sama panjang, macamnya adalah stikonematik, pantonematik, dan pantokronematik, Pada sel yang dapat bergerak terdepat vakuola kontraktil didalam sitoplasmanya, vakuola ini berfungsi sebagai alat osmoregulasi
Algae mempunyai bermacam-macam bentuk tubuh:
1.    Bentuk uniseluler: bentuk uniseluler yang berflagela dan yang tidak berflagela.
2.    Bentuk multiseluler:
1.    a. koloni yang motil, b. koloni yang kokoid
2.    Agregasi: bentuk palmeloid, dendroid, dan rizopoidal.
3.    Bentuk filamentik: filamen sederhana, filamen bercabang, filamen heterotrikh, filamen pseudoparenkhimatik yang uniaksial dan multiaksial.
4.    Bentuk sifon/pipa.
5.    Pseudoparenkhimatik
e.    Stuktur  tubuh sel
Bentuk tubuh ada yang bulat, filament, lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuahn tinggi, misalnya bryopsis,
Tubuh alga menunjukkan keanekaragaman yang sangat besar, tetapi sernua selnya selalau jelas mempunyal inti dan plastida dan dalam plastidnya terdapat zat-zat warna derivat kiorofil yaltu kiorofil a, b atau kedua-duanya. Selain derivat-derivat klorofil terdapat pula zat-zat warna lain yang justru kadang-kadang lebih inenonjol dan menyebabkan ketompok-kelompok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi.
Structur cell alga
The structure of the single-celled alga Protococcus is similar in some ways to a plant cell. Algal cells, like those in plants, have a nucleus and a stiff cell wall made of cellulose. Floating in the cell’s cytoplasm is a chloroplast, which contains chlorophyll. The chlorophyll uses energy from sunlight to make food from carbon dioxide and water. Colonies of these algae cells form green scum on ponds and moist rocks
f.    Dinding Sel
Macam bentuk tubuh ganggan yaitu berselsatu atau uniseluler , membentuk koloni berupa filament atau kolini yang tidak membentuk filament.
Sebagian ganggang yang uniseluler dapat bergerak atas kekuatan sendiri (motil), dan yang tidak dapat bergerak sendiri yaitu nonmotil.
Perbedaan dengan tubuh uniseluler yang mikroskosis, pada ganggang yang membentuk koloni berupa filament berukuran cukup besar, sehingga dapat dilihat dengan mata telanjang, sel yang terletak paling bawah pada filament membentuk alat khusus untuk menempel pada batu, batang pohon, atau lumpur. Alat tersebut dinamakan pelekat.
Koloni ganggang yang tidak membentuk filamnen umumnya berbentuk pola atau pipih tanpa pelekat.Sedangkan ganggang yang membentuk koloni tanpa filament, taupun koloni yang berupa filament, reproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasia dalah terpecah – pecahnya koloni menjadi beberapa bagian
Ganggang masuk ke dalam kelompok bakteri. Ganggang memiliki struktur sel prokariotik seperti halnya bakteri, dan bisa melakukan fotosintesis langsung karena memiliki klorofil. Sebelumnya, ganggang ini dikenal dengan sebutan Cyanophyta dan bersama bakteri masuk ke dalam kingdom Monera. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, diketahui bahwa ganggang ini memiliki karakteristik bakteri sehingga dimasukkan ke dalam kelompok bakteri (Eubacteria)
g.    Inti sel
Inti ganggang ini memiliki membrane, sehingga bentuknya tetap, disebut eukarion
h.    Pekembangbiakan
Reproduksi akan menghasilkan dua sel anakan yang masing – masing akan menjadi individu baru, terjadi pada ganggang bersel tunggal.
Sedangkan ganggang yang membentuk koloni tanpa filament, taupun koloni yang berupa filament, reproduksi melalui fragmentasi. Fragmentasia dalah terpecah – pecahnya koloni menjadi beberapa bagian.
perkembangbiakan alga ada dua macam yaitu secara aseksual san seksul. Secara aseksual terjadi pada alga hijau dan alga pirang dimana perkembangbiakan dilakukan dengan cara membentuk zoospora yang dilengkapi flagel berambut. Sedangkan perkembangbiakan alga hijau adalah anisogami dimana gamet jantan selalu bergerak mendekati gamet betina dengan cara kemotaksis. Perkembangbiakan seksual pada alga pirang dengan isogami dan anisogami.
Pada hakekatnya alga tidak memiliki akar, batang dan daun yang berfungsi seperti pada tumbuhan darat. Seluruh wujud alga terdiri dari semacam batang yang disebut thallus, hanya bentuknya yang beraneka ragam. Substansinya pun bermacam-macam ada yang lunak, keras mengandung kapur atau berserabut
2.Morfologi Alga secara Umum
Makro alga mempunyai bentuk yang bermacam-macam. Selain tubuh berbentuk Thallus ciri lainnya adalah bahwa dinding selnya dilapisi lendir dan bersifat autotrof yang dapat hidup sendiri tanpa tergantung pada makhluk lain. Secara ekologi makro alga mempunyai beberapa fungsi penting didaerah pesisir.
Alga (Ganggang) termasuk tumbuhan tingkat rendah yang berukuran makroskopis, dan susunan kerangka tubuhnya tidak dapat dibedakan antara akar, batang dan daun, sehingga keseluruhan tubuhnya dikenal dengan nama Thallus. Beberapa tumbuhan mempunyai bentuk kerangka tubuh menyerupai tumbuhan berakar, berbatang dan berdaun atau berbuah, tetapi semua bentuk tubuh tumbuhan tersebut sebetulnya hanyalah thlallus.
Rumput laut atau seaweeds termasuk tumbuhan thallus yang banyak dijumpa hampir diseluruh perairan pantai Indonesia, terutama dipantai yang mempunyai rataan terumbu karang. Didalam perairan rumput laut menempati posisi sebagai produsen primer yang menyokong kehidupan biota lain pada tropik level yang lebih tinggi.
Tubuh alga berupa thallus dan memiliki struktur yang sangat bervariasi kadang-kadang menyerupai kormus tumbuhan tinggkat tinggi. Bentuk thallus alga makroskopis bermacam-macam antara lain bulat, pipih, gepeng bulat seperti kantong dan seperti rambut. Thalli ada yang tersusun uniseluler dan multiseluler.
Percabangan thallus ada yang dichotomus (bercabang dua terus menerus), pectinate (sederet searah pada satu sisi thallus utama ), pinnate (bercabang dua-dua pada sepanjang thallus utama secara berseling), ferticinate (cabangnya berpusat melingkari aksis atau sumbu utama), dan ada juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat substansi thalli juga beraneka ragam ada yang lunak seperti gelatin (gelatinous), keras mengandung zat kapur (calcareous), lunak seperti tulang rawan (cartilaginous) dan berserabut (spongious)
Pigmen yang terdapat dalam thallus makro alga dapat digunakan untuk membedakan berbagai kelasnya. Pigmen ini dapat pula  menentukan warna thallus sehingga diketahui kelasnya misalnya Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Cyanophyceae. Pigmen ini antara lain klorofil, karoten, fikoeritrin, dan fikosanin yang merupakan pigmen utama disamping pigmen-pigmen yang lainnya.
Ekologi Makro Alga
Makro alga memerlukan sinar matahari untuk dapat melangsungkan fotosintesis. Banyaknya sinar matahari yang masuk dalam air berhubungan erat dengan kecerahan air laut. Fotosintesis berlangsung tidak hanya dengan bantuan sinar matahari saja tetapi juga oleh zat hara sebagai makanannya. Gerakan air selain untuk mensuplai zat hara, juga membantu memudahkan rumput laut menyerap zat maknannya, membersihkan kotoran dan dan melangsungkan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Gerakan air yang baik untuk pertumbuhan rumput laut ini antar 20-40 cm/detik. Sedangkan gerakan air bergelombang tidak lebih dari 30 cm. Bila arus air lebih cepat maupun ombak yeng terlalu tinggi dapat dimungkinkan terjadi kerusakan tanaman misalnyapatah atau terlepas dari substratnya
Pertumbuhan makro alga juga dipengaruhi oleh salinitas atau kadar garam dan temperatur. Ada 2 golongan makro alga bedasarkan kisaran salinitas yaitu: Rumput laut yang stenohalin, yaitu makro alga yang hidup, dan tumbuh pada perairan dengan kisaran salinitas yang sempit artinya bahwa makro alga ini tidak mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi; dan rumput laut yang euryhalin yaitu rumput laut yang tumbuh pada kisaran salinitas yang luas dimana artinya bahwa makro alga ini mampu tumbuh pada kisaran salinitas yang bervariasi
Manfaat Makro Alga
seaweeds memiliki nilai ekonomis yang sangat penting artinya bagi para penduduk karena dapat dimanfaatkan untuk sayuran, obat traditional, pupuk organik, makanan ternak dan sebagainya. Bahkan senyawa kimia yang di ekstraksi dari alga laut makro bentik ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku dan bahan tambahan untuk pembuatan makanan, obat-obatan dan kosmetik.
Makro alga diperairan Indonesia dapat diamati dari potensi lahan budidaya yang tersebar di Indonesia. Potensi usaha makro alga di Indonesia mencakup areal seluas 26.700 ha dengan potensi produktif sebesar 482.400 ton/ tahun
budidaya makro alga mempunyai peranan penting dalam usaha meningkatkan produksi perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi serta memenuhi kebutuhan pasar dalam dan luar negeri. Pemanfaatan alaga secara tradisional terutama sebagai bahan pangan misalnya ada yang dimakan mentah seperti lalap, dibuat sayur atau sebagai obat. Pemanfaatan untuk industri dan sebagai komoditi ekspor baru berkembang daalm beberapa dasawarsa terakhir ini.
kandungan yang terdapat dalam makro alga adalah algin, agar dan keraginan. Algin adalah bahan yang terkandung dalam alga coklat yang banyak digunakan dalam industri kosmetika dan farmasi. Agar-agar bisa diperoleh dari alga merah yaitu dari marga  Gellidium, Gracillaria, Hypnea merupakan bahan pokok pembuatan agar-agar. Sedangkan karaginan merupakan bahan yang juga diperoleh dari berbagai jenisalga merah. Abhan ini dalam industri perdagangan mempunyai manfaat yang sama dengan Agar dan Algin.
Klasifikasi Makro alga
Bayart dan Robert (1983) mengolongkan alga menjadi 3 kelas besar subfillum dari tallophyta sebagai berikut : alga hijau, alga Coklat / perang dan alga merah. Webber & thurman (1985); Aslan (1996) menggolongkan Makro alga menjadi 3 classis yaitu
1 Alga Hijau (Chlorophyceae)
Mempunyai pigmen klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. Ganggang ini juga dapat melakukan fotosintesis. 90% hidup di air tawar dan 10% hidup di laut. Yang hidup di air umumnya sebagai plankton atau bentos, juga menempel pada batu dan tanah. Ganggang hijau merupakan kelompok ganggang yang paling banyak jumlahnya diantara gangganga lain.
Cara reproduksi dengan fragmentasi dan konyugasi.
contoh :
- Chlorella : bersel satu, bentuk bulat, kloroplas menyerupai mangkuk atau lonceng, hidup di air tawar/ laut/ payau/ darat, pembiakan vegetatif dengan pembelahan sel dan tiap sel membentuk 4 sel anakan. Beberapa ahli beranggapan ganggang ini dapat dimanfaatkan kelak untuk memproduksi bahan makanan baru bagi manusia, yakni protein, lemak dan karbohidrat.
- Ulva  : terdapat di dasar pantai berbatu, berupa lembaran yang disebut selada air dan dapat dimakan.
- Spiroggyra: berbentuk benang (filamen) silindris, hidup di kolam, sawah atau perairan yang airnya tidak deras, reproduksi vegetatif dengan fragmentasi, generatif dengan konyugasi yaitu dua Spirogyra yang bertonjolan berdekatan, kemudian dua tonjolan bergabung membentuk pembuluh, protoplasma isi sel yang berlaku sebagai gamet, gamet sel yang satu pindah ke gamet sel yang lain dan terjadilah plasmogami dan diikuti kariogami, hasil persatuan ini berupa zigospora diploid, zigospora mengadakan meiosis dan tumbuh menjadi benang baru yang haploid, dan hanya satu sel yang menjadi individu baru.
- Chlamidomonas: berbentuk bulat telur dengan dua flagelum, satu vakuola dan satu nukleus. Ditemukan butir stigma dan pirenoidyang berfungsi sebagai pusat pembentukan tepung (amilum). Reproduksi dilakukan membelah diri dan konyugasi.
- Euglena: juga dikelompokan ke dalam protozoa (hewan), karena selain mempunyai klorofil juga dapat berpindah tempat.
- Hydrodictyon: ditemukan di air tawar dan koloninya berbentuk jala. Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi (pemisahan) sel koloni menghasilkan zoospora, sedang generatif dengan konyugasi sel gamet yang dilepas dari induknya menghasilkan zigospora.
- Oedogonium: biasanya melekat pada tanaman air, rumaha siput dan lain-lain.
- Chara : bentuknya seperti tumbuhan tingkat tinggi, terdapat di air tawar. Batang beruas-ruas dan tiap ruas bercabang kecil.
Peranan ganggang hijau dalam kehidupan :
a.   Menguntungkan :
- sebagai plankton dan merupakan komponen penting dalam rantai makanan air tawar.
- dapat dipakai sebagai makanan, misal Ulva dan Chlorella.
- penghasil O2 dari proses fotosintesis yang diperlukan oleh hewan-hewan air.
b. Merugikan :
- ganggang hijau dapat mengganggu bila perairan terlalu subur, sehingga air akan berubah warna dan berbau.
Chlorophyta (algae hijau) adalah tumbuhan yang berwarna hijau yang mirip dengan tumbuhan tinggi berdasarkan pigmennya, khlorofil a dan b, karotin dan xantofil. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan pektin, dan hasil fotosintesisnya adalah karbohidrat (tepung). Terdapat perkapuran pada beberapa jenis,. Jenis-jenis dari divisi ini adalah makroskopis, filamen, ( benang ), sefon ( bunga karang ) atau bentuk thallus.
Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah
klasifikasi dari alga hijau ini sebagai berikut :
Divisio     : Chlorophyta
Classsis     : Cholrophyceae
Ordo        : Ulvales
Familia    : Ulvaceae
Genus     : Ulva
Species     : Ulva sp.
Adapun ciri-ciri dari alga ini adalah :
Ø    Reproduksi mempunyai stadia berbuluk cambuk, seksual dan aseksual.
Ø    Mengandung khlorofil a dan b, beta, gamma karoten dan santhofil.
Ø    Berwarna hijau
Ø    Persediaan (cadangan) makanan berupa kanji dan lemak.
Ø    Dalam dinding selnya terdapat selulosa, sylan dan mannan.
Ø    Memiliki thilakoid
Ø    Dalam plastiada terdapat pirenoid sebagai tempat penyimpanan produk hasil sintesis.
Ø    Thalli satu sel, berbentuk pita, berupa membaran, tubulat, dan kantong atau bentuk lain.
a. Ciri talus
1. Ada yang bersatu dan bersel banyak (koloni )
2. Bentuk tubuh ada yang bulat, filament, lembaran, dan ada yang menyerupai tumbuahn tinggi, misalnya bryopsis,
3. Kloroplasnya beraneka bentuk dan ukurannya, ada yang seperti mangkok, seperti busa, seperti jala, dan seperti bintang,
4. Pada pirenoid yang terdapat pada kloroplas gangganh hiaju motil dan pada sel reproduktif yang bergerak terdapat stigma (bintik mata merah).
5. Pada sel yang dapat bergerak terdepat vakuola kontraktil didalam sitoplasmanya, vakuola ini berfungsi sebagai alat osmoregulasi.
6. Inti ganggang ini memiliki membrane, sehingga bentuknya tetap, disebut eukarion.
7. Pada ganggang hijau yang bergerak terdapat dua flagella yang sama panjang, macamnya adalah stikonematik, pantonematik, dan pantokronematik.
b. Habitat
Habitat ganggang ini diair tawar, air laut, tanah – tanah yang basah , ada pula yang hidup di tempat – tempat kering.
c. Cara hidup
Ganggang hiaju hidup secara autotrof. Namun ada pula yang bersimbiosis dengan organism lain, mislanya dengan jamur membentuk lumut kerak.
d. Reproduksi
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan zoospore, yaitu spora yang dapat bergerak atau berpindah tempat. Reproduksi aseksualnya berlangsung secara konjugasi.Hasil konjugasi berupa suatu zigospora , zigospora tidak mempunyai alat gerak.
Contoh bebrapa jenis alga hijau, antara lain : spirogyra.volvox, chalamidomonas, vulva dan stigeoslonium.
Dinding sel
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Sel tumbuhan dipisahkan oleh dinding sel yang transparan.
Dinding sel adalah struktur di luar membran plasma yang membatasi ruang bagi sel untuk membesar. Dinding sel merupakan ciri khas yang dimiliki tumbuhan, bakteri, fungi (jamur), dan alga, meskipun struktur penyusun dan kelengkapannya berbeda.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.
Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
Ø    Umumnya Eukariotik, berinti satu atau banyak (Kanositik)
Ø    Bersifat binthik atau planktonik.
Sel Prokariotik & Eukariotik
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik
Species yan tergolong dalam dua marga dari divisio ini adalah Caulerpa sp dan Ulva sp dan Enteromorpha sp. Adapun gambarnya sebagai berikut :
a.    Ulva sp
b.    Enteromorpha sp
c.    Caulerpa sp
d.    Ulva fasciata Delile
Sumber: www.iptek.net.id
e.    Caulerpa lentifera
Sumber: www.iptek.net.id
f.    Codium geppi Schmitts
Sumber: www.iptek.net.id
Contoh ganggang hijau biru bersel satu adalah Chroococcus dan Gloeocapsa.
Chroococcus
Ganggang ini biasanya hidup di dasar kolam yang tenang, tembok yang basah atau cadas. Biasanya sel-sel yang muda tetap bersatu karena ada selubung yang mengikatnya. Pembiakan berlangsung secara vegetatif, dengan membelah diri. Setelah pembelahan, sel-sel tetap bergandengan sehingga membentuk koloni.
2.    Alga Coklat (Phaeophyceae)
Phaeophyta (ganggang coklat/ perang)Hidup di pantai, warna coklat karena adanya pigmen fikosantin (coklat), klorofil a, klorofil b dan xantofil. Tubuh berbentuk seperti benang atau lembaran yang dapat mencapai puluhan meter.
Reproduksi vegetatif dengan fragmentasi,c sedangkan generatif dengan isogami dan oogami.
Contoh :
- Laminaria
- Fucus
- Turbinaria
- Sargasum
Peranan ganggang coklat :
- Penghasil asam alginat, sebagai bahan campuran es krim, cat, obat-obatan, lateks sintetis
- Sumber I2 (iodium) dan K (kalium)
- Sebagai makanan ternak
Berwarna coklat / pirang, sebagai hasil asimilasi dan sebagai zat makanan. Tidak ditemukan zat tepung, hidup di air tawar, dilaut dan didaerah iklim sedang dan dingin, hidupnya melekat pada batu-batu, kayu dan ada yang hidup sebagai endofit.
Menurut Abbot (1978) klasifikasi dari alga coklat ini sebagai berikut :
Divisio     : Phaeophyta
Classsis     : Phaeophyceae
Ordo        : Fucales
Familia    : Sargassaceae
Genus     : Sargassum
Species     : Sargassum sp
Adapun alga divisio ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Ø    Saat reproduksi alga ini memiliki stadia gamet atau zoospora berbulu cambuk seksual dan aseksual.
Ø    Mempunyai pigmen khlorofil a dan c, beta karoten, Violasantin dan Fukosantin.
Ø    Warna umumnya coklat.
Ø    Persediaan makan (hasil fotosintesis) berupa laminaran (Beta, 1-3 ikatan glukan).
Ø    Pada bagian dalam dinding selnya tedapat asam alginik dan alginat.
Ø    Mengandung pirenoid dan tilakoid (lembaran fotosintesis).
Ø    Ukuran dan bentukm thalli beragam dari yang berukuran kecil sebagai epifit, sampai yang berukuran besar, bercabang banyak, berbentuk pita atau lembaran, cabang ada Yang}” sederhana dan ada pula yang tidak bercabang.
Ø    Umumnya tumbuh sebagai algae benthik.
Phaeophyta (algae coklat) berwarna coklat karena fukoxantin yang menutupi klorofil a dan c, karotin dan xantofil lainnya. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan asam alginik. Hasil makanan cadangan adalah karbohidrat. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen atau bentuk thallus
warna ganggang coklat disebabkan oleh pigmen coklat (pikosantin), yang secara dominan menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan.ganggang coklat juga mengandung pigmen lainnya seperti klorofil a, klorofil c, violak xantin, b-karioten, diadinoxcatin, dan fukosantin.
a. Ciri – ciri talus
1. ukuran talus mulai dari mikroskopis sampai dengan maksoskopis, ada yang berbentuk tegak, bercabang, filament tidak bercabang, dan filament dasar.
2. Ganggang ini melalui kloroplas tunggal, ada beberapa yang berbentuk lempengan discoid (cakram) dan ada pula yang seperti benang.
3. Mempunyai pirenoid yang terdapat didalam kloroplas.
4. Bagian dalam dinding selnya tersusun dari lapisan selulosa sedangkan bagian luar tersusun dari gumi. Pada dinding sel dan ruang antar sel terdapat asam alginate atau algin.
5. Merupakan jaringan transportasi air dan zat makanan yang analog dengan jaringan tranzportasi pada tumbuhan darat.
b. Habitat
Ganggang coklat umumnya hidup di air laut, khusunya laut yang agak dingin dan sedang.
c. Cara hidup
Bersifat autotrof fotosintesis, terjadi dihelaian yang mempunyai daum. Gula yang dihasilkan ditransportasikan ketangkai yang menyerupai batang.
d. Peranan ganggang coklat dalam kehidupan
Dimanfaatkan sebagai industry makanan atau farmasi, algin atau asam alginate dari ganggang coklat digunakan dalam pembentukan eskrim, pembentukan pil, salep, pembersih gigi, lotion dank rim, selain itu dapat dimanfaatkan untuk kandungan nitrogen dan kaliumnya cukup tinggi, sedangkan kandungan folfornya rendah.
e. Reproduksi
Terjadi secara aseksual dengan pembentukan zoospore berflagella dan fragmentasi, sedangkan reproduksi seksual terjadi secara ogami dan isogami.
Contoh ganggang coklat;
1. Focus serratus
2. Makro cystis pyrefera
3. Sargassum vulgare
4. Turbinsaris decurrens
Dari divisio ini, yang akan dikemukakan disini adalah species dari marga Sargassum, Hormophysa, dan Turbinaria. Adapun gambar dari marga ini sebagai berikut:
a.    Sargassum ssp
b.    Hormophysa ssp
Hormophysa tryqueetra (Linn) Kuets.
c.    Turbinaria ssp
e. Sargassum crassifolium
f. Sargassum duplicatum
Sumber: www.iptek.net.id
g. Sargassum echinocarpum
Sumber: www.iptek.net.id
h. Dictyota indica Sonder
Sumber: www.iptek.net.id\
3.    Alga Merah (Rhodophyceae)
Rhodophyta (algae merah) umumnya warna merah karena adanya protein fikobilin,terutama fikoeritrin, tetapi warnanya bervariasi mulai dari merah ke coklat atau kadang-kadang hijau karena jumlahnya pada setiap pigmen. Dinding sel terdiri dari sellulosa dan gabungan pektik, seperti agar-agar, karaginan dan fursellarin. Hasil makanan cadangannya adalah karbohidrat yang kemerah-merahan. Ada perkapuran di beberapa tempat pada beberapa jenis. Jenis dari divisi ini umumnya makroskopis, filamen, sipon, atau bentuk thallus, beberapa dari mereka bentuknya seperti lumut.
Rhodophyta (ganggang merah)
Umumnya hidup di laut dan beberapa jenis di air tawar, mengandung pigmen kklorofi a, klorofil d, karoten, fikoeritrin, fikosianin.
Tubuh bersel banyak menyerupai benang atau lembaran.
Reproduksi vegetatif dengan spora.
Contoh :
- Batrachospermum
- Gelidium
- Eucheuma
- Gracililaria
- Chondrus
- Porphyra
- Polysiphonia
- Nemalion
-  dll
Peranan ganggang merah :
Eucheuma spinosum, Gracilaris, Gelidium merupakan penghasil agar-agar.
Ganggang merah (Rodophyceae)
Ganggang merah berwarna merah sampai ungu, tetpai ada juga yang lembayung atau pirang atau kemerah – merahan, chromatofora berbentuk cakram atau lemabaran dan mengandung klorofil a, klorofil b dan karoteboid. Akan tetapi, warna lain tertutup oleh warna merah fikoiretrin sebagai pigmen utama yang mengadakan fluoresensi
a. Ciri talus
1. Bentuknya berupa helaian atau berbentuk seperti pohon.
2. Tidak berflagella.
3. Selnya terdiri dari komponen yang berlapis – lapis.
4. Mempunyai pigmen fotosintetik fikobilin, memiliki pirenoid yang terletak didalam koroplas, pirenoid berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan atau hasil asimilasi.
b. Cara hidup
Ganggang merah umumnya bersifat autotrof, ada juga yang heterotrof, yaitu yang tidak memiliki kromatofora dan biasanya parasit pada ganggang lain.
c. Habitat
Umumnya hidup di laut yang dalam dari pada tempat hidup ganggang coklat. Hidup diperairan tawar.
d. Reproduksi
Bereproduksi secara seksual dengan pembentukan dua ateridium pada ujung – ujung cabang talus. Arteridium menghasilakn gamet jantang yang berupa spermatium dan betinanya karpogamium terdapat pada ujung cabang lainnya.
Reproduksi aseksual terjadi dengan pembentukan tetraspora kemudian menjadi gametania jantan dan gametania betina, akan membentuk satu karkospofrafit. Karkosporafit akan menghasil tentranspora.
Contoh anggota ganggang merah antara lain: porallina, parmalia, bateracospermum moniniformi, gelidium, gracilaria,eucheuma, dan skinaia furkellata.
e. Peran ganggang merah pada kehidupan.
Manfaatnya antara lain sebagai bahan makanan dan kosmetik.misalnya eucheuma spinosum , selain itu juga dipakai untuk mengeraskan atau memadatkan media pertumbuhan bakteri.
Berwarna merah sampai ungu, kromotofora berbentuk cakram atau sesuatu lembaran, sebagai hasil asimilasi terdapat sejenis karbohidrat yang disebut tepung floride, hidupnya diair laut, da berkembang biak secara aseksual, yaitu dengan pembentuka spora dan seksual atau oogami.
Sebaran alga atau rumput laut diindnesia ada beberapa jenis yaitu rumput laut penghasil agar-agar (agarophyte) diantaranya adalah Gracillaria sp, Gelidium, Gelediupsis, Hypnea, dan rumput laut penghasil keraginan yaitu  spinosum, Euchema catini  dan Eucheuma striatum. Selain itu juga rumput laut penghasil algin yaitu sargasum, Marcocystis, dan lessonia.
Klasifikasi dari alga merah ini sebagai berikut :
Divisio     : Rhodophycophyta
Classsis     : Rhodophyceae
Ordo        : Gigartinales
Familia    : Gracilariaceae
Genus     : Gracilaria
Species     : Gracilaria  sp
Adapun alga dari devisi ini ditandai oleh sifat-sifat sebagai berikut :
Ø    Dalam reproduksinya tidak mempunyai stadia gamet berbulu cambuk
Ø    Reproduksi seksual denga karpogonia dan spermatia
Ø    Pertumbuhannya bersifat uniaksial (astu sel diujung thallus) dan multikasial (banyak sel diujung thallus).
Ø    Alat perekat (Holdfast) terdiri dari perakan sel tunggal atau sel banyak.
Ø    Memiliki pigmen fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin (berwarna merah) dan fikosianin (berwarna biru)
Ø    Bersifat adaptasi kromatik, yaitu memiliki penyesuaian antara proporsi pigmen dengan berbagai kualitas pencahayaan dan  dapat menimbulkan berbagai warna pada thalli seperti : merah tua, Merah muda, pirang, coklat kuning dan hijau.
Ø    Memilki persediaan makanan berupa kanji (Floridean starch).
Ø    Dalam dinding selnya terdapat selulosa, agar, carragean, porpiran dan fulselaran.
Adapun gambar dari marga ini sebagi berikut :
a.    Eucheuma ssp
b.    Gracillaria ssp
c.    Gelidium ssp
d.    Hypnea ssp
e.
Gigartina ssp
f.
Rhodymenia ssp
g.    Rhodymenia palmata
4.Chrysophyceae
Chrysophyta ( ganggang keemasan)
Bersel tunggal atau banyak, mempunyai pigmen klorofil a, klorofil c, karoten, xantofil dan fikosantin.
Hidup di tempat yang basah, laut, air tawar, dan merupakan  fitoplankton.
Contoh :
- Vaucheria : hidup di air atau tempat yang basah, berbentuk benang sering bercabang.
- Ochromonas : sel berbentuk bola, berstigma, flagel dua sama panjang, kloroplas berupa lembaran melengkung warna kekuningan.
- Diatome (Navicula atau ganggang kersik): hidup di air tawar, laut sebagai epifit dan mayoritas sebagai plankton. Contoh yang terkenal dari Diatome adalah Pinnularia sp. Cangkok Diatome dibuat dari bahan gelas yaitu silica.
Manfaat ganggang  keemasan :
Diatome (ganggang kersik) dapat dipakai sebagai penyerap nitrogliserin pada bahan peledak, sebagai campuran semen dan sebagai bahan penggosok.
Peranan ganggang dalam kehidupan :
1. Bidang industri
- Asam alginat yang dihasilkan ganggang perang berperan untuk pembuatan plastik, kosmetik dan tekstil.
- Navicula sp, yang mati membentuk tanah diatome dipakai sebagai bahan penyekat dinamit, penggosok dan saringan.
- Eucheuma spinosum (ganggang merah), merupakan penghasil agar-agar.
-         Chlorella merupakan sumber karbohidrat dan protein.
-         Fukus dan Laminaria, abunya menghasilkan yodium.
2. Bidang perikanan
Ganggang yang berupa fitoplankton merupakan makanan ikan di laut.
3. Dalam ekosistem
Pada ekosistem air ganggang berfungsi sebagai komponen produsen yang paling utama.
Alga ini memiliki pigmen keemasan (karoten) dan klorofil. Tubuh ada yang bersel satu, contohnya Ochromonas dan bentuk koloni, contohnya Synura.
Synura sp. . Ganggang keemasan (Chrysophayceae)
Kelompok ini paling beragam dalam komposisi pigmennya, dinding selnya, dan tipe flagella selnya. Dan mengandung klorofil a , klorofil c, karoten dan xactofil.
a. Ciri talus
1. Bentuk dapat berupa batang, telapak tangan , dan bentuk – bentuk campuran.
2. Pada ganggang keemasan yang bersel satu ada yang memiliki dua flagella jheterodinamik yaitu sebagai berikut,
a) Satu flagella memiliki tonjolan seperti rambut yang disebut mastigonema, flagella seperti ini disebut pleuronematik.
b) Satu flagella lagi tidak mempunyai tonjolan seperti rambut disebut akronematik, mengarah ke posterior.
3. Pada kloroplas pada ganggang jenis tertentu ditemukan pirenoid yang merupakan tempat persediaan makanan.
b. Habitat
Habitatnya di air tawar atau air laut, tempat – tempat yang basah, dan merupakan anggota [enyusun plankton.
c. Cara hidup
Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat mensintesis makanan sendiri dengan memiliki klorofil untuk berfotosintesis.
d. Reproduksi
Reproduksi aseksual dengan membentuk auksospora dan pembelahan diri, sedangkan reproduksi seksual dengan oogami.
e. Peranan ganggang keemasan dalam kehidupan
Berguna sebagai bahan penggosok, bahan pembuat isolasi, penyekat dinamit, membuat saringan, bahan alat penyadap suara, bahan pembuat cat, pernis, dan piringan hitam.

ALGA

Alga atau ganggang merupakan tumbuhan yang belum mempunyai akar, batang, dan daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Alga hidup ditempat-tempat yang berair, baik air tawar maupun air laut dan tempat-tempat yang lembab. Alga atau ganggang merupakan sumber daya nabati sebagai bahan kebutuhan hidup manusia. Berdasarkan perbedaan pigmen alga dibedakan menjadi empat divisio, yaitu; Chlorophyta, Chrysophyta, Phaeophyta, dan Phyrophyta.
DIVISI CHLOROPHYTA
Alga hijau merupakan kelompok terbesar dari vegetasi alga. Alga hijau termasuk dalam divisi chlorophyta bersama charophyceae. Divisi ini berbeda dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumubuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibandingkan karotin dan xantofil. Hasil asimilisasi beberapa amilum, penyusunnya sama pula seperti pada tumbuhan tingkat tinggi yaitu amilose dan amilopektin.
Alga ini merupakan kelompok alga yang paling beragam, karena ada yang bersel tunggal, berkoloni, dan bersel banyak. Banyak terdapat didanau, kolam, tetapi banyak juga yang hidup di laut. Gangang hijau meliputi sebanyak sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun di darat. Sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas bagi gangang air tawar. Gangang hijau tidak menunjukkan derajat diferensiasi yang tinggi, sebatang tmbuhan biasanya merupakan bentuk bersel tunggal atau juga koloni-koloni yang berfilamen atau tanpa filamen. Pada beberapa genus misalnyaselada laut (Ulva) dan semak batu (Nitelia chara), tubuhnya lebih kompleks tetapi berukuran lebih kecil jika dibnadingkan gangang merah dan gangang coklat yang berukuran besar sekalipun. Gangang hijau sepanjang hidupnya dapat terapung bebas atau melekat.
Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis alga yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun phitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah anggota alga hijau, pigmen klorofil yang dimilikinya efektif melakukan fotosintesis sehingga alga hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Chlorella, salah satu anggota dari Chlorophyceae memiliki nilai gizi yang sangat tinggi dibandingkan sengan nilai jasad yang lainnya. Di dalam sel Chlorella masih pula memiliki chlorelin yaitu semacam antibiotik yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri.
Beberapa anggota atau bagian yang tergabung dalam divisi chlorophyta mempunyai persamaan pigmen, tempat penyimpanan dan susunan chloroplas. Menurut Levavaseur (1989), bahwa pigmen-pigmen photosintesis daripada alga hijau berkhlorofil A dan B dan mengandung siphonaxanthin atau lutcin. Dan tempat penyimpanan makanan berupa pati.
Gangang hijau dapat dijadikan tumpuan utama dalam mempelajari evolusi, khususnya sebagai titik tolak garis evolusi, karena tumbuhan tingkat tinggi yang hidup di darat dan umumnya sedemikian terspesialisasinya, mungkin berasal dari gangang hijau purba. Bentuk-bentuk gangang hijau tertentu yang hidup sekarang ini mewakili tingkatan-tingkatan dalam evolusi tersebut, karena kemungkinan besar bahwa banyak gangang yang hidup sekarang telah mengalami perubahan hanya sedikit dalam kurun waktu geologis yang panjang dan boleh dikatakan tetap tinggal primitif. Jenis-jenis seperti itu tidak membentuk tipe-tipe yang lebih maju dan hanya dapat diwakili cabang-cabang rendah pada pohon evolusi. Teapi karena jenis gangang itu juga mewakili peranan tumbuhan purba dalam sejarah kehidupan organisme, maka tumbuhan ini tetap berfaedah sebagai bahan studi. Maka dalam pembahasan tentang gangang hijau ini, dapat kita pertimbangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya evolusi bagi jenis-jenis lain serta tipe-tipe gangang yang lebih maju, dan petunjuk-petunjuk apa saja yang dapat memberikan sifat-sifat nenek moyang yang diturunkan kepada berbagai macam tumbuhan di muka bumi ini.
Ciri Umum Chlorophyta
  1. HABITAT
Chlorophyta atau alga hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa diantaranya hidup di air laut dan air payau. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan makroalga seperti Ulvales dan Siphonales. Chlorophyta terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada juga yang berbentuk koloni menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Gangang hijau atau chlorophyta meliputi sebanyak 7.000 spesies, baik yang hidup di air maupun yang hidup di darat, sejumlah gangang hijau tumbuh dalam laut, namun golongan ini secara keseluruhan lebih khas sebagai gangang air tawar. Bahkan ada jenis-jenis Chlorophyta yang hidup pada tanah-tanah yang basah, bahkan ada diantaranya tahan akan kekeringan, sebagian juga lainnya hidup bersimbiosis dalam Lichenes, ada lagi yang interseluler pada binatang rendah.
Jenis yang hidup di air tawar bersifat kosmopolit, terutama hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti: kolam, danau, genangan air hujan, pada air mengalir (sungai atau selokan). Alga hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohin yang lembab (Protococcus dan Trentepolia). Beberapa anggotanya hidup di air mengapung tau melayang, sebagian hidup sebagai plankton. Beberapa jenis ada yang hidup melekat pada tumbuhan ataupun hewan.
  1. SUSUNAN TUBUH
Alga hijau mempunyai susunan tubuh yang bervariasi baik dalam ukuran maupun dalam bentuk dan susunanya. Ada Chlorophyta yang terdiri dari sel-sel kecil yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang atau tidak, ada pula yang membentuk koloni yang menyerupai kormus tumbuhan tingkat tinggi. Dari banyaknya variasi tersebut alga hijau dikelompokan sebagai berikut:
  1. Sel tunggal (uniseluler) dan motil, contoh: Chlamidomonas
  2. Sel Tunggal dan non motil, contoh: Chlorella
  3. Koloni senobium yaitu koloni yang mempunyai jumlah sel tertentu sehingga mempunyai bentuk yang relatif tetap, contoh: Volvox, Pandorina.
  4. Koloni tidak bertauran, contoh: Tetraspora
  5. Berbentuk - filamen tidak bercabang, contoh: Ulothrix, Oedogonium
  • Filamen bercabang, contoh: Chladhopora, Pithopora
  1. Hetemtrikus, yaitu filamen bercabang yang bentuknya terbagi menjadi bagian yang rebah (prostrate) dan bagian yang tegak, contoh: Stigeoclonium
  2. Foliaceus atau parenkimatis, yaitu filamen yang pembelahan sel vegetatisnya terjadi lebih dari satu bidang, contoh: Ulva
  3. Tubular, yaitu talus yang memilik banyak inti tanpa sekat melintang, contoh: Caulerpa
c. SUSUNAN SEL
Dinding Sel
Dinding sel tersusun atas dua lapisan, lapisan bagian dalam tersusun oleh selulosa dan lapisan luar adalah pektin. Tetapi beberapa alga bangsa Volvocales dindingnya tidak mengandungselulosa, melainkan tersusun oleh glikoprotein. Dinding sel Caulerpales mengandung xylhan atau mannan. Banyak jenis Chlorophyceae mempunyai tipe ornamentasi dinding yang berguna dalam klasifikasi. Dinding sel selain disusn oleh selulosa sebagai penyusun utama, sel-sel terbut juga biasanya mengandung vakuola pusat yang besar yang diliputi oleh selapis sitoplasma. Di dalam sitoplasma terdapat butir kloroplas atau lebih. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati.
Kloroplas
Kloroplas terbungkus oleh sistem membran rangkap. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas yaitu klorofil a dan klorofil b, beta-karoten serta berbagai macam xantofil, luten, violaxanthin, zeaxanthin. Kloroplas di dalam sel letaknya mengikuti bentuk dinding sel (parietal), contoh : Ulothrix atau di tengah lumen sel (axial) contoh : Muogothia. Pada umumnya satu kloroplas setiap sel tetapi pada Siphonales, Zignematales terdapat lebih dari satu kloroplas setiap sel. Kloroplas ini pun kerap berisi massa protein cadangan, yang disebut pirenoid, yang juga meupakan pusat pembentukan pati. Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.
Bentuk kloroplas sangat bervariasi, oleh karena itu penting untuk klasifikasi dalam tingkatan marga. Variasi bentuk kloroplas sebagai berikut :
  1. Bentuk mangkuk, contoh : Chlamydomonas
  2. Bentuk sabuk (girdle), contoh : Ulothrix
  3. Bentuk cakram, contoh : Chara
  4. Bentuk anyaman, contoh: Oedogonium
  5. Bentuk spiral, contoh : Spirogyra
  6. Bentuk bintang, contoh : Zygnema
Inti Sel
Inti dari Chlorophyceae seperti pada tumbuhan tingkat tinggi diselubungi membran inti dan terdapat nukleus dan kromatin. Inti umumnya tunggal, tetapi beberapa anggota misalnya jenis yang tergolong dalam bangsa Siphonales memiliki inti lebih dari satu.
Cadangan Makanan
Cadangan makanan merupakan amilum seperti pada tumbuhan tinggi tersusun sebagai rantai glukosa tidak bercabang yaitu amilose dan rantai yang bercabang amilopektin. Seringkali amilum tersebut terbentuk dalam granula bersama dengan badan protein dalam plastida disebut piretinoid, Pirenoid umumnya diliputi oleh butiran-butiran pati, pirenoid ini berasal dari hasil asimilasi berupa tepung dan lemak. Tetapi beberapa jenis tidak mempunyai pirenoid dan jenis yang demikian ini merupakan golongan Chlorophyceae yang telah tinggi tingkatannya. Jumlah pirenoid umumnya dalam tiapel tertentu dan alat digunakan sebagai taksonomi.
Flagel
Dua tipe pergerakan fototaksis pada Chlorophyceae, yaitu:
  1. Pergerakan dengan flagela
Pada umumnya sel alga hijau baik sel vegetatif maupun sel generatif dijumpai adanya alat gerak. Flagela pada kelas Chlorophyceae selalu bertipe whiplash (akronematik) dan sama panjang (isokon), kecuali pada bangsa Oedogoniales memiliki tipe stefanokon. Flagela dihubungkan dengan struktur yang sangat luas disebut aparatus neuromotor, merupakan granula pada pangkal dari tiap flagela disebut blepharoplas. Tiap flagela terdiri dari axonema yang tersusun oleh 9 dupklet mikrotubula mengelilingi bagian tengah terdapat 2 singlet mikrotubula. Struktur semacam ini dikenal sebagai susunan 9 + 2, flagela tersebut dikelilingi oleh selubung plasma.
  1. Pergerakan dengan sekresi lendir.
Dalam monografi tentang desmid, ditunjukan terjadi pergerakan pada desmid di permukaan lumpur dalam laboratorium. Pergerakan tersebut disebabkan adanya stimulus cahaya yang diduga oleh adanya sekresi lendir melalui porus dinding sel pada bagian apikal dari sel. Selama pergerakan ke depan kutub belafadul dari satu sisi ke sisi yang lain sehingga lendir bagian belakang seperti berkelok-kelok.
Perkembangbiakan
Reproduksi seksual merupakan salah satu ciri yang paling terkemuka pada tumbuhan darat. Sudah barang tentu aspek tunbuhan ini merupakan hal yang sangat penting bagi manusia, karena buah dan biji sebagai bahan makananya hanya dihasilkan sebagai akibat proses seksual. Karena itulah sangat menarik untuk mencoba mengenali tingkatan-tingkatan yang menuju ke arah metode pembiakan secara sexual yang telah sedemikian terspesialisasinya dan sekarang hal ini merupakan ciri khas bagi tumbuhan tingkat tinggi.
Kita dapat mencari diantara ganggang ini bentuk – bentuk yang mewakili tingkatan evolusi yang dijalani tumbuhan dalam hal metode reproduksi sexual yang lebih maju. Dalam hubungan ini, baik Ulothrix maupun Oedogonium, kedua-duanya mempunyai arti yang memadai. Ulothrix mewakili metode reproduksi sexual yang primitif, yaitu gamet – gamet motil yang bentuk luarnya serupa keluar dari sel-sel induknya yang tidak bersifat khusus dan akhirnya saling melebur diri dalam air. Oedogonium sebaliknya, memperlihatkan adanya evolusi dalam hal dierensiasi seksual (oogami), yaitu terbentuknya gamet-gamet yang tidak serupa, telur besar nonmotil dan sperma motil yang lebih kecil. Tambahan lagi tumbuhan ini mempunyai alat kelamin oogonium dan anteridium yang terbentuk secara khusus dan dapat dibedakan dari sel-sel vegetatif tubuh gangang tersebut. Proses peleburan gamet tidak lagi berlangsung dalam air setelah gamet itu dilepaskan dari sel-sel induknya. Telur yang nonmotil tetap dipertahankan pada sel tetuanya, dan sperma harus berenang menuju telur agar pembuahan dapat berlangsung. Janganlah diduga bahwa Ulothrix dan Oedogonium itu sendiri merupakan nenek moyang tumbuhan tingkat tinggi, namun memang terdapat ciri – ciri dalam siklus hidupnya yang menunjukan tingkatan evolusi tumbuhan biji yang hidup dewasa ini.
Pada tumbuhan tingkat tinggi tumbuhan biji tertutup, tumbuhan biji terbuka, dan lain-lainnya, oogami merupakan ciri tetap. Tumbuhan dapat yang paling primitif, berpembuluh ataupun tidak, kesemuanya mengadakan oogami. Karena Oedogonium, dapat mewakili suatu tingkatan evolusi yang prosesnya boleh jadi dicapai selama perpindahan cara hidup dari tumbuhan dalam air menuju tumbuhan darat, namun hal itu juga sekaligus memperlihatkan adanya potensi untuk mengembangkan diferensiasi seksual, yaitu suatu sifat yang hakiki pada gangang.
Berdasarkan berbagai pengertian dan pembahasan diatas maka secara umum perkembangbiakan ganging hijau dapat dibagi kedalam tiga cara, yaitu :
  1. Secara vegetative
Perkembangbiakan vegetative dilakukan dengan fragmentasi tubuhnya dan juga melakukan pembelahan sel.
  1. Secara Asexual
Perkembangbiakan dengan cara membentuk sel khusus yang mampu berkembang menjadi individu baru tanpa terjadinya peleburan sel kelamin. Pada umumnya terjadi dengan perantara spora, oleh karena itu sering disebut perkembangbiakan secara sporik.
Zoospora dibentuk oleh sel vegetative, tetapi beberapa tumbuhan terbentuk dalam sel khusus disebut sporangin. Zoospora setelah periode berenang beberapa waktu berhenti pada substrat yang sesuai. Umumnya dengan ujung anterior. Flagella dilepaskan dan terbentuk dinding, selama poses ini alga mensekresikan lendir yang berperan untuk mempertahankan diri.
Menurut litelatur yang lain perkembangbiakan secara asexual terjadi dengan pembentukan zoospore, yang berbentuk buah per dengan 2 – 4 bulu cambuk tanpa rambut- rambut mengkilap pada ujungnya, mempunyai 2 vakuola kontraktil, kebanyakan juga suatu bintik mata merah, dengan kloroplas di bagian bawah yang berbentuk piala atau pot.
Selain dengan zoospora, perkembangbiakan secara asexual dilakukan dengan pembentukan :
  1. Aplanospora
  2. Hipnospora
  3. Autospora
3. Secara sexual
Perkembangbiakan secara sexual banyak dijumpai yaitu : isogami, anisogami, dan oogami. Meiosis dapat terjadi pada zigot yang berkecambah atau pada waktu pembentukan spora atau gamet. Daur hidup yang umum dijumpai adalah tipe haplontik, meskipun beberapa jenis termasuk tipe diolohaplonthik.
Isogami merupakan perkembangbiakan secara seksual yang paling sederhana dan menunjukan kea rah anisogami. Pada tipe anisogami masing – masing jenis merupakan sel bebas dengan ukuran tidak sama, sedangkan yang lebih maju yaitu tipe oogami. Pada tipe oogami masing – masing jenis telah menunjukan perbedaan baik ukuran maupun bentuknya.
Pergiliran Generasi
Tidak hanya asal usul reproduksi sesual tetapi juga tentang asal – usul pergiliran generasi yang erat hubunganya dengan proses seksual, pada ganging pun dapat diikuti jejaknya. Pada siklus hidup tumbuhan biji tertutup, fase yang paling terkemuka dan dominan yaitu tumbuhan itu sendiri termasuk generasi sporofit atau generasi diploid. Hal ini juga berlaku bagi semua tumbuhan berpembuluh lainnya. Generasi gametofit yang berikutnya merupakan fase dalam siklus hidupnya yang tidak menonjol dan fase tereduksi (berumur singkat).
Meskipun demikian, tubuh tumbuhan tidak selalu merupakan gase diploid. Pada gangang terdapat hal yang sangat beragam pada sifat ke dua generasinya. Tubuh tumbuhan kebanyakan koloni gangang hijau yang berfilamen dan yang tidak termasuk generasi haploid atau gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid, atau gametofit. Tumbuhan tersebut menghasilkan gamet – gamet haploid yang dapat saling melebur diri membentuk zigot. Zigot ini merupakan sporofit, karena meiosis terjadi pada zigot berkecambah. Pada Oedogonium misalnya, telur yang telah dibuahi merupakan satu – satunya sel diploid, sedangkan kesemua struktur lain pada tumbuhan tersebut meliputi filament, zoospore asexual, gamet, dan spora – spora yang terbentuk sesudah meiosis, termasuk generasi gametofit.
Pada Spirogyra pada saat terjadinya perkecambahan, nucleus zigospora berkembang menjadi empat nucleus, masing – masing dengan jumlah kromosom n (haploid). Tiga dari keempat nucleus itu gugur, namun nucleus yang keempat menjadi nucleus sel pertama filament yang baru. Asal – usul tubuh tumbuhan tinggi yang bersifat diploid tidak dapat di cari diantara spesies semacam itu, karena semua struktur vegetatifnya termasuk generasi gametofit.
Di antara tipe – tipe siklus hidup yang dijumpai pada gangang ialah yang generasi diploidnya merupakan fase menyolok dalam siklus hidupnya, sedang generasi haploid menjadi terdesak dan ada kemungkinan sangat tereduksi. Siklus hidup semacam itu, yang mendekati daur hidup tumbuhan biji, terutama ditemukan di antara gangang coklat. Pada tipe ketiga kedua generasi tidak tergantung sesamanya, dan banyak persamaanya sampai kepada ukurannya. Siklus hidup semacam itu dijumpai pada gangang hijau tertentu, beberapa jenisgangang coklat, dan kebanyakan gangang merah. Bagaimanapu, gangang mrah dan coklat tidak dapat diterima sebagai nenek moyang suatu bentuk kehidupantumbuhan tingkat tinggi. Perlengkapan untuk fotosintesis golongan gangang tersebut tidak serupa dengan yang dimiliki tumbuhan tingkat tinggi, dan kedua macam algae tersebut telah menjadi sedemikian terspesialisasinya sesuai dengan kehidupan di laut.
Secara umum dari bahasan diatas pergiliran generasi atau keturunan dari gangang hijau dapat dibedakan menjadi :
  1. Isomorf (tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit)
  2. Heteromorf (tumbuhan sporofit tidak sama dengan tumbuhan gametofit)
Pola Daur Hidup
Ada 2 macam pola daur hidup, yaitu :
  1. Haplobiontik yaitu selama pergiliran keturunannya golongan tumbuhan ini hanya mempunyai satu macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid.
  2. Diplobiontik yaitu tumbuhan yang di dalam pergiliran keturunannya mempunyai 2 macam tumbuhan yaitu tumbuhan yang bersifat haploid dan tumbuhan yang bersifat diploid.
Menurut Smith (1955) klas dari Chlorophyceae terdiri dari 10 bangsa yaitu :
  1. Volvocales
  2. Tetrasporales
  3. Ulotrichales
  4. Oedogenales
  5. Ulvales
  6. Schizogonales
  7. Chlorococales
  8. Siphonales
  9. Siphonacladades
  10. Zygnematales
Sedangkan menurut Mattox dan Stewart (1984), ada 5 klas Chlorophyta yaitu :
  1. Micromunadophyceae
  2. Charophyceae
  3. Ulvophyceae
  4. Pleurastrohyceae
  5. Chloophyceae
Klas chlorophyceae sendiri terbagi dalam 9 bangsa (ordo), yaitu :
  1. Volvocales : sel – sel flagelata dan berkoloni dinding glicoprotein
  2. Tetrasporales : aggregasi palmolloid dan berkoloni, flagelata nonmotil, sel -sel
dengan vacuola contractile, tibih basal dan bentuk mata, dinding
glicoprotein
  1. Chlorococcales : sel -sel nonmotile, agregasi dan berkoloni sel – selnya tampak
Vacuola contractile, pembagiannya hanya menyatu dengan bentuk paa tahap reproduksi saja.
  1. Ulotrichales : filament talus dengan bentuk bulat sel.
  2. Ulvales : parenchymatous sel
  3. Oedogonialies : filament – felamen bercabang dan tidak bercabang dengan sel sel
Uninucleat, pembagian sel-sel termasuk pembentukan lingkaran, stephanokontous zoospora dan sperma.
  1. Cladoporales : (mencakup siphonocladales) alga multiseluler dengan sel-sel
Multinicleat, filamen atau sascate thalli
  1. Caulerpales : (siphorales) single coenoytic sel berkomposisi dengan thallus;
Siphonaxanthin; dinding selulosa, mannans atau xylan.
Beberapa Contoh Species Divisi Chlorophyta
  1. Desmid
Desmid adalah gangang hijau yang hidup di air dan dapat mengapung bebas, kebanyakan bersel tunggal, meskipun kadang – kadang sel – selnya saling bertautan dari ujung ke ujung untuk membentuk suatu koloni seperti filament. Kebanyakan desmid itu mempunyai tanda – tannda khasberupa penyempitan di bagian tengah yang membagi sel menjadidua bagian sama besar, masing – masing mengandung satu atau dua kloroplas besar. Banyak sekali spesies desmid telah diketahui. Tempat tumbuhnyatersebar luas dan umum terdapat di kolam – kulam dan danau – danau.
  1. Ulothrix
Pada gangang ini filamennya juga tidak bercabnag-cabang, melainkan terdiri dari sebaris sel yang silindris dan pendek berkaitan pada ujung pangkalnya. Sel pangkal biasanya berubah menjadi pelengkap. Tumbuhan ini dijumpai menempel pada batu – batuan dan benda lain dalam sungai kecil dan danau, tetapi juga terdapat dalam masa yang terapung bebas, sebagaimana Spirogyra di permukaan air. Setiap sel hanya mengandung kloroplas yang bentuknya seperti sabuk yang terbuka pada kedua ujungnya. Kloroplas itu dapat mengambil bentuk silinder yang sempurna atau hanya sekitar sebagian selnya, dan mengandung satu atau beberapa pirenoid. Reproduksi asexual pada Ulothrix berlangsung dengan fragmentasi dan zoospore. Pembentukan zoospore pada Ulothrix dapat dikemukakan sebagai contoh dipertahankannya sifat nenek moyang dalam ontogeny lebih kemudian ke tumbuhan yang bersangkutan. Zoospore Ulothrix dengan demikian dapat mewakili tingkatan permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak, tingkatan tersebut merupakan periode pertumbuhan bersel tunggal dan serupa dengan golongan flagelata yang hidup sekarang. Ulothrix, bilamana berkembangbiak dengan zoospora, dengan demikian dapat memberikan bukti mengenai nenek moyang golongan flagelata.
  1. Spirogyra
Studi tentang gangang berfilamen dimulai secara tepat dengan pertimbangan beberapa spesies tumbuhan yang dikenal sebagai spirogyra, yang berukuran besar, mudah diidentifikasi, dan mempunyai daerah penyebaran yang luas. Tmbuhan ini, yang membentuk massa berwarna hijau cerah di permukaan kolam dan sungai beraliran tenang, kerap kali disebut kekam kola. Benang – benangnya tidak bercabang. Setiap sel mengandung sebutir kloroplas, atau pada beberapa spesies bahkan dapat lebih banyak. Kloroplas yang umumnya besar itu terikat dalam sitoplasma tepat di dalam dinding sel. Plastid itu merupakan badan seperti pita dengan tepi – tepi tidak rata, berpilin – pilin dari pangkal sampai ke ujung sel. Pirenoid – pirenoid yang dikelilingi oleh butiran pati, terikat dalam plastid pada selang waktu yang beraturan dan merupakan cirri – cirri menyolok pada selnya. Sitoplasma mengelilingi vakuola besar di pusat. Nukleus, yang dikelilingi suatu kelubung sitoplasma, terdapat di tengah – tengah sel, yang dihubung – hubungkan oleh untaian sitoplasma meluas sampai vakuola dan lapisan sitoplasma di tepi. Reprodukso aseksual pada Spirogyra, ternyata amat sedrhana, Karen setiap sel akan tumbuh dan membentuk suuatu filament. Karena pengaruh aliran air atau pemberian makanan kepada ikan atau binatang yang kecil akan memungkinkan fragmentasi sehingga terbentuk taaman – tanaman baru. Repoduksi seksual menyertakan peleburan dua gamet nonmotil biasanya berasal dari dua filamen yang berainan, lalu menghasilkan zigospora bulat atau bulat telur. Bilamana ada dua filament berdekatan, maka zat berlendir akan melekat padanya. Dari setiap sel yang berhadapan akan tumbh papilla yang disebut tunas.
  1. Protococcus
Organism ini adalah salah satu dari gangang hijau bersel tunggal yang paling umum ditemukan di mana – mana, hidup di darat, tumbuh sebagai selaput tipis berwarna hijau pada batu – batuan yang selalu lembab, dinding, tongak -tongak pagar, dan dengan pohon. Selnya bulat dan mengandung satu kloroplas besar dan tercuping tepat di dalam dinding sel. Satu – satunya cara perkembangbiakan yang diketahui adalah dengan pembelahan sel, yang dapat berlangsung pada salah satu dari ketiga bidang belahnya. Sel – sel anak yang terbentuk dapat memisahkan diri atau dapat pula tetap tinggal berlekatan untuk sementara dalam kelompok yang terdiri atas dua, empat, delapan sel atau bahkan lebih. Protococcus dianggap anggota family gangang berfilamen yang mengalami pertumbuhan teredeksi dengan demikian tidak mempunyai arti penting adlam evolusi tumbuhan tungkat tinggi. Gangang bersel tunggal lainnya yang agak serupa dijadikan contoh untuk mewakili tingkat permulaan dalam evolusi tumbuhan bersel banyak.
  1. Oedogonium
Gangang ini umum terdapat dan tersebar luas, tumbuh sebagai benang tidak bercabang, melekat pada tempat tumbuh dengan pelengkap ketika masih muda, tetapi biasanya mengapung dalam bentuk masa ketika matang. Selnya mengandung sebutir kloroplas yang berbentuk silindris dan seperi jala, dengan banyak sekali pirenoid. Tumbuhan ini berkembang biak secara aseksual dengan fragmentasi dan dengan zoospore berukuran besar, berwarna hijau serta bulat atau bulat telur. Reproduksi seksual pada Oedogonium ternyata agak rumit, namun secara garis besar dapat diberikan gambaran yang cukup mengenai proses yang berlangsung karena seksual melalui oogami. Telur yang dihasilkan satu -satu dalam sel khusus yang melebar dan disebut oogonium. Sel – sel khusus yang menghasilkan sperma dinamakan anteridium.
Peranan Chlorophyta
Chlorophyta mempunyai peranan di dalam kehidupan sebagai :
  1. Produsen dari ekosistem air
  2. Sebagai alternatif bahan pangan bagi astronot, terutama spesies chlorela (karena kandungan chlorelinnya banyak mengandung vitamin E)
DIVISI CHRYSOPHYTA
Divisi chrysophyta memiliki 3 kelas, berdasarkan pada, persediaan karbohidrat, struktur kloroplas dan heterokontous flagelata. Selain berdasarkan hal tadi divisi chrysophyta juga dapat dibagi ke dalam 3 klas yaitu gangang hijau-kuning, gangang coklat-emas dan diatom.
Dalam chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri dari klorofil A dan C1/C2 dan karotenoid fukosantin. Pengelompokan chrysophyta menunjukan perbedaan struktur kloroplas dan sering kali terdapat tiga thylakoids disekitar periphery kloropla (girdle lamena). Kloroplast terdiri dari dua membran (CER). Jarak periplastida antara dua kloroplas dan retikulum endoplasma sempit dan kurang adanya perbedaan struktur. Ribosom terdapat pada permukaan luar CER. Tingkat plagenta yang paling tinggi yaitu heterokontous. Sel heterokontous mempunyai dua flagel, yaitu flagel licin dan flagel dengan bulu kaku seperti pipa atau mastigonema dalam dua baris.
Karakteristik Pengelompokan Divisi Chlorophyta
Kelompok
(nama umum)
Mayor Photo Synthetic Pigmen
Persediaan Karbohidrat
Dinding sell
Flagella
Chrysophyceae (Alga Coklat Keemasan)
Chl A, C1 dan C2; Fukosantin
Chrysolaminarin (= lukasin)
Skala, Loricae
Heterokontus
Tribophyceae (Xanthophyceae) Alga Hijau Kekuningan
Chl A, C1 dan C2
Chrysolaminarin
Pectin/Dinding Selulosa
Heterokontus
Bacillariophyceae (diatomyphyceae)
Chl A, C1 dan C2; Fukosantin
Chrysolaminarin
Silica Frustula
Gamet Jantan dengan satu flagel dan mastigonema
Mustigonema dibentuk dalam gelombang antar sel. Dalam Chrysophyta, prinsip fotosintesis pigmen biasanya terdiri dari klorofil A dan C1 / C2 dan karetonoid fukosanthin.
Diatom merupakan komponen besar planktonic dan komunitas benthic di samudera dan air jenih. Kadang – kadang diatom dikelompokkan menjadi tiga jenis berdasarkan strategi ekologi : (1) diatom, (2) diatom benthic (periphytic) dan (3) diatom meioplonthonic (tycoplanktonic).
Spesies euplanktonik merupakan anggota plankton tetap. Hampir semua diatom sentrik adalah planktonic dan ditemukan di air jernih dan samudra. Diatom pennate yang sedikit merupakan planktonic. Diatom planktonic sering berproduksi pada musim semu dan musim gugur berkembang pada temperatur danau dan samudera dan pada musim panas berkembang pada latitude tinggi. Hanya sedikit diatom yang diketahui menghasilkan toksin (dari spesies Nitzschia dan Chaetocheros).
Semua diatom benthic adalah pennate. Pada air jernih dan habitat marine, diatom sering merupakan inisial koloni alga pada substrat di bawah permukaan air. Sekresi mucilage oleh diatom dan bakteri membentuk biofilm yang menyediakan substrat berikutnya oleh organisme yang lain. Kepadatan pertumbuhan diatom menghasilkan diskolorasi coklat keemasan.
Klasifikasi Chrysophyta
Chrysophyta dibagi menjadi 3 kelas yaitu:
  1. Kelas Xanthopyceae
  2. Kelas Chrysophyceae
  3. Kelas Bacilloryphyceae / Diatomeae
Ciri – Ciri Kelas
  1. Kelas Xanthophyceae
Xanthophyceae juga lazim dikenal dengan nama alga hijau – kuning, karena alga ini mempunyai plastid hijau kekuningan, warna ini disebabkan kelebihan Xanthofil. Salah satu contoh dari kelas ini adalah Vaucheria yang berwarna hijau kuningdan menyolok, tumbuh secara umum dan kerap kali ditelaah, dahulunya dikelompokkan bersama – sama chlorophyta. Bermacam – macam spesiesnya dapat hidup dalam air atau di darat. Yang hidup di darat dapat ditemui tumbuh dalam massa seperti beludru di kolam atau tepi sungai yang lembab, atau dapat hidup sebagai selaput tipis di tanah kebun dan pot – pot yang ada dalam rumah kaca.
Tumbuhan ini terdiri dari filamen yang berbentuk tabung, kadang – kadang bercabang. Yang hidup di darat dapat tertambat oleh rizoid, yaitu cabang – cabang seperti akar dan tidak berwarna. Filamen berinti banyak dan tidak dibatasi oleh dinding sekat, kecuali jika terdapat struktur reproduktif. Filamen seperti itu dinamai senosit (Coenocyte). Adanya senosit ini tidak hanya pada Vaucheria tetapi juga dijumpai pada alga lain, fungi, dan bahkan pada jaringan tumbuhan tingkat tinggi. Sitoplasma terdapat tepat di dalam dinding sel dan mengelilingi vakuola besar di tengah – tengah. Di dalam sitoplasma banyak inti, plastid berbentuk cakram yang tidak dilemgkapi pirenoid, dan banyak sekali tetesan minyak.
Reproduksi berlangsung dengan cara asexual dan sexual (oogami). Cara yang pertama biasanya dengan pembentukan zoospora, satu demi satu dalam sporangium berbentuk gada yang dipisahkan pada ujung – ujung cabang. Zoospora itu multinukleat, permukaanya dilengkapi dengan amat banyak flagela, yang terdapat berpasang – pasangan, maka zoospora itu dianggap sebagai struktur majemuk yang merupakan sejumlah besar zoospora kecil yang berflagela dua dan yang tidak berhasil memisahkan diri. Zoospora memisahkan diri dari sporangium melalui pori ujung, berenang – renang selama beberapa saat, lalu menetap, flagela pun hilang, kemudian berkecambah untuk menjadi tumbuhan baru.
Bilamana bereproduksi secara seksual, maka oogonia dan anteridia biasanya terbentuk pada filamen yang sama, pada cabang lateral yang sama, atau dapat pula pada cabang yang berdekatan. Oogonia terdapat di ujung atau pada percabangan sisi yang dipisahkan oleh dinding dari filamen utama atau cabang fertil. Satu telur uninukleat besar yang mengandung plastid dan tetesan minyak terdapat di dalam oogonium. Anteridium terdiri dari bagian terminal suatu cabang sisi, biasanya melengkung dan mengandung sejumlah besar sperma berflagela sangat kecil. Spema keluar melalui pori – pori pada anteridium dan memasuki oogonium melalui pori. Salah satu spema bersatu dengan inti dalam telur. Setelah pembuahan, terjadilah zigot yang membentuk dinding tebal lalu menjalani masa dorman. Sesudah perkecambahan, zigot itu tumbuh langsung menjadi filamen baru.
DIVISI PHAEOPHYTA
Phaeophyta adalah ganggang yang berwarna pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil a, karoten, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang menyebabkan ganggang ini berwarna pirang. Kebanyakan Phaeophyta hidup dalam air laut,hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Di laut dan samudera di daerah iklim sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran yang amat besar dan sangat berbeda-beda bentuknya. Ganggang ini termasuk bentos, melekat pada batu-batu, kayu, sering juga sebagai epifit pada talus lain ganggang, bahkan ada yang hidup sebagai endofit.
Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyta dibagi dalam 3 golongan, yaitu:
  1. Golongan isogeneratae
Yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda. Contoh; Ectocarpus, dan Dictyota, Cutleria.
  1. Golongan heterogeneratae
Yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dn gametofit
Cadangan makanan
Sebagai hasil asimilasi dan zat makanan cadangan tidak pernah ditemukan zat tepung, tetapi sampai 50% dari berat keringnya terdiri dari laminarin, sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin dan lebih dekat dengan selulosa dari pada dengan tepung. Selain laminarin juga ditemukan manit, minyak dan zat-zat lain.
Dinding sel
Dinding selnya yang sebelah dalam terdiri atas selulosa, sebelah luar terdiri dari pektin dan dibawah pektin terdapat algin, suatu zat yang menyerupai gelatin, yaitu garam Ca dari asam alginat yang pada laminaria merupakan sampai 20-60% dari berat keringnya.

NUTRIEN MINERAL

Interaksi Akar dan Tanah
Kondisi di daerah rhizosfere agak berbeda dengan kondisi tanah di luar rhizosfere yang berjauhan dengan akar tanaman. Akar tanaman tidak hanya berfungsi dalam penyerapan dan transportasi nutrien dari tanah ke tanaman dan utamanya air, tetapi juga akumulasi dan pengurangan ion, membebaskan H+ atau HCO3- yang mengakibatkan perubahan pH, mengkonsumsi O2 yang berakibat pada perubahan “redox potential” di dalam tanah. Eksudasi oleh akar tanaman juga berpengaruh terhadap mobilitas dan transformasi unsur serta populasi mikroorganisme dalam tanah. Kondisi rhizosfere dalam tanah berpengaruh terhadap perubahan lingkungan kimia akan berakibat pula pada ketersediaan nutrien dan penyerapan akar.
Tanah dan Mineral
Tanah adalah bentukan alam pada permukaan bumi yang tersusun atas lima komponen utama : bahan mineral, bahan organik, air, udara dan organisme hidup. Bahan mineral terdiri atas material anorganik dengan berbagai ukuran yaitu mulai dari fragmen batuan, kerikil, hingga partikel-partikel lempung/liat. Bahan organik tersusun atas hasil dekomposisi sisa tanaman dan hewan. Bahan mineral dan bahan organik ini yang berperan dalam memperbaiki matrik tanah. Pori-pori tanah yang terbentuk di antara partikel-partikel tanah akan diisi air dan udara. Sedang yang termasuk organisme hidup : akar tanaman, bakteri, fungi, protozoa, cacing, serangga dll.
Bentukan tanah berlangsung sejak ribuan tahun melalui proses geologi yang berlanjut hingga sekarang, termasuk di dalamnya proses pelapukan kimia dan fisika terhadap batuan dan mineral tanah, adanya tekanan, akumulasi dan dekomposisi bahan organik, transformasi, pencucian terhadap hasil pelapukan dan dekomposisi. Dari proses pelapukan dan dekomposisi tersebut menghasilkan partikel-partikel yang bersifat koloid ataupun partikel-partikel lempung.
Sisa tanaman, hewan dan mikroorganisme akan mengalami degradasi oleh mikroorganisme tanah. Proses degradasi bahan organik tanah ini akan membebaskan ion-ion anorganik dan CO2, selanjutnya proses degradasi bahan sisa ini akan berlangsung lebih lambat dengan meninggalkan residu koloid karbonat yang relatif resisten terhadap dekomposisi. Akumulasi residu bahan organik ini akan membentuk humus berwarna coklat hitam, banyak mengandung turunan senyawa fenol terutama lignin asal tanaman.
Partikel humus dan lempung, keduanya bercampur bersama air diperkolasikan ke dalam pori-pori tanah. Akhirnya bahan-bahan yang dapat larut tadi didispersikan mengikuti aliran menuju tempat pencadang air, sedang koloid lempung dan partikel-partikel humus yang tertinggal dalam tanah akan terhidrasi.
Bagian penting dari tanah yang terkait dengan nutrisi tanaman adalah fraksi koloid yang mengandung partikel-partikel koloid organik dan anorganik. Partikel koloid tersebut secara individual disebut misel, yang sangat halus (hanya nampak dengan bantuan mikroskop elektron) memiliki permukaan yang relatif luas per unit berat. Misel dari lempung memiliki struktur lempung yang terdiri atas silikon, alumunium oksida dengan atom oksigen di permukaan misel, memiliki sisi adsorpsi elektro negatif untuk menarik kation (Ca2+, Mg2+, K+, Al3+, NH4+ dan Na+) sebagaimana ion H+ yang dihasilkan oleh aktivitas biologi.
Misel humus (sedikit lempung) bersifat amorf, memiliki sifat khas yaitu dengan adanya permukaan yang bermuatan yang ditimbulkan oleh adanya gugus karboksil (-COOH) dan gugus hidroksil (-OH) di mana hidrogen berdisosiasi digantikan oleh kation.
Kedua misel lempung dan humus dikelilingi oleh sekumpulan kation dengan ikatan longgar yang masing-masing dikelilingi oleh mantel air. Karena misel lempung dan humus didominasi oleh muatan negatif, maka bila anion (nitrat) ditambahkan ke dalam tanah atau diberikan pada tanah organik yang telah terdekomposisi maka akan mengalami pencucian oleh air perkolasi.
Kation diadsorpsi di permukaan partikel koloid tanah dan dapat dipertukarkan secara cepat dengan larutan tanah, proses ini disebut pertukaran kation.
Suatu kation dapat menggantikan kation lain tergantung daya retensi dan adsorbsi kation. Kation trivalen diikat lebih kuat daripada kation divalen dan seterusnya lebih kuat daripada kation monovalen. Juga tingkat hidrasi dari suatu ion berpengaruh terhadap daya ikat. Kation terhidrasi tidak cukup kuat terikat pada permukaan mineral lempung karena adanya selubung (mantel) air. Kation yang lebih kecil memiliki mantel air yang lebih tebal, karena itu kerapatannya akan berkurang sehingga tidak terikat kuat pada mineral lempung.
Tabel ! :: Diameter kation terhidrasi dan tanpa hidrasi
kation
Terhidrasi
tanpa hidrasi
Rb+
0,51
0.,30
K+
0,53
0,27
NH4+
0,54
0,29
Na+
0,76
0,20
Li+
1,0
0,15
Mg2+
0,64
0,16
Ca2+
0,56
0,21
Menurut Hofmeister daya tukar kation dapat disusun sebagai berikut :
Li < Na < K+ < Rb+ < Cs+
Mg2+ < Ca2+ < Sr2+ < Ba2+
Namun ini tidak berlaku secara universal karena masih dipengaruhi struktur mineralnya (kaolinit, monmoulinit, mica dll).
Mikoriza
Mikoriza merupakan fungi di dalam tanah yang berasosiasi dengan akar tanaman. Ada dua kelompok mikoriza : ektotropik dan endotropik mikoriza. Ektotropik mikoriza menyelimuti akar dengan mantel hifa yang tebal, banyak dijumpai pada Pinus silvestris. Berkas fungi ini menyebar di antara sel kortikal akar yang memungkinkan terpeliharanya hubungan jamur dan tanaman.
Fungi ini digolongkan ke dalam Basidiomycetes yang menggantungkan kebutuhan karbohidratnya dari akar tanaman. Hal ini dibuktikan dengan menggunakan C-14 label pada fotosintat yang ditranslokasikan ke akar tanaman juga ke dalam berkas hifa mikoriza. Karbohidrat yang diperoleh dari akar terutama sukrosa segera diubah menjadi gula jamur seperti trihalosa dan manitol. Dengan cara ini senyawa organik, karbon organik yang diterima hanya sedikit yang direasimilasi oleh akar tanaman, sehingga nampak bahwa transport asimilat dari bagian atas tanaman menuju akar yang terinfeksi lebih banyak daripada yang menuju akar yang tidak terinfeksi.
Ketebalan berkas hifa yang menyelimuti akar berperan dalam penyerapan air dan nutrien anorganik terutama fosfat dengan mengefektifkan dan memperluas permukaan kontak dengan tanah secara langsung. Hifa mikoriza (diameter 2-4 µm) mampu berpenetrasi ke dalam pori tanah yang tidak dapat dipenetrasi oleh akar rambut (diameter 5 kali lebih besar dari hifa). Akar yang tidak terinfeksi usianya lebih pendek dan tetap tidak membentuk cabang, sedang akar yang terinfeksi usianya lebih panjang dan mampu membentuk cabang, dengan demikian mikoriza membantu akar mengeksploitasi tanah untuk mendapatkan air dan nutrien.
Telah diketahui bahwa fosfat diserap oleh hifa dan diteruskan ke tanaman. Fungi ini juga mengakumulasi nutrien yang selanjutnya disediakan bagi tanaman pada saat ketersediaan tanah rendah.
Ektotropik mikoriza utamanya dijumpai pada akar pohon-pohonan dan semak hutan dan sangat berarti bagi kebutuhan nutrisi tanaman yang bersangkutan dan mampu meningkatkan pertumbuhan tanaman bila ditanam ditanah yang ketersediaan fosfatnya rendah.
Fungi endotropik mikoriza merupakan anggota dari Phycomycetes dan Basidiomycetes. Berbeda dengan ektotropik mikoriza, hifa endotropik mikoriza ini berpenetrasi ke sel kortek akan membentuk jala hifa internal dan beberapa di antaranya juga berkembang di dalam tanah.
Banyak tanaman pertanian akarnya terinfeksi (berasosiasi) oleh vesikular-arbuskular mikoriza (VAM). Nama ini diberikan sehubungan dengan dua struktur karakteristik dari infeksi yaitu vesikel dan arbuskula. Dari Phycomycetes yaitu famili Endogonaceae, hifa fungi ini tumbuh bercabang baik yang ada di luar (dalam tanah) maupun dalam sel korteks. Juga dijumpai adanya struktur yang berbeda perkembangannya yang disebut arbuskula. Struktur ini menyerupai hostoria tetapi dihasilkan oleh cabang hifa dikotom.
Vesikula merupakan hasil pembengkaan hifa yang terjadi di dalam atau di antara sel. Vesikula eksternal juga dibentuk dan berkembang dari hifa eksternal. Asosiasi antara inang dan fungi ini memiliki koordinasi yang baik. Akar-akar muda pencari nutrien tidak menunjukkan adanya kerusakan sewaktu diinfeksi oleh fungi ini, tentu saja akar hidup mempunyai arti penting dan sebagai kultur untuk fungi tersebut. Simbiosis ini prinsipnya sama dengan ektomikoriza yaitu : tanaman menyediakan senyawa karbon organik bagi mikoriza dan fungi membantu akar mengeksploitasi tanah untuk memperoleh air dan nutrien anorganik terutama fosfat bila terjadi kekurangan fosfat di sekitar akar (karena diserap lebih cepat daripada yang jauh dari akar).
Jaringan hifa eksternal memperluas dari akar ke dalam tanah, memperluas permukaan kontak antara tanah dan asosiasi fungi-akar, sehingga meningkatkan penyerapan fosfat. Dari suatu penelitian pada akar bawang merah menunjukkan bahwa kecepatan fosfat lewat hifa lebih tinggi daripada lewat akar dan translokasi dalam hifa nampak lebih cepat. Fosfat ditranslokasikan dalam bentuk granula kecil-kecil polifosfat oleh aliran sitoplasma. Fosfat diserap oleh fungi dari kumpulan fosfat tanah yang labil dan karenanya dengan mudah fosfat tersedia. Fungi mikoriza memiliki kemampuan yang kecil untuk menggunakan fosfat tidak lerut seperti batuan fosfat. Tanaman dengan sistem perakaran yang permukaannya sempit dan berdaging dengan sedikit rambut akar akan sangat diuntungkan dalam penyerapan fosfat dari VAM (onion, sitrus dan anggur).
Kecepatan infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor : pH dan temperatur optimum pada pH agak asam dan suhu 20o-25o C. Infeksi lambat pada kondisi defisiensi N yang sangat rendah dan meningkat dengan penyediaan nitrat dan kandungan nitrogen di akar, sedang pemberian ammonium berpengaruh sebaliknya.
Kecepatan infeksi berkorelasi positip dengan kandungan karbohidrat terlarut di akar dan eksudasi gula. Terdapat korelasi positip antara infeksi VAM dengan pertumbuhan inang dan intensitas cahaya atau panjang hari. Lingkungan yang tidak cocok : ternaungi, tanaman meranggas menekan pertumbuhan mikoriza. Kondisi lingkungan yang menonjol adalah pengaruh fosfat. Pada defisiensi fosfat, kecepatan eksudasi gula reduksi dan asam amino meningkat dan seringkali berkorelasi dengan meningkatnya kecepatan infeksi. Ada hubungan antara aplikasi fosfat yang mudah larut (super fosfat) dan infeksi VAM, berbeda dengan rock fosfat sangat kecil pengaruhnya terhadap infeksi. Perluasan infeksi dikendalikan tidak oleh konsentrasi fosfat dalam larutan tanah tetapi oleh kandungan fosfat dalam tanaman.
Secara umum meningkatnya penyerapan fosfat dan meningkatnya nutrisi fosfor adalah sebab utama dari meningkatnya hasil dan pertumbuhan tanaman yang berasosiasi dengan mikoriza. Respon pertumbuhan terhadap infeksi menurun bila diberi fosfat yang mudah larut dan meningkatnya pertumbuhan menimbulkan lebih cepatnya penyerapan mineral lain.
Mineral Essensiil
Nutrien esensiil dibutuhkan oleh tanaman berupa bahan anorganik alam. Secara mendasar nutrien dibutuhkan tanaman berbeda dengan yang dibutuhkan oleh manusia, hewan dan mikroorganisme yang membutuhkan konsumsi bahan organik. Elemen essensiil tersebut : C H O N S P K Ca Mg Fe Mn Cu Zn Mo B Cl ( Na Si Co ) yang dibedakan elemen bukan mineral ( C H O N ), bukan metal ( N S P Bo Cl ) dan metal ( K Ca Mg Fe Mn Zn Co Mo ).
Elemen essensiil untuk tanaman dibedakan antara elemen makro dan mikro. Makronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, sedang mikronutrien dibutuhkan dalam jumlah yang relatif kecil. Elemen makro lebih dibutuhkan untuk komponen struktural, sedang elemen mikro lebih mengarah untuk komponen fungsional. Sebagai contoh makronutrien N dalam jaringan dapat mencapai 1000 kali lipat lebih besar daripada Zn.
Makronutrien tersebut : C H O N S P K Ca Mg ( Na Si ) sedang mikronutrien : Fe Mn Cu Zn Mo B Cl. Namun adakalanya keberadaan mikronutrien hampir menyamai makronutrien dalam jaringan misal Fe atau Mn di dalam jaringan sangat tinggi hampir menyamai S atau Mg, bahkan pada kondisi tertentu dijumpai konsentrasi yang tinggi terhadap elemen-elemen non essensiil yang di antaranya bersifat toksik (Al, Ni, Se, F).
Klasifikasi nutrien tanaman
Nutrien
Penyerapan
Fungsi
1.
C H O N S
CO2(HCO3-), H2O, O2, NO3-, NH4+, N2, SO42-, SO2
Komponen BO, komponen enzim
  • ion dari larutan tanah
  • gas dari atmosfer
Assimilasi dan proses oksidasi-reduksi
2.
P, B, Si
Fosfat, asam borat, silikat dari larutan tanah
Esterifikasi alkohol tanaman
Fosfat ester yang terlibat dalam pemindahan energi
3.
K, Na, Mg, Ca, Mn, Cl
Ion dari larutan tanah
Tidak spesifik, osmotik potensial, aktivasi protein enzim, keseimbangan dengan anion, elektro potensial
4.
Fe, Cu, Zn, Mo
Ion atau khelate dari larutan tanah
Dalam bentuk khelate sebagai gugus prostetik, donor/aseptor elektron (oksidasi/reduksi)
Phospat (P)
Keberadaan Phosphat/fosfat (P) dalam tanah utamanya dalam bentuk :
  1. fosfat dalam larutan tanah
  2. fosfat labil
  3. fosfat nonlabil
Fraksi pertama yaitu berupa fosfat yang terlarut dalam larutan tanah, fraksi dua fosfat labil yaitu yang terikat dengan partikel-partikel tanah (mineral lempung), hidroksida, karbonat, Fe dan Al fosfat yang cepat mencapai keseimbangan dengan fosfat larutan. Fe oksida mengadsorpsi fosfat lebih kuat daripada mineral silikat. Proses adsorpsi fosfat ini tidak berdiri sendiri, tetapi juga melibatkan proses pengendapan (Ca-Fe dan Al fosfat) dan ini berakibat pada rendahnya ketersediaan nutrien yang bersangkutan. Fraksi ketiga : fosfat yang tidak larut misal : batuan fosfat yang lambat tersedia.
Dekomposisi bahan organik berpengaruh terhadap adsorpsi fosfat secara langsung ataupun tidak langsung dan mineralisasi fosfat dari dekomposisi bahan organik akan berpengaruh pada adsorpsi fosfat ataupun keberadaan fosfat bebas.
Bentuk ion fosfat penting dalam tanah : H2PO4- dan HPO42-
HPO42- + H+ H2PO4-
Keberadaan ion fosfat ini sangat dipengaruhi oleh pH. Akar tanaman mampu mengabsorbsi fosfat dari larutan tanah pada konsentrasi fosfat yang rendah, dan umumnya kandungan fosfat di akar maupun di xylem sekitar 100 – 1000 kali lipat lebih tinggi daripada di larutan tanah. Fosfat diserap oleh sel tanaman melawan perbedaan konsentrasi oleh karenanya diserap secara aktif.
Dilaporkan bahwa meningkatnya tekanan partikel O2 pada larutan nutrien akan meningkatkan pula serapan fosfat, sehingga respirasi karbohidrat akan mendorong proses aktif penyerapan fosfat. Hal serupa juga dijumpai bahwa tanaman yang tumbuh di bawah cahaya akan menyerap fosfat lebih tinggi daripada dalam keadaan gelap.
Serapan fosfat juga dipengaruhi oleh pH, pada pH rendah (4) tanaman mengabsorbsi fosfat 10 kali lipat lebih tinggi daripada pH tinggi (8,7) dan kecepatan maksimum diperoleh pada pH 5,6 dan akan menurun dengan cepat dengan semakin naiknya pH dan fosfat diserap secara aktif dalam bentuk ion H2PO4- dan bukan HPO42-.
Fosfat dalam sel ada dalam bentuk : fosfat anorganik (ortofosfat), pirofosfat, fosfat organik (fruktosa 6 fosfat, fosfolipida, nukleotida : ATP, UTP, CTP, GTP dan juga sebagai koenzim dan asam nukleat)
Mengingat pentingnya fungsi fosfat maka defisiensi fosfat dapat berdampak pada penyediaan energi (misal dalam kloroplas), proses metabolisme yang memerlukan energi (biosintesis : protein, asam nukleat dll), terhambatnya pertumbuhan dengan memperhatikan ratio berat kering tunas/akar (rendah) juga terhambatnya pertumbuhan tunas baru, berpengaruh pula pada kualitas buah, kualitas biji dan hasil yang rendah, mengingat P bersifat sangat immobile pada kebanyakan tanaman.
Defisiensi fosfat menunjukkan gejala : daun tua sering berwarna hijau gelap. Pada tanaman setahun, cabang-cabang berwarna kemerahan karena bertambahnya antosianin, pada tanaman buah-buahan daunnya berwarna agak kecoklatan.
Potassium (K)
Sumber potassium (K) untuk tanaman diperoleh dari pelapukan batuan mineral (alkali fildspars 4-15% K2O, Muskovit/K-mika 7-11% K2O, Biotit-Mg mika 6-10% K2O, ellite 4-7% K2O) berada di kisi-kisi mineral.

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX

XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
K+ K+ K+ K+
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX
Pembebasan K hasil pelapukan dapat dengan air atau asam lemah dapat lebih cepat. Konsentrasi H+ yang tinggi dan K+ yang rendah dapat membebaskan K+ yang berada di antara lapisan batuan mineral (interlayer). Pembebasan K dapat juga dengan cara penggantian K+ oleh kation lain (Na+, Ca++, Mg++).
Fiksasi K+ dapat juga oleh mineral tanah dan fiksasi berlangsung lebih kuat pada kondisi kering daripada basah (lembab). Fiksasi K+ ini dapat dibebaskan oleh adanya NH4+ atau H+.
K+ berperan dalam banyak proses fisiologis dan biokimia tanaman dan diserap secara aktif dengan kecepatan penyerapan yang tinggi dan dapat melawan perbedaan konsentrasi. K+ dalam konsentrasi rendah ditransport secara aktif dengan adanya transfer energi oleh ATP-ase, sedang K+ konsentrasi tinggi justru akan menghambat mekanisme transport aktif dan dutransport secara pasif. Kecepatan penyerapan K+ juga dikontrol oleh konsentrasi K+ internal yang pada gilirannya berdampak pada turgor sel atau turgor sel justru dikontrol oleh penyerapan K+.
K+ diketahui sebagai unsur yang sangat mobil di jaringan tanaman, K+ utamanya ditransport secara langsung ke jaringan meristem dan seringkali dijumpai transport K+ berlangsung dari jaringan tua ke jaringan muda.
Transport K+ ke meristem, perannya belum diketahui dengan jelas, tetapi diduga terkait dengan kegiatan : sintesis protein, laju pertumbuhan dan penyediaan sitokinin. K+ penting dalam menentukan status air dalam tanaman : penyerapan air dalam sel/jaringan seringkali sebagai akibat penyerapan aktif terhadap K+, pembengkakan kotiledone berhubungan dengan penyediaan K+, turgor sel (daun) jega sangat dipengaruhi oleh kandungan K+.
Perlakuan tanaman dengan level K+ yang rendah diperoleh penurunan : laju pertumbuhan, besarnya sel, kandungan air dalam jaringan. Dari perlakuan ini disimpulkan bahwa jaringan muda sangat memerlukan K+ untuk memelihara turgor sel yang pada gilirannya untuk pembesaran sel, pada jaringan muda turtgor sel sangat sensitif terhadap status K+, K+ juga berkaitan dengan asimilasi CO2, fosforilasi dan sintesis protein.
Pendapat lain menyebutkan bahwa K+ sinergistik dengan asam gibberelin, kecepatan perpanjangan yang tinggi dijumpai pada aplikasi K+ dan asam gibberelin. Kehilangan air lebih rendah pada tanaman yang diberi K+ karena berpengaruh pada penurunan transpirasi yang tidak hanya tergantung pada potensi air pada sel mesofil, tetapi juga dikontrol oleh besarnya tingkat membukanya stomata.
K+ dalam sel stomata ikut mengendalikan membuka dan menutupnya stomata, stomata membuka bila kadar K+ di dalam sel stomata tinggi dan menutup bila kadar K+ rendah. Pada siang hari akan berlangsung fotosintesis, dihasilkan fotosintat yang dampaknya akan dihasilkan energi maka mendorong peningkatan penyerapan K+ yang akhirnya akan meningkatkan konsentrasi K+ dan menaikkan tekanan turgor. Perilaku K+ ini ternyata tidak berlaku untuk ion (anion) Cl- dan H2PO4- sehingga tidak mampu memberikan keseimbangan akibat peningkatan K+, sedang anion yang memberikan keseimbangan terhadap K+ asam malat yang dihasilkan via karboksilasi PEP.
Pengaruh K+ terhadap fotosintesis ternyata tidak langsung berpengaruh pada fotosintesis I dan II, tetapi menaikkan reaksi denovo yaitu sintesis enzim rubisco. K+ juga menurunkan resistensi difusi CO2 kedalam sel mesofil. Meningkatnya asimilasi CO2 paralel dengan meningkatnya fotorespirasi dan menurunkan respirasi (respirasi gelap), K+ juga meningkatkan translokasi fotosintat dan K+ secara tidak langsung meningkatkan sintesis beberapa macam senyawa organik seperti protein, gula dan polisakarida.
Kation K juga berperan mengaktifkan beberapa macam enzim, misal terhadap starch sintetase pada jagung manis, pengaruh K+ sangat kuat yang diikuti oleh Rb+, Cs+ dan NH4+ pengaruhnya lebih rendah daripada K+.
Defisiensi K tidak menunjukkan gejala yang jelas, awalnya hanya pengurangan laju pertumbuhan, setelah lanjut diikuti oleh klorosis dan nekrosis. Umumnya mulai nampak pada daun tua, karena K+ yang mobil ditransport dari daun tua ke jaringan yang lebih muda. Turunnya turgor apalagi pada kondisi stres air menyebabkan tanaman lembek. K+ juga dapat meningkatkan resistensi tanaman terhadap beberapa penyakit, misal pada gandum terhadap serangan penyakit : “powdery mildew” oleh Erysiphe graminis , padi : “brown spot” oleh Ophiobolus myabeanus, barley : “brown rust” oleh Puccinia hordei dan Fusarium, layu pada pisang oleh Fusarium oxysporum.
Beberapa pupuk potasium :
KCl
50 % K
(60 % K2O)
41 % K
(58 % K2O)
33 % K
(40 % K2O)
KSO4
43 % K
(52 % K2O)
KNO3
37 % K
(44 % K2O, 13 % N)
KPO3
33 %
(40 % K2O, 27 % P)
= K metafosfat
Calsium (Ca)
Di alam dalam bentuk calcite CaCO3 atau dolomit CaCO3MgCO3, gipsum CaCO3 2H2O, CaCO3 sukar larut dan hanya 10-15%mg Ca per liter air. Dalam bentuk Ca(HCO3)2 agak mudah larut yang dapat menyebabkan pencucian Ca :
CaCO3 + H2O Ca(HCO3)2
Ca dalam ikatan koloid tanah dapat dipertukarkan/dibebaskan oleh 2H+. Keberadaan Ca++ dalam tanah dapat mencapai 10 kali lipat atau lebih tinggi daripada K+, tetapi penyerapan K+ oleh akar tanaman lebih tinggi daripada Ca++. Rendahnya penyerapan Ca, karena Ca hanya diserap oleh ujung akar muda di mana endodermisnya belum dilapisi suberin, di samping penyerapan Ca ditekan oleh adanya K+ dan NH4+ yang lebih cepat diserap oleh akar.
Umumnya keberadaan Ca+ berkaitan dengan sifat basis pada tanah (pH yang lebih tinggi), namun Ca++ yang dapat dipertukarkan oleh H+ dapat berakibat pada penurunan pH tanah. Sebagai contoh pada kondisi yang natural, berlangsung proses nitrifikasi terhadap ammonium yang dihasilkan dari mineralisasi bahan organik :
2NH4 + 4O2 2NO3- + 4H+ + 2H2O
H+ yang dihasilkan akan membebaskan Ca, dengan demikian nitrifikasi dapat menyebabkan keasaman tanah dan pencucian Ca. Pengasaman tanah ini dapat juga terjadi karena eksresi H+ oleh akar tanaman juga pembakaran fosil dapat menyebabkan pembentukan H2SO4, H2SO3, HNO2 dan HNO3 di atmosfer yang dikembalikan ke tanah bersama air hujan.
Berbeda dengan penyerapan K+ dan fosfat, penyerapan Ca (dan Mg) hanya terjadi pada daerah akar yang terbatas yaitu sedikit di belakang pucuk akar dan transport Ca2+ dari korteks ke silinder pusat hanya efektif pada akar muda yang sel endodermisnya belum mengalami penebalan pita kaspari. Selebihnya pada akar yang lebih tua maka transport Ca2+ hanya mungkin lewat simplas.
Atas dasar keterangan di atas maka ditemukan bahwa transport Ca berlangsung secara pasif, sama halnya translokasi Ca2+ dalan tanaman. Di dalam xylem translokasi Ca berhubungan dengan proses transpirasi yang dipengaruhi oleh kelembaban udara.
Ketika kelembaban udara tinggi (trnaspirasi rendah) maka translokasi Ca2+ ke bagian atas tanaman menurun dan akan menekan penyerapan Ca2+. Aliran Ca di dalam xylem tidak semudah massflow, mengingat kation Ca juga diabsorbsi oleh sel-sel yang berdekatan dan diadsorpsi oleh anion yang tidak berdifusi dalam xylem. Adsorpsi Ca2+ pada dinding sel dapat dipertukarkan dengan kation lain sehingga Ca2+ dapat ditranslokasikan ke atas.
Pada tanaman yang sedang mengalami pertumbuhan berlangsung translokasi ke arah tunas pucuk walau kecepatan transpirasi lebih rendah daripada di daun yang telah tua. Hal ini diketahui bahwa aliran tersebut diinduksi oleh auksin (IAA) yang disintesis di tunas pucuk.
Selama pertumbuhan IAA menstimulasi pengeluaran proton (H+) pada zona perpanjangan tunas pucuk meningkatkan pembentukan sisi pertukaran kation sehingga pucuk pertumbuhan menjadi pusat akumulasi kation Ca. Hubungan tersebut telah diteliti dan hasilnya bahwa penggunaan penghambat trasport IAA, asam 2 3 5 iodobenzoat (TIBA) menunjukkan penghambatan induksi TIBA pada transport IAA dan pengaruh penghambatan TIBA terhadap translokasi Ca ke pucuk tunas. Ternyata bahwa transport IAA ke basipetal mendorong Ca untuk ditranslokasikan ke arah akripetal sebaliknya kecepatan translokasi Ca2+ ke arah bawah sangat lambat, oleh karena itu transport Ca2+ di floem konsentrasinya sangat kecil.
Kadang dijumpai Ca2+ di deposit pada daun tua dan tidak dapat ditranslokasikan ke jaringan meristem yang menunjukkan gejala defisiensi Ca2+ karena sifat Ca2+ yang tidak mobil. Percobaan menggunakan Ca label juga menunjukkan bahwa Ca ditranslokasikan ke bagian atas tanaman dan tidak ke pucuk akar, sebaliknya K+ di floem dijumpai dalam jumlah yang berlebihan.
Ca2+ merupakan ion yang antagonis dengan H+. bila Ca2+ membran dipertukarkan dengan H+ atau menggunakan khelat maka permeabilitas sangat meningkat dan dapat terjadi kebocoran ion atau senyawa organik molekul kecil. Ca diketahui penting untuk pertumbuhan tanaman, hal itu dapat ditunjukkan dengan menghentikan penyediaan Ca pada akar, maka pertumbuhannya segera berkurang dan setelah beberapa hari pucuk akar berwarna coklat dan secara bertahap akan mati. Calsium dibutuhkan untuk perpanjangan dan pembelahan sel. Tetapi bagaimana peran Ca2+ dalam proses tersebut belum diketahui betul. Ca merupakan ion penting untuk memelihara permeabilitas dan integritas membran sel. Ca yang ditempatkan pada daerah batas antara sitoplasma dan dinding sel mengindikasikan kandungan Ca yang tinggi di plasmolema. Ca dapat dipindahkan dari membran dengan perlakuan EDTA. Perlakuan ini meningkatkan permeabilitas membran, sehingga senyawa anorganik dan organik dapat berdifusi ke luar sel dan berakibat pada kerusakan.
Kerusakan dari permeabilitas membran oleh defisiensi Ca, seperti efek dari EDTA mempengaruhi retensi dari senyawa-senyawa seluler yang dapat berdifusi. Membran akan bocor, cepat mengalami defisiensi dan struktur membrannya mengalami disintegrasi.
Pada tanaman, kerusakan terjadi pertama di jaringan meristem seperti pucuk akar, titik tumbuh pada bagian atas tanaman dan organ penyimpanan. Senyawa melanin yang berwarna coklat yang dihasilkan dari oksidasi polifenol berkaitan dengan jaringan yang mengalami defisiensi. Bila jaringan ini kecukupan Ca2+ oksidasi tersebut akan dihambat dengan adanya khelasi senyawa fenolik oleh Ca.
Senescen juga diakibatkan oleh adanya defisiensi Ca dan dapat dihambat oleh Ca2+. Senesen pada daun jagung dapat ditunda dengan penambahan Ca2+ atau sitokinin. Absisi daun (hidney bean) yang disebabkan oleh senesen dapat ditunda dengan memberikan Ca2+ konsentrasi tinggi pada medium. Untuk memenuhi fungsinya, Ca harus selalu ada di larutan eksternal di mana ia mengatur selektivitas penyerapan ion dan mencegah kebocoran dari sitoplasma. Ca membran terikat oleh gugus fosfatdan karboksil dan fosfolipida dan protein pada permukaan membrn sel. Dapat dipertukarkan oleh K+, Na+ dan H+, meskipun tidak dapat menggantikan posisi Ca sebagai stabilisasi termasuk divalen Mg2+.
Aplikasi Calsium seringkali dilakukan dengan cara pengapuran. Karbonat adalah batuan kapur, yang bila dibakar pada suhu 1100oC menghasilkan :
CaCO3 CaO + CO2 , CaO cepat bereaksi dengan air.
CaO + H2O Ca(OH)2, bila kontak dengan CO2 akan kembali ke bentuk : Ca(OH)2 + CO2 CaCO3 + H2O
CaO dan Ca(OH)2 stabilitasnya tinggi
CaO bereaksi dengan air dan langsung dapat menetralkan larutan tanah yang asam.
CaO + H2O Ca(OH)2
Ca(OH)2 + 2H+ Ca2+ + 2H2O
CaO + 2H+ Ca2+ + H2O
Reaksi di atas diperlakukan bila diperlukan perubahan pH yang cepat.
CaCO3 bereaksi lebih lambat, tetapi bila kondisi sangat asam dapat bereaksi cepat : CaCo3 + 2H+ Ca2+ + H2O + CO2
Pada kondisi asam agak lemah adanya CO2 baik untuk pelarutan CaCO3 dengan membentuk senyawa bicarbonat :
CaCO3 +CO2 + H2O Ca(HCO3)2
Ca(HCO3)2 + 2H+ Ca2+ + 2CO2 + 2H2O
CaCO3 + 2H+ Ca2+ + CO2 +H2O

Ca silikat lebih lambat daripada CaCO3 untuk menetralkan tanah asam

CaSiO3 + 2H+ Ca2+ + SiO3 + H2O
Pada pH basa sebaiknya jangan memupuk dengan pupuk ammonium sebab akan terjadi volatilisasi dalam bentuk amoniak
NH4 +OH H2O + NH3
Meningkatnya pH dari asam berdampak membaiknya kondisi lingkungan mikroorganisme :
  • penambat N2 bebas
  • mineralisasi nitrogen (dekomposisi)
  • nitrifikasi
  • denitrifikasi
S (Sulfur)
Merupakan nutrien non metalik yang dapat diserap dalam bentuk SO2 oleh bagian tanaman di atas tanah (daun) dan bentuk SO42- oleh akar tanaman.
Sulfur di tanah dalam bentuk organik dan anorganik, pada tanah organik merupakan recervoir S, misal pada tanah peat kandungan terbesar adalah S. di dalam tanah organik dibedakan dalam dua fraksi : S yang berikatan dengan karbon seperti (asam amino jumlahnya kurang dari separoh fraksi), yang kedua ialah yang tidak berikatan dengan karbon (senyawa fenolik, cholin-sulfat sebagai lemak)
Tanah organik memiliki ratio C/N/S = 125 : 10 : 1,2, sedang tanah anorganik berada dalam bentuk : CaSO4, MgSO4 dan Na2SO4. Pada tanah organik S tersedia oleh aktivitas mikroorganisme yaitu lewat proses mineralisasi bahan organik dan terbentuk H2S, pada kondisi aerob akan terjadi oksidasi (autooksidasi) menjadi SO4. Pada kondisi anaerob H2S akan dioksidasi menghasilkan S oleh bakteri belerang khemotrop (Beggiatoa dan Theothrix), bakteri yang sama juga mengoksidasi S menjadi H2SO4 dalam kondisi aerob.
S dioksidasi secara khemotropik oleh Thiobacillus
2H2S + O2 2H2O + 2S + 510 kj
2S + 3O2 + 2H2O 2H2SO4 + 1180 kj
2H2S + 4O2 2H2SO4 + 1690 kj
Pembentukan H2SO4 dan unsur S menyebabkan keasaman oleh karena itu dapat menurunkan pH tanah alkali.
Pada kondisi tanah tergenang S tereduksi dalam bentuk FeS, FeS2 (pirit) dan H2S, misal pada kondisi tergenang padi sawah : H2S merupakan hasil akhir dari degradasi S secara anaerob (metil sulfida, butil sulfida juga terbentuk), H2S memberikan bau yang tidak disenangi.
FeS + H2O + ½O2 Fe(OH)2 + S
Bakteri fotosintetik ungu dan hijau dapat mengoksidasi H2S ke S dengan menggunakan H untuk transport elektron fotosintetik. Bila prosesnya dihambat, H2S dapat berakumulasi sehingga meracuni tanaman.
Keracunan H2S dapat dihindarkan dengan menambahkan garam fero sehingga membentuk FeS. Reduksi sulfat pada kondisi anaerob oleh bakteri Desulfovibrio menggunakan oksigen dari SO4 sebagai aseptor elektron terakhir menghasilkan H2S.
Sulfur diserap tanaman secara aktif dalam bentuk SO42-, pH tidak terlalu berpengaruh namun serapan tertinggi berlangsung pada pH 6,5. Banyak senyawa yang mempunyai fungsi penting yang mengandung sulfur misal : asam amino sistein, metionin, glutation, biotin, coenzim A dan teamin pirofosfat.
Menurut penelitian pada bunga matahari SO4 diabsorpsi dan ditranslokasikan secara aktif dengan melawan perbedaan konsentrasi. Sulfat terutama ditranslokasikan ke arah atas (acropetal) dan kemampuan tanaman tinggi menggerakan S ke arah bawah (basipetal) relatif rendah.
Percobaan dengan kultur larutan (clover) diketahui dengan diputuskan penyediaan SO4 (ke dalam larutan bebas SO4), S dalam akar dan petiol ditranslokasikan ke arah daun muda, sedang S dari daun tua tidak berkontribusi terhadap penyediaan unsur S bagi jaringan muda. Juga diketahui bahwa tidak terjadi translokasi yang menentang aliran transpirasi.
Di atmosfer S berada dalam bentuk SO2 yang dapat diabsorbsi lewat stomata dan didistribusikan ke seluruh bagian tanaman. S dalam tanaman dapat dijumpai sebagai S protein, S asam amino dan sulfat. Sebagai bukti bahwa SO2 atmosfer dapat dimanfaatkan oleh tanaman : beberapa spesies tanaman yang ditumbuhkan dalam “growth chamber” dan dialirkan SO2 atmosfer sebagi sumber S, ternyata pertumbuhan tanaman akan berkurang bila tidak ada SO2. Namun SO2 atmosfer juga dapat meracun terutama bagi tanaman yang sensitif.
Konsentrasi SO2 di atmosfer umumnya sekitar 0,1 – 0,2 mg SO2- S/m3, sedang kadar SO2 atmosfer yang dapat meracun mulai 0,5 – 0,7 mg SO2- S/m3. Konsentrasi SO2 atmosfer yang tinggi mengakibatkan gejala nekrotik di daun, sedang pada defisiensi S pada larutan medium (tanah) akan menghambat sintesis protein karena kurangnya asam amino metionin dan sistein. Sebaliknya terjadi akumulasi asam amino non S : asparagin, glutamin, arginin. Defisiensi S menunjukkan gejala klorosis sehingga berakibat rendahnya gula sebagai hasil fotosintesis.
Defisiensi S dapat diatasi dengan aplikasi pupuk S seperti gipsum (CaSO4 – 2H2O) untuk tanah yang mengalami defisiensi S sangat tinggi, pupuk superfosfat, amonium sulfat dan potasium sulfat.
Magnesium (Mg)
Di dalam tanah banyak dijumpai dalam fraksi lempung, Mg dijumpai dalam mineral ferromagnesium yang mudah lapuk (biotit, serpentin, hornblende, olivin) juga dalam mineral lempung sekunder (chlorite, vermikulit, illit dan monmoulinit). Di dalam tanah juga dapat dijumpai Mg sebagai MgSO4, MgCO3 atau dolomit (CaCO3, MgCO3).
Distribusi Mg dalam tanah mirip dengan K dibedakan dalam tiga bentuk: tidak dapat dipertukarkan, dapat dipertukarkan dan bentuk larut dalam air. Ketiga bentuk tersebut relatif setimbang namun yang terbesar adalah bantuk tidak dapat dipertukarkan pada mineral primer dan mineral lempung sekunder. Mg yang dapat dipertukarkan ini sekitar 5% dari total Mg, fraksi yang berupa Mg terlarut dalam air penting bagi penyediaan nutrien tanaman. Mg dalam larutan tanah cukup tinggi 2-5 mM, meskipun pada berbagai tanah sangat bervariasi yaitu mulai 0,2 – 150 mM. beberapa Mg di tanah berasosiasi dengan bahan organik, tetapi biasanya kecil, kurang dari 1% total Mg dalam tanah, seperti halnya Ca ternyata Mg juga mudah mengalami pencucian.
Penyerapan oleh tanaman lebih rendah daripada Ca2+ atau K+. Mg dalam jaringan sekitar 0,5% bahan kering. Pengaruh kompetitif kation terhadap penyerapan utamanya Mg seringkali menjadi penyebab defisiensi Mg pada daun (apel) dan sebaliknya K+ yang rendah diperoleh Mg yang tinggi.
Meskipun K+ yang tinggi sering menekan total penyerapan Mg, namun pengaruh peningkatan penyediaan K+ bervariasi pada berbagai organ tanaman. Tabel berikut menunjukkan bahwa pada tanaman tomat, peningkatan penyediaan K+ menurunkan kandungan Mg di daun dan akar, namun pada buah malah sedikit meningkat, ternyata K+ meningkatkan translokasi Mg2+ yang menuju buah.
Tabel 2 : Pengaruh K+ terhadap kandungan beberapa kation pada berbagai organ tanaman ( Mengel K. dan Kirkby E.A., 1987 )
Perlakuan mM K/lt larutan nutrien

K

Na
Ca
Mg

Dalam % DM

Daun

2
0,5
0,40
4,7
0,61
10
3,3
0,19
4,2
0,27
20
4,2
0,18
3,3
0,15

Akar

2
0,2
0,36
3,9
0,33
10
2,2
0,25
3,2
0,31
20
2,4
0,13
3,3
0,26

Buah

2
1,6
0,10
0,09
0,07
10
2,5
0,07
0,08
0,08
20
2,7
0,06
0,07
0,09
K & Na kompetitif
-
atagonisme.
K & Mg kompetitif

tapi Mg sangat mobil pada buah tidak berpengaruh.
K & Ca kompetitif
-
translokasi Ca sangat ditentukan oleh transpirasi hanya diangkut ke arah atas.
Berbeda dengan Ca2+, Mg bersifat mobil di dalam floem sehingga dapat ditranslokasikan ke daun muda ataupun ke tunas pucuk. Dalam jaringan tanaman total Mg seringkali lebih 70% yang dapat didifusikan berasosiasi dengan anion organik seperti asam malat dan asam sitrat. Pada biji cerealia dapat berupa garam inositol hexafosfat (asam fitat) berasosiasi dengan klorofil (15-20%).
Mg juga merupakan kofaktor hampir seluruh enzim yang mengaktifkan proses fosforilasi, Mg sebagai jembatan antara struktur pirofosfat (ATP dan ADP) dengan molekul enzim.
Aktivasi ATP ase dibawakan oleh model jembatan di atas, Mg juga mengaktifkan fosfokinase, dehidrogenase, enolase. Mg juga membawakan reaksi kunci pengaktifan enzim ribulosa bifosfat carboksilase (Rubisco). Defisiensi Mg dapat menurunkan N protein karena defisiensi Mg menghambat sintesis protein, terutama terhadap penggabungan asam amino tertentu (seperti halnya defisiensi S), pengaruh ini lebih disebabkan oleh disosiasi ribosom ke dalam sub unitnya karena ketiadaan Mg, karena Mg sebagai stabilisator ribosom yang penting untuk sintesis protein. Pemindahan asam amino dari aminoacide tRNA ke rantai polipeptida juga diaktifkan oleh Mg.
Gejala defisiensi Mg selalu dimulai dari daun yang tua ke arah daun muda, hal ini disebabkan sifat Mg yang mobil. Pada bagian antarvena daun menunjukkan warna kuning atau klorosis bila lebih lanjut akan terjadi nekrosis. Pada gula beat gejala ini sering dikacaukan dengan serangan virus yellow. Ciri lain, bila tanaman memperoleh cahaya matahari yang kuat nampak layu seperti pada defisiensi K, yang mengalami gangguan pada kandungan airnya. Defisiensi Mg pada daun secara individual nampak kaku/keras, rapuh, pembuluh antar tulang daun lengkung, daun gugur prematur. Gejala ini pada dikotil dan monokotil berbeda. Pada cereal dan monokotil, defisiensi Mg menunjukkan gejala yang berbeda. Seperti pada dikotil mempengaruhi metabolisme air dan karbohidrat dan defisiensi dimulai dari daun tua. Cerealia, dasar daun lebih dulu tampak kecil, bercak hijau gelap akibat akumulasi klorofil bersebelahan dengan warna kekuningan sebagai warna latar belakang pada kondisi tertentu terjadi klorosis, nekrosis juga terjadi terutama pada daun pucuk.
Level K+ dan NH4+ yang tinggi menekan penyerapan Mg sehingga dapat menyebabkan defisiensi Mg, pH rendah dan pH tinggi juga menekan penyerapan Mg disebabkan keberadaan H+, K+, Ca2+ juga berpengaruh terhadap penyerapan Mg karena pengaruh kompetisi.
Pupuk Mg antara lain : Kieserit Mg SO4.H2O biasa diaplikasikan lewat tanah 500 kg/Ha, Epson MgSO4.7H2O mudah larut, 35 kg/Ha dilarutkan dalam 400 l air lewat semprotan.
Fe ( besi )
Di dalam tanah sebagai Fe oksida : haematit.(Fe2O3), ilmenit FeTiO3, magnetit Fe3O4, batuan endapan dan siderit FeCO3. Kelarutan Fe dalam tanah sangat rendah dibanding kandungan Fe yang ada, bentuk anorganik terlarut antara lain : Fe3+, Fe(OH)2+, dan Fe2+. Dalam keadaan aerasi yang baik kontribusi Fe2+ kecil terhadap total Fe terlarut, kecuali pada pH tinggi. Kelarutan Fe sangat ditentukan oleh kelarutan hidroksida Fe(3) :
Fe3+ + 3OH Fe(OH)3
Fe(OH)3 mengendap dan sangat tergantung pH yang tinggi, aktivitas Fe3+ menurun dengan naiknya pH. Pada pH yang lebih tinggi aktivitas Fe3+ dalam larutan menurun 1000 kali lipat setiap kenaikan pH. Kelarutan Fe mencapai minimum pada pH sekitar 6,5 – 8,0.
Pada tanah asam kelarutan Fe anorganik relatif lebih tinggi daripada tanah kapur yang kelarutannya sangat rendah dan dapat menyebabkan defisiensi pada tanaman yang tumbuh di atasnya. Pada tanah tergenang terjadi reduksi Fe3+ menjadi Fe2+ yang disertai meningkatnya solubilitas Fe. Proses reduksi ini penting terutama pada tanah sawah di mana konsentrasi Fe2+ dapat agak tinggi yang sering mengakibatkan keracunan pada tanaman padi yang dikenal sebagai “bronzing” (daun berwarna kemerahan). Pada kondisi anaerob, proses reduksi yang biasa terjadi :
Fe(OH)3 + eˉ + H+ Fe2+ + 3H2O, terjadi konsumsi H+ sehingga pH naik. Reaksi ini dapat berbalik bila terjadi peningkatan aerasi, pH lalu menurun disertai oksidasi Fe2+ menjadi Fe3+. Dengan sendirinya semakin dalam lapisan tanah dengan aerasi yang semakin kurang, maka Fe2+ akan lebih tinggi daripada di tanah lapis atas.
Diabsorbsi oleh akar tanaman sebagai Fe2+ atau Fe khelate. Fe3+ kelarutannya rendah pada pH tanah umumnya. Ketersediaannya tergantung pada kemampuan akar pada pH rendah dan reduksi Fe3+ ke Fe2+. Fe khelate dapat larut sehingga tersedia bagi akar tanaman, walau penyerapannya sangat rendah. Untuk efisiensi penggunaan Fe-khelate, pemisahan antara Fe dan molekul organiknya berlangsung di permukaan akar ketika Fe-khelate diberikan pada akar tanaman, yang biasanya dibutuhkan dalam jumlah yang kecil. Di samping itu reduksi Fe3+ penting sebelum Fe-khelate dipisahkan dan Fe2+ diabsorbsi oleh akar tanaman.
Spesies tanaman berbeda-beda kemampuannya dalam menggunakan Fe dan Fe khelate sebagai nutrien. Dikatakan tanaman efisien terhadap Fe adalah yang tahan terhadap pH rendah,medium dan meningkatkan kapasitas reduksi di permukaan akar pada kondisi stress Fe sehingga ketersediaan Fe dan absorbsi oleh akar meningkat. Misalnya bunga matahari : yang pada kondisi stress Fe terjadi perubahan fisiologi dan morfologi akar : pucuk akar menjadi lebih tebal, korteks melebar/meluas, terjadi pembelahan sel rhizodermal, perkembangan bulu akar yang intensif, terjadi perubahan sel : sel rhizodermis menjadi sangat spesifik untuk penyerapan Fe. Berbeda dengan graminae : tidak terjadi perubahan fisiologi dan morfologi, tidak mampu merespon stress Fe.
Penyerapan Fe sangat dipengaruhi oleh kation lain. Pengaruh kompetitif terhadap penyerapan Fe : Mn2+, Cu2+, Ca2+, Mg2+, K+ dan Zn2+. Efek yang serupa terhadap penyerapan Fe adalah berasal dari logam berat yang dapat menginduksi defisiensi Fe pada beberapa spesies tanaman. Cu dan Zn diketahui dapat menggantikan Fe dari kompleks khelate membentuk khelate logam berat. Hal inilah yang menyebabkan pembatasan terhadap penyerapan Fe.
Kecenderungan Fe untuk membentuk khelate dan kemampuannya untuk berubah valensi merupakan dua hal penting yang mendasari sejumlah proses fisiologis :
Fe2+ Fe3+ + e
Sudah diketahui fungsi Fe dalam enzim sebagai haeme dari beberapa enzim misal : peroksidase, katalase, sitokrom oksidase, Nitrit reduktase (NiR), Nitrat Reduktase (NR) , nitrogenase dll. Walau Fe penting dalam menyusun haeme, tetapi jumlahnya hanya 0,1 % dari total Fe di daun, sebagian besar disimpan dalam bentuk Ferifosfoprotein yang disebut fitoferitin. Keberadaan fitoferitin untuk melayani kebutuhan Fe yang digunakan bagi pengembangan plastida untuk fotosintesis. Terbukti bahwa pada kloroplas banyak mengandung Fe (± 80 %) dari total Fe di tanaman. Bentuk lain dari Fe di khloroplas ialah Feredoksin yang berpartisipasi dalam proses oksidasi-reduksi dengan memindahkan elektron. Yang serupa feredoksin, sebagai sistem redoks pada fotosintesis ialah reduksi nitrit, reduksi sulfat dan asimilasi N2.
Tanaman hijau sering berkorelasi antara ketersediaan Fe dengan kandungan klorofil. Tanaman dengan penyediaan Fe yang baik akan tinggi kandungan klorofilnya.
Tabel : Efek ketersediaan Fe terhadap kandungan klorofil dan aktivitas enzim di daun tomat ( Mengel K. dan Kirkby E. A., 1982 ).
Perlakuan
Kandungan Fe µg/g FW
Klorofil mg/g FW
Aktivitas enzim
Pelarut HCl
Total
Katalase
Peroksidase
Cukup Fe
10,3
18,5
3,52
100
100
Kurang Fe
4,3
11,1
0,25
20
56
Defisiensi Fe serupa dengan Mg dalam hal produksi klorofil, sedang dalam hal lain difisiensi Fe tidak sama dengan Mg yang selalu dimulai dari daun muda. Defisiensi Fe menunjukkan klorosis antar vena, vena yang berwarna hijau gelap yang kontras dengan hijau terang atau kuning sebagai latar belakang, daun-daun muda berwarna putih dan kerusakan total pada klorofil. Pada cerealia, terdapat garis-garis kuning selang-seling sepanjang daun
Keracunan Fe terutama terjadi pada tanah sawah yang selalu tergenang. Dalam beberapa minggu tergenang akan meningkatkan kelarutan Fe dari 0,1 ppm menjadi 50-100 ppm. Keracunan Fe pada padi dikenal sebagai “bronzing” awalnya daun mengalami bercak coklat yang berkembang merata berwarna coklat. Hal ini terjadi karena kandungan Fe melebihi 300 ppm. Keracunan Fe pada tanaman padi ini sering terjadi terutama pada tanah berat dan seringkali berkaitan dengan defisiensi K+, bila kekurangan K+ kemampuan akar mengoksidasi Fe2+ ke Fe3+ akan terganggu.
Gejala defisiensi Fe seringkali dijumpai pada tanah kapur dan hal ini diinduksi oleh terbentuknya HCO3- pada tanah kapur, ion ini berpengaruh pada penyerapan dan translokasi dalam tanaman. Gejala defisiensi disini bukan karena rendahnya ketersediaan Fe di dalam tanah, tetapi karena kekacauan perilaku fisiologis yang diinduksi oleh kelebihan HCO3- .
CaCO3 + CO2 + H2O Ca2+ + 2HCO3-
Kelebihan HCO3- di medium akar akan menyebabkan immobilisasi Fe dalam tanaman. Mengapa HCO3- mengurangi mobilitas Fe di dalam tanaman belum jelas benar, diduga penyerapan yang tinggi terhadap HCO3- oleh tanaman akan menyebabkan naiknya pH jaringan tanaman sehingga berakibat pada immobilisasi Fe.
Mn ( Mangan )
Di tanah berada dalam batuan mineral (mineral sekunder) : piroksit (MnO2), manganite MnO4(OH). Mn dan Fe sering berada bersamaan dalam bintil akar. Mn dalam tanah yang penting berada dalam bentuk Mn2+ dan Mn oksida (trivalen atau tetravalen). Umumnya kandungan Mn dalam tanah berkisar 200-3000 ppm.
Yang penting untuk nutrisi ialah Mn2+, Mn yang mudah/dapat direduksi penting bagi penyediaan nutrisi tanaman. Ketersediaan Mn juga lebih tinggi pada tanah asam dan kelarutannya juga lebih tinggi pada pH rendah. Kelarutan Mn menurun 100 kali lipat setiap kenaikan pH. Pada pH yang tinggi ketersediaan Mn tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Meningkatnya pH juga meningkatkan kompleks Mn-bahan organik yang kurang tersedia bagi tanaman, lagi pula aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi oksidasi Mn optimum pada pH 7. dari uraian ini dapat dimengerti bahwa pH yang tinggi dengan bahan organik yang tinggi akan memudahkan defisiensi Mn, demikian halnya pengapuran akan menekan ketersediaan Mn, sedang aplikasi pupuk yang secara fisiologis asam (NH4)2SO4 berpengaruh menguntungkan bagi tanaman. Kelarutan Mn2+ memberi keuntungan langsung bagi nutrisi tanaman dan kelarutan Mn2+ setimbang dengan Mn2+ yang diadsorbsi oleh mineral lempung dan bahan organik. Di sisi lain afinitas Mn2+ dengan khelate sintetis rendah dan Mn2+ mudah digantikan oleh Zn2+ dan Ca2+. Kelarutan Mn2+ dalam tanah biasanya lebih tinggi daripada Cu dan Zn, sedang pada kondisi kering, garam Mn mengalami dehidrasi yang irreversibel sehingga menjadi kurang tersedia bagi tanaman. Mobilitas Mn dalam tanah sangat tinggi sehingga dengan mudah dapat mengalami pencucian.
Penyerapan Mn oleh tanaman berbeda-beda, rata-rata penyerapannya lebih rendah daripada kation divalen lainnya (Ca2+, Mg2+). Penyerapan Mn ditekan oleh adanya Mg. Demikian halnya pengapuran akan mengurangi penyerapan Mn, tidak saja oleh pengaruh Ca dalam larutan tanah, tetapi juga akibat kenaikkan pH.
Ketersediaan Fe, Cu dan Zn berpengaruh terhadap penyerapan dan translokasi Mn dalam tanaman, di sisi lain Mn juga menekan penyerapan kation lain, di mana peningkatan supply Mn mengurangi kandungan Fe (tanaman kedele), diketahui bahwa Mn relatif immobil dalam tanaman.
Peran Mn dalam proses fisiologis/biokimia tanaman diketahui bahwa Mn menyerupai Mg, yang menjembatani ATP dengan kompleks enzim (fosfokinase dan fosfotransferase. Dekarboksilase dan dehidrogenase pada siklus TCA juga diaktifkan oleh Mn, namun dalam beberapa hal Mn dapat disubstitusi oleh Mg. Mn juga terlibat dalam proses oksidasi-reduksi pada sistem transport elektron dalam fotosintesis dan Mn penting dalam fotosistem II. Mn juga terkait dengan reduksi nitrat (NO3-) di mana tanaman yang mengalami difisiensi Mn akan terjadi akumulasi nitrat.
Defisiensi Mn menunjukkan bahwa volume sel kecil, dinding selnya mendominasi dan jaringan antar epidermis menyusut. Defisiensi Mn ada yang menyerupai Mg, di mana terjadi klorosis pada antarvena daun dan perbedaannya dengan defisiensi Mg, gejala defisiensi Mn pertama nampak di daun muda, sedang defisiensi Mg, daun tua yang pertama dipengaruhi. Defisiensi Mn yang lanjut menunjukkan hanya bagian sekitar vena yang masih berwarna hijau selebihnya mengalami klorosis, sedang pada monokotil (gandum) nampak bagian bawah daun terdapat bercak dan garis-garis berwarna abu-abu. Titik kritis defisiensi Mn sekitar 15-25 ppm, namun bila jumlahnya dalam tanaman berlebihan dapat meracun yaitu bila konsentrasi Mn di daun sekitar 160 ppm dengan menunjukkan gejala bercak coklat pada daun tua dan pada bagian ini terdapat endapan Monoksida. Keracunan Mn ini juga menyebabkan berkurangnya ekspresi auksin akibat terjadinya oksidasi IAA oleh IAA oksidase. Ditunjukkan pula bahwa KPK pada jaringan yang mengalami keracunan Mn lebih rendah daripada jaringan yang normal dan aliran Ca ke titik tumbuh terhambat pada kondisi keracunan Mn.
Aplikasi Mn biasanya dalam bentuk MnSO4 atau MnEDTA yang dilakukan dengan penyemprotan daun 1-5 kg Mn/ha, sedang lewat tanah diberikan rata-rata 30 kg Mn/ha, dalam keadaan khusus dapat saja diberikan 200-300 kg Mn/ha.
Zn ( Seng )
Kandungan Zn di litosfer sekitar 80 ppm, sedang di tanah berkisar 10 – 300 ppm. Bentuk Zn dalam tanah sebagai garam yang mengandung ZnS, sfalarite (ZnFe)S, Zincite ZnO dan Smithsonite ZnCO3, garam-garam ini larut dalam air dan sebagian dari ZnS berada dalam keadaan tereduksi. Bentuk Zn yang lain : Zn-silikat ada dua : ZnSiO3 dan ZnSiO4 ..
Zn juga dijumpai diadsorbsi pada sisi yang dapat dipertukarkan pada mineral lempung dan bahan organik. Sebagai Zn2+, ZnOH+ atau ZnCl+ atau dalam bentuk yang tidak dapat diekstraksi bersama Al3+. Zn juga berinteraksi dengan bahan organik dalam bentuk kompleks organik Zn terlarut maupun tidak larut dan 60 % Zn terlarut berada pada kompleks organik Zn.
Keberadaan Zn di jaringan tanaman umumnya rendah kurang dari 100 ppm bahan kering. Belum jelas benar bagaimana Zn diserap oleh akar tanaman, secara pasif ataukah secara aktif, namun ada pendapat bahwa penyerapan Zn dikontrol secara metabolik. Pada tanaman beat dan tanaman tebu diketahui penyerapan Zn berkurang dan dihambat oleh karena temperatur rendah, juga ditunjukkan bahwa penyerapan Zn sangat dihambat oleh adanya Cu. Pengatuh kompetitif ini juga dijumpai pada tanaman padi yaitu oleh Fe dan Mn terhadap Zn. Diketahui dengan jelas bahwa pemberian P yang tinggi menginduksi defisiensi Zn di daun dan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan dan rendahnya konsentrasi Zn di daun muda.
Fungsi Zn dalam sistem enzim seperti halnya Mn dan Mg, membentuk ikatan dan konformasi antara enzim dan substrat. Sejumlah enzim (termasuk enolase) kerjanya diaktifkan oleh Zn, Mn atau Mg, demikian halnya karbonat anhidrase :
H2O + CO2 H+ + HCO3-
Enzim ini ditempatkan di khloroplas dengan fungsi sebagai media sementara terhadap perubahan pH atau bertindak sebagai buffer, terutama konsentrasi enzim yang tinggi di stroma untuk melindungi terjadinya denaturasi protein akibat perubahan pH berkaitan dengan pompa H+ dan penggabungan CO2 ke dalam ribulosa 1,5 bifosfat.
Zn pada metal enzim sudah diketahui, misal enzim dehidrogenase (glutamic acid dehidrogenase, LDH, alkohol dehidrogenase) dan juga proteinase dan peptidase. Defisiensi Zn sangat menurunkan level RNA dan kandungan ribosom dalam sel akibatnya menghambat sintesis protein, namun senyawa nitrogen bukan protein dan DNA relatif meningkat.
Zn diperlukan juga untuk sintesis triptofan, diketahui bahwa triptofan adalah prekussor IAA, oleh karena itu pembentukan zat tumbuh ini secara tidak langsung dipengaruhi oleh Zn. Hal ini terbukti pada tanaman tomat yang mengalami defisiensi Zn, kecepatan pertumbuhannya rendah, aktivitas auksinnya rendah dan kandungan triptofannya juga rendah. Defisiensi Zn juga berpengaruh terhadap sintesis pati. Percobaan pada Phaseolus vulgaris : yang satu tahan dan yang satu peka terhadap defisiensi Zn, menunjukkan bahwa kandungan pati, aktivitas enzim “Starch synthetase“, kandungan pati di biji, rendah dan lebih rendah pada tanaman yang peka.
Defisiensi Zn menunjukkan gejala klorosis pada intervena daun, area ini nampak hijau muda, kekuningan atau keputihan. Pada jagung, pita klorosis terbentuk di kedua sisi tulang daun. Tanaman pada umumnya akan mengalami kematian pada tunas pucuk, daun gugur secara prematur, hasil tanaman akan menurun secara drastis.
Keracunan Zn bila kandungan Zn di daun cukup tinggi, namun pada tanaman yang toleran dapat mencapai 600 – 7800 ppm bahan kering. Aplikasi Zn dalam bentuk ZnSO4 4 kg/ha efektif untuk waktu 3-8 tahun, dapat juga berupa Zn EDTA, ZnDTPA, tetapi harganya mahal. Pemakaian Zn yang rendah terkait dengan penyerapan Zn oleh tanaman yang umumnya juga rendah yaitu kurang dari 0,5 kg/ha/th.
Cu ( Cupper )
Lebih dari 98% larutan tanah, Cu berada dalam kompleks bahan organik Cu lebih kuat diikat oleh bahan organik daripada kation lain (Zn2+, Mn2+) dan kompleks Cu bahan organik ini berperan penting dalam pengaturan ketersediaan dan mobilitas Cu dalam tanah.
Cu diikat sangat kuat oleh bahan organik, dan bentuk yang dapat dipertukarkan tidak mudah tersedia bagi tanaman. Pertukaran kation untuk Cu2+ dan CuOH+ yang efektif ialah H+. Ketersediaan Cu menurun pada pH yang lebih tinggi, misal konsentrasi Cu dalam larutan tanah rendah pada tanah berkapur.
Akibat dari Cu yang diikat kuat pada tanah sehingga sangat immobil dalam tanah, Cu dibutuhkan oleh tanaman sangat sedikit, kandungan Cu dalam tanaman : 2-20 ppm bahan kering. Penyerapan Cu dihambat kuat oleh penyerapan Zn dan sebaliknya. Pengamatan pada akar ternyata Cu mampu menggantikan ion lain dari sisi pertukaran akar dan diikat kuat pada ruang bebas dalam akar oleh karena itu dijumpai bahwa kandungan Cu di akar sering lebih tinggi daripada organ tanaman yang lain.
Cu tidak mudah mobil (dipindahkan) dalam tanaman, meskipun dapat ditranslokasikan dari daun tua ke daun muda dan perpindahan Cu ini sangat tergantung status Cu dalam tanaman. Pada kecukupan Cu perpindahan Cu mudah terjadi, tetapi pada kondisi tanaman defisien, Cu relatif immobil. Cu memiliki afinitas yang tinggi dengan atom N pada asam amino, oleh karenanya senyawa ini sering bertindak sebagai carrier Cu dalam cairan tanaman.
Konsentrasi Cu tertinggi berada di kloroplas yaitu sekitar 70% dari total Cu di daun yang terikat dalam organel. Beberapa enzim mengandung Cu yang berperan dalam proses oksidasi-reduksi misal : sitokrom oksidase, oksidase asam askorbat dan polifenol oksidase (terosinase) yang terlibat dalam pengambilan oksigen dan hidroksilasi.
Akumulasi quinon menghasilkan polimerasi yang berwarna coklat hitam dan dibentuk senyawa melanin, hal ini dapat dilihat bila mengupas kentang atau apel yang terkena udara. Enzim SOD (superokside desmutase) juga mengandung Cu dan Zn, SOD mengkatalisis reaksi O2- radikal bebas dengan H2 menghasilkan peroksida.
O2- + O2- + H2+ O2 + H2O2
Cu juga diketahui sebagai kofaktor dari enzim sintesis. Hal ini dapat dilihat dari pengaruh Cu terhadap sintesis DNA dan RNA. Pada organ tanaman yang masih muda sintesis protein masih sangat aktif, level DNA yang lebih rendah dijumpai pada jaringan yang mengalami defisiensi Cu. Cu juga diperlukan penambatan N2 oleh proses simbiosis dalam tanaman, pada nutrisi Cu yang rendah pembentukan nodulasi juga rendah.
Defisiensi Cu menunjukkan gejala pertumbuhan yang lambat, daun pucuk keputihan, daun sempit dan menggulung, pertumbuhan internoda juga terhambat. Sebaliknya kelebihan Cu dapat menyebabkan keracunan dan nampak adanya klorosis pada daun.
Aplikasi Cu dalam bentuk CuSO4, Cu oksida, Cu khelate (CuEDTA & CuDTPA) Cu diberikan lewat tanah dan sangat jarang diberikan lewat penyemprotan.
Mo ( Molibdenum )
Kandungan total Mo dalam tanah pertanian berkisar 0,6-3,5 ppm dengan rata-rata kandungan 2,0 ppm, yang tersedia bagi tanaman 0,2 ppm dan kandungan tersebut bervariasi tergantung dari bahan induknya, misal :
Tanah podsolik coklat-abu-abu 0,1 – 0,5 ppm
Tanah peat 0,1 – 0,5 ppm
Tanah podsolik 0,09 – 0,36 ppm
Mo dalam tanah sebagian besar berada dalam oksicompleks (MoO42-), Mo diadsorpsi oleh sesquioksida dan mineral lempung, adsorpsi oleh mineral tanah ini masih dapat dipertukarkan dan ikatan yang kuat terjadi pada Mo-anion. Kekuatan adsorpsi Mo menurun dengan meningkatnya pH dan adsorbsi maksimum berlangsung pada pH 4.
Mo diabsorpsi tanaman sebagai molibdat. Penyerapannya dapat berkurang karena pengaruh kompetitif dari SO42-. Di samping itu ion fosfat meningkatkan penyerapan Mo dan pengangkutan ke pucuk tanaman. Dalam bentuk apa Mo ditranslokasikan belum diketahui dengan jelas, diduga di xylem dalam bentuk MoO42-, kompleks asam amino-MoS atau sebagai kompleks Molibdat dengan gula atau senyawa polihidroksi.
Kandungan Mo di dalam tanaman umumnya rendah, lebih rendah dari 1 ppm bahan kering, dan Mo dapat diserap dalam jumlah yang lebih besar dibanding mikronutrien yang lain tanpa efek keracunan, misal pada kapas yang diperlakukan dengan Mo dapat mengakumulasi Mo di daun sampai 1500 ppm, walau kebutuhan fisiologis tanaman pada umumnya rendah kurang dari 1 ppm bahan kering.
Mo merupakan komponen esensial bagi enzim nitrogenase dan NR, ketersediaan Mo menstimulasi penyerapan N, dan Mo diakumulasi pada bintil akar pada sisi pengikatan N2.
Nitrat reduktase yang mereduksi nitrat menjadi nitrit, aktivitasnya meningkat dengan meningkatnya penyediaan Mo. Penyerapan Mo per unit bahan kering lebih besar bila tanaman tersebut dipupuk nitrat daripada ammonium, sedang bila tanaman dipupuk ammonium maka tanaman tidak memerlukan Mo. Tanaman yang diperlakukan dengan NH4 akan memerlukan Mo setelah mengalami nitrifikasi dan Mo dibutuhkan untuk mereduksi nitrat.
Defisiensi Mo sering muncul pada daun tua dan daun tengah, berwarna kuning-hijau kekuningan, tepi daun menggulung. Daun juga kecil dan terdapat banyak nekrosis. Klorosis juga sering terjadi pada antarvena daun, defisiensi yang parah menyebabkan tidak terbentuknya lamena daun dan hanya tulang-tulang daun yang nampak dominan. Defisiensi Mo terutama terjadi pada tanah asam, walaupun dapat diatasi dengan pengapuran, misal pada tanah peat, dengan adanya asam humat akan terjadi reduksi MoO42- menjadi Mo5+ dan kation ini yang kemudian difiksasi.
Aplikasinya biasanya dalam bentuk : Na-molibdat, NH4 molibdat, molibdenum trioksid yang dapat larut, molibdenis superfosfat. Perlakuan pada tanaman biasanya 1% larutan molibdat atau dengan diberi NH4 molibdat 100 gr/ha, dalam bentuk pupuk daun pada sayuran 0,5 % NH4 molibdat.
B ( Boron )
Kandungan total dalam tanah berkisar 20 – 200 ppm, umumnya tidak tersedia bagi tanaman, dalam air panas dapat tersedia berkisar 0,4-5 ppm. Dalam tanah berada dalam berbagai mineral : tourmalin (3-4 % B). B larut dalam tanah terutama berada dalam bentuk asam borak B(OH)3. pada kondisi pH tanah, asam ini B(OH)3 tidak mengalami disosiasi, berbeda dengan nutrien essensial yang lain. B berada dalam bentuk non ion dalam larutan tanah, inilah yang mungkin jadi alasan utama mengapa B dapat dengan mudah mengalami pencucian dari tanah.
B diserap oleh tanaman dalam bentuk asam borak tidak terdisosiasi, meskipun prosesnya belum diketahui dengan jelas, dan masih terjadi kontroversi antara pasif dan aktif proses. B relatif immobil dalam tanaman dan seringkali kandungan B naik dari bagian bawah ke bagian atas tanaman dan transpirasi sangat menentukan. Transport B ke bagian atas tanaman utamanya ditranslokasikan di xylem, dan dapat diakumulasikan di pucuk dan pinggiran daun. Akumulasi ini dapat berdampak pada keracunan, namun beberapa tanaman dapat menghindarkan dengan cara ekskresi lewat gutasi. Pergerakan B yang sejalan dengan aliran transpirasi dapat untuk menerangkan mengapa defisiensi B selalu dimulai dari titik tumbuh.
Defisiensi B dapat mengganggu perkembangan jaringan meristem (pucuk akar, pucuk tunas) atau jaringan kambium. Penyediaan B diperlukan untuk memelihara aktivitas meristem. B diperlukan untuk sintesis basa nitrogen, seperti urasil. Penambahan urasil dan asam orotat, senyawa antara pada biosintesis urasil diketahui mengurangi gejala defisiensi B. Ditemukan bahwa B terlibat dalam biosintesis urasil. Urasil merupakan komponen penting dalam RNA dan bila RNA tidak ada, maka perakitan ribosom tidak dapat dibentuk, kemudian berpengaruh pada sintesis protein. Sintesis RNA, pembentukan ribosom, dan sintesis protein merupakan proses penting dalam jaringan meristem, sehingga bila ada gangguan karena kurangnya B di dalam proses ini akan mengganggu pertumbuhan meristem. Juga diketahui penggabungan fosfat ke dalam asam nukleat juga dipengaruhi oleh defisiensi B.
Urasil juga merupakan prekusor UDPG (Uridin Diphospat Glukosa), koenzim untuk pembentukan sukrosa dan pati. Sukrosa adalah bentuk gula yang akan ditransportasikan, bila sintesisnya terhambat akan berpengaruh juga pada translokasinya.
Defisiensi B mengakibatkan pembentukan asimilat di daun hanya sedikit yang ditranslokasikan ke bagian lain. Defisiensi B juga meningkatkan produksi kalosa, plug kalosa ini akan menyumbat lubang-lubang tapisan yang dapat menghambat transport lewat floem.
Pengaruh defisiensi B dapat dicegah dengan penambahan basa timin, guanin dan sitosin dan diketahui bahwa B berperan penting dalam pemanfaatan dan metabolisme RNA.
Defisiensi B menandakan abnormal, terhambatnya pertumbuhan titik tumbuh, daun muda bentuknya tidak serasi, keriput dan lebih tebal, berwarna hijau-biru gelap, klorosis yang tidak teratur antara tulang-tulang daun. Daun dan batang/cabang menjadi rapuh dan menimbulkan gangguan transpirasi. Defisiensi lanjut menyebabkan matinya titik tumbuh, pembentukan bunga dan buah terhambat. Defisiensi B juga berpengaruh terhadap perkembangan akar, akar menjadi lebih tebal dan pucuknya mengalami nekrotik.
Aplikasinya sebagai : Boraks Na2B4O7.10H2O
Asam boraks H3BO3
Boron frits N2B4.XH2O
Keracunan B bila tanaman menyerap dalam jumlah yang banyak, misal pada rumput berkisar 270-570 ppm., namun pada tanaman pertanian dapat mengalami keracunan bila B terlarut pada air panas levelnya di dalam tanah lebih dari 5 ppm, sedang di tanah kurang dari 1 ppm cukup aman untuk pertumbuhan optimal tanaman.
Cl ( Chlorida )
Chlorida dalam tanah tidak diadsorbsi oleh mineral, bersifat mobil dan mudah mengalami pencucian. Tanaman cepat menyerap Cl-, percepatan penyerapannya tergantung pada konsentrasi nutrien dalam tanah atau larutan tanah. Penyerapan Cl- dapat melawan perbedaan konsentrasi. Pergerakan/aliran Cl- ke dalam jaringan melewati plasmalemma yang permeabel terhadap Cl- dan hal ini berbeda dengan tonoplas ternyata dapat bertindak sebagai barrier terhadap pergerakan Cl-, oleh karenanya transport melewati korteks menuju silinder pusat secara simplas dan dapat terjadi akumulasi Cl- di dalam sitoplasma manakala penyerapannya tinggi. Cl tidak hanya diserap melewati akar tetapi juga dapat oleh bagian tanaman di atas tanah sebagai chlorida atau gas clorine. Jumlah Cl di atmosfer sangat dipengaruhi oleh jauhnya dari pantai/laut. Kandungan Cl pada tanaman umumnya cukup tinggi bila dibanding elemen lain yaitu 2-20 mg Cl/gr bahan kering., namun fungsinya belum jelas benar. Pada kultur in vitro menunjukkan bahwa Cl- diperlukan untuk menghasilkan O2 pada fotosistem II.
Defisiensi Cl- sangat jarang dijumpai, sebaliknya kelebihan Cl akan menunjukkan gejala : terbakar pucuk daun dan pinggiran daun, “bronzing“, kuning prematur dan absisi daun.
Si ( Silikon )
Jumlahnya berlebihan di litosfer terdapat pada hampir semua mineral, sehingga aseptibilitas tanaman sangat ditentukan oleh kecepatan pelapukannya. Bentuk terlarutnya : Si(OH)4, dalam tanaman berada dalam bentuk silica amorf terhidrasi SiO2nH2O atau polimer asam silicat, kandungannya dalam tanaman sangat tergantung pada spesies tanaman, misal tomat, kobis, lobak rendah sedang padi, gandum, alang-alang tinggi. Pada sel epidermis daun padi nampak lapisan silika bergabung dengan selulose melapisi bagian bawah sel kutikula. Keberadaan lapisan silika ini penting untuk mencegah kehilangan air dan mencegah infeksi jamur.
Co ( Cobalt )
Konsentrasi dalam tanaman normalnya antara 0,02-0,5 ppm. Sedang kandungan dalam tanah lebih tinggi : 1-40 ppm. Dalam tanah antara lain dalam bentuk kristal lattise dari mineral ferromagnesian. Setelah mengalami pelapukan akan dibebaskan Co2+ yang terikat dan dapat dipertukarkan atau dalam bentuk lain komplek mineral organik, konsentrasinya di dalam tanah amat rendah.
Co diserap akar tanaman mengikuti aliran transpirasi yang kemudian ditranslokasikan pada daun memperkaya bagian pucuk daun dan pinggiran daun. Sebagaimana elemen mikro yang lain, Co mampu membentuk senyawa khelate. Diketahui bahwa kelebihan nutrisi Co akan menginduksi defisiensi Fe, di samping itu juga kelebihan Co dapat menyebabkan keracunan yang menyerupai defisiensi Mn. Pengaruh toksisitas Co akan menyebabkan klorosis dan nekrosis pada daun.
Co juga merupakan komponen penting vitamin B12 dan Co juga berpengaruh terhadap pembentukan bintil akar tanaman legum dan sekaligus juga terhadap penambatan N2 udara. Pada bakteri bintil akar Co juga penting dalam transformasi molekul propionate ke coenzim suksinil :
Propionat Propionil CoA Metil Malonil CoA Suksinil CoA, penting juga dalam aktifitas enzim : metil-malonil CoA mutase yang mengkatalisis perubahan metil malonil CoA Suksinil CoA. Defisiensi Co dapat menghambat pembentukan leghaemoglobin dan juga penambatan N2.
Al ( Aluminium )
Lebih dari 15 % kerak bumi tersusun atas Al2O3 sehingga Al juga merupakan komponen penting dari tanah. Solubilitas Al dalam larutan tanah rendah pada pH netral dan alkali. Al merupakan elemen toksis bagi tanaman, oleh karena itu rendahnya kelarutan Al dalam tanah berdampak menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman.
Pada tanaman tinggi kandungannya sekitar 200 ppm Al bahan kering, pada tanaman teh dapat lebih tinggi mencapai 2000-5000 ppm dan ini penting untuk pertumbuhan normal teh. Pada pH asam lebih rendah dari 5,5 solubilitas Al meningkat tajam dan lebih dari separuh sisi pertukaran kation ditempati oleh Al, dalam kondisi seperti ini Al akan dapat meracuni tanaman.
Pengaruh Al terhadap tanaman yaitu terhambatnya pertumbuhan akar, pucuk akar dan akar lateral menjadi tebal dan berwarna coklat. Al juga berpengaruh terhadap penyerapan fosfat dan translokasi fosfat ke bagian atas tanaman. Keracunan Al pada pucuk menunjukkan gejala yang menyerupai defisiensi P, daun berwarna hijau gelap, tanaman kerdil, cabang/batang berwarna ungu. Di dalam sel tanaman Al bercampur dengan fosfat pada asam nukleat yang berakibat menghambat pembelahan sel.
Keracunan Al seringkali disertai dengan Fe dan Mn yang tinggi dan Ca dan Mg yang rendah, hal ini sejalan dengan kondisi asam, ketersediaan Fe dan Mn tinggi dan Ca dan Mg yang rendah karena proses pencucian. Untuk mengatasi pengaruh Al pada tanah asam ini biasanya dilakukan dengan cara pengapuran.

DIVISI PHAEOPHYTA

  1. Pendahuluan
Ganggang coklat semua multi-selular, dan terdapat dalam berbagai bentuk fisik yang berbeda termasuk crusts, filaments, besar dan panjang kelps. Seperti semua photosynthetic organisme, coklat Ganggang hijau mengandung pigmen klorofil. Mereka juga mengandung emas lainnya dan pewarna coklat, masker yang warna hijau klorofil. Pigmen yang dominan ditemukan di Ganggang coklat disebut fucoxanthin, dan mencerminkan adanya lampu kuning. Karena kombinasi pewarna, yang cokelat alga pewarnaan yang berkisar dari lampu hijau zaitun atau emas, untuk coklat sangat gelap. Ganggang coklat Sebagian besar tinggal di intertidal atau subtidal zona dangkal, dan mereka yang paling banyak di sejuk berhubung dgn lautan air dari,belahan,utara
Phaeophyta memiliki pigmen fikosantin. Menghasilkan asam alginat yang berfungsi untuk pembuatan es krim, pembuatan cat, berfungsi dalam industri untuk penyamakan kertas/menghaluskan kertas, pernis, obat-obatan, dan pasta gigi. Contohnya Fucus, Sargassum, Turbinaria, Macrocystis. Fucus habitatnya di laut sepanjang pantai melekat pada batu-batuan, di dalam tubuhnya terdapat rongga yang menghasilkan gamet disebut konseptakel dan pada bagian ujung tubuhnya terdapat alat untuk perkembangbiakan disebut reseptakel.
Manusia menggunakan coklat seaweeds dalam berbagai cara, dan Ganggang menjadi sangat penting secara komersial untuk makanan, kosmetik, dan obat-obatan dalam ilmu pengetahuan. Banyak lezat kelps dipanen dari populasi liar dan juga tumbuh di kelp peternakan komersial. Unik dua jenis yang ditemukan di Kompleks Ganggang coklat, algin dan fucans, yang digunakan dalam proses manufaktur barang konsumen. Algin ditemukan dalam sel dinding Ganggang coklat, dan itu merupakan emulsifier yang digunakan dalam produk makanan. Fucans adalah berlumpur item ditemukan pada kelps, dan memiliki potensi menggunakan obat. Ganggang coklat juga dikumpulkan, dirawat, dan dijual sebagai pupuk untuk pertanian darat.
Klasifikasi : Berdasarkan tipe pergantian keturunan, Phaophyta dibagi dalam 3 golongan yaitu :
    • Golongan Isogeneratne
Yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan isomori. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh : Ectocarpus, Dictyotoa dan Cutleria
    • Golongan Heterogeneratae
Yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan yang heteromori, sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologisnya.
Contoh : Laminaria, Nercosystis
    • Golongan Cyclosporate
Yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan
Contoh : Fucus
Divinisi ini hanya mempunyai sat kelas, yaitu Phaeophyceae
  1. Ciri-ciri Umum
  • Perkembangbiakan
Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual dan seksual. Perkembangbiakan vegetatif dilakukan dengan perantara cabang-cabang kecil yang dibentuk di bagian basal dari thallusnya atau dapat pula dilakukan secara fragmentasi thallusnya. Perkembangan baikan seksual dilakukan secara oogamis. Ganggang ini bersifat monoesis atau diesis.
  • Pembuahan
Sebelum terjadi pembuahan, layak anthernazoid mengelilingi sel telur pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadinya inti diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigt membentuk tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupaan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel telur. Maka mula-mula pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.
  • Tubuh selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup di lautan daerah beriklim dingin.
  • Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
  1. Ciri -Ciri Classis
Classis : Phaeciphyta
    • Thallus dari jenis-jenis yang tergolong dari phacophyceae selalu bersel tertentu. (multiseluluer), umumnya makroskopis dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fokosantin yang melimpah, pingmen yang terkandung dalam phaeophyta tersebut adalah klorofil A, kloropil C, beta karoti, fiolaskosantin, flasposantin, deosantin, fukosantin, heofukasantin A dan neofukasantin B. Cadangan makanan berupa laminarin, yaitu beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian bersar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu : selulosa, asam alginat, fukan dan fuolin. Asam alkinan dan fukoidin mempunyai struktur kimia lebih komplek dari pada selulosa, tetapi senyawa-senyawa tersebut tidak merupakan komponen struktural. Fungsi skelatel dari gang-gang ini diperkirakan berasal dari sifat-sifat fisik pembentukan gel dan larutnya yang viskus.
    • Perkembangbiakan
Perkembangbiakan dapat di lakukan secara seksual dan aselsual
      • Perkembang biakan aseksual dilakukan oleh zoospora atu aplanospra yang tidak berdinding. Zooopora atau aplanospora yang tidak berdiding. Zoospora mempunyai dua buah flagella yang tidak sama panjang. Terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler, dinamakan sporangia yang unilokuer atau spora dibentuk dalam sporangium yang multi seluler yang disebut sporangum prulilokuler.
      • Perkembangbiakan seksual dilakukan secara isogamit anisogamit
    • Struktur Vegtatif.
Dalam daur hidupnya, semua pheophycene kecuali langsa fucales menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporafit yang masing-masing hidup sebagai individu yang bebas. Pergantian keturunan tersebut bersifat isomorfik atau berteromofik.
Ukuran thalusnya baik sprofit maupun gamteofitnya, bermacam-macam. Beberapa margan gametofit ataupun gamteofitnya hanya terdiri dari beberapa sel saja. Tetapi sebaliknya sporafit dari “ganggang perang raksasa” mencapai tinggi atau panjang sampai berpuluh-puluh meter. Sporofit maupun gametofit dewasa mempunyai bentuk tertentu. Mengalami diferensi : menjadi bagian yang tegak dan ala pelekat atau sporafit dan gemetofitnya tidak mempunyai bentuk terntentu. Sebagian besar dari phaeophyccae, pertumbuhannya bersifat mikhothallik. Pertumbuhan trikholthallik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel-sel yang ketakkanya dibagian berasal dari filamen yang terdapat pada ujung thallus sel-sel tersebut aktif membelah.
    • Distribusi
Sebagian besar phaeophyceae terdapat dilaut, hanya ada tiga jenis saja yang hidup di air tawar dan jenis-jenis ini merupakan jenis yang langka. Phaeophyceae banyak terdapat di daerah yang beriklim dingin alga ini mendominasi bagian literal daerah artik dan antantik. Kearah daerah tripik jenis makin berkurang. Walaupun demikian, maka dari bangsa diktythalles dan jenis dari sargansum dan turbinaria hanya terdapat didapat di daerah tpik dan subtropis. Sebagian besar dari Phaecphycene hidup melekat pada subtrat karang dan lainnya beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.
Contoh Anggota Divisi Phaeophyta
Egregia menziesii
Ini adalah rumput laut coklat bernama egregia menziesii setelah botanist Archibald Menzies, yang pertama dikunjungi Northwest pada bulu-kapal perdagangan, dan rumput laut banyak spesimen yang dikumpulkan dari pantai perairan British Columbia. Berbeda dengan nama egregia menziesii adalah bulu boakelp,karenasepertinyayangberbulusyal!
Warna egregia menziesii berkisar dari zaitun hijau, coklat sampai gelap. Indah ini kelp ditemukan terpasang ke batu di intertidal rendah dan subtidal zona sedang terpapar di sepanjang pantai dari Alaska ke Meksiko. Ini adalah salah satu yang terbesar intertidal kelps, dan dapat mencapai 20 meter panjang. Ini sering tumbuh lebat di patch di zona subtidal dangkal, membentuk tajuk rimbun. Egregia attaches sendiri ke batu yang kuat dengan pegangan erat yang terdiri dari banyak haptera. Memiliki panjang Stipe yang silinder di dasar, dan cabang irregularly. Bagian atas adalah Stipe kuat dan merata seperti tali. Stipe yang dilindungi adalah padat dengan berbagai permasalahan dan kecil berbentuk bulat panjang, luas Blades, yang hingga 5 sentimeter panjang, dan 1 hingga 2 cm. Limpets sering diamati pada Stipe dari egregia. Besar lain seperti coklat kelps, egregia menziesii telah digunakan sebagai pupuk oleh petani pantai.
Gambar Egregia menziesii
Alaria
Kata Alaria berarti sayap dalam Latin, dan nama umum untuk kelompok ini adalah seaweeds bersayap kelps. Terdapat 14 jenis bersayap indah kelps ditemukan di Arctic, Atlantik Utara, dan lautan Pasifik Utara. Bersayap kelps populer adalah makanan, dan dimakan oleh orang-orang di seluruh dunia.
Alaria marginata adalah satu jenis bersayap kelp yang sering ditemui di Pacific Northwest. Hal ini dapat dilihat clinging untuk batu di perairan terbuka dan dilindungi dari Alaska ke Meksiko. Grand spesies ini dapat tumbuh hingga 3 meter panjang, dan banyak tersedia di intertidal rendah dan dangkal subtidal zona. Warna Alaria marginata berkisar dari zaitun hijau untuk mendalam coklat.
Pegangan erat dengan sungguh-sungguh dari Alaria marginata terdiri dari banyak ramping, percabangan haptera. Pendek Stipe biasanya kurang dari 30 cm panjang, dan memiliki bentuk silinder dekat dengan pegangan erat. Dimana besar vegetatif blade dimulai Stipe flattens untuk menjadi midrib. Grand vegetatif blade yang memiliki keistimewaan midrib dan dapat tumbuh hingga 2 meter dan panjang 20 cm lebar. Ciri emas midrib umumnya sekitar satu sentimeter lebar dan berjalan di sepanjang keseluruhan panjang dari vegetatif blade. Jika akhir blade mendapat haus dan diiris yang midrib Mei memperpanjang melebihi akhir blade. Pada bagian bawah megah vegetatif blade Alaria tanaman dewasa memiliki 2 baris yang lebih kecil, reproduksi, produksi spora Blades disebut sporophylls. Sporophylls yang tumbuh di sisi yang berlawanan Stipe dan 10-20 cm panjang dan 2-3 cm lebar. Ukuran dan bentuk kecil mungil sporophylls merupakan karakteristik digunakan untuk membedakan antara berbagai jenis Alaria.
Gambar Contoh: Alaria sp
Hedophyllum sessile
Hedophyllum sessile juga dikenal sebagai Stipe-kurang kelp, dan laut sebagai kubis. Rumput laut ini cerdas cokelat tumbuh di pertengahan dan zona intertidal rendah dari pantai Pasifik dari Alaska ke California. Ianya ditemui di gelombang kedua terpapar dan mengungsi situs, dan sering dianggap dicuci di pantai setelah badai kasar. Yang kuat dari pegangan erat Hedophyllum sessile sangat Branched, dan karena merupakan Stipe-kurang Blades kelp yang berasal dari pegangan erat. The Blades formulir yang rimbun kanopi yang sering mencakup banyak haptera yang menyalakan pegangan erat. Yang enak Blades adalah cahaya untuk sangat gelap di warna coklat, dan umumnya antara 30 cm dan panjang 1 meter. The Blades dari Hedophyllum sessile mengambil pada penampilan yang berbeda tergantung pada jumlah gelombang aksi dan gerakan air di lingkungan mereka. Dimana gelombang aksi paling besar yang Blades memiliki tekstur halus, dan dibagi menjadi menipis, tali berbentuk segmen 5-10 cm lebar. Bersembunyi di lingkungan yang Blades biasanya lebih besar, memiliki ruffled, berombak formulir, dan beberapa longitudinal Splits. Yang tenang, split Blades adalah pemikiran untuk menawarkan kurang tahan terhadap gerakan air, tanaman ini memungkinkan untuk tetap terlampir pada batu-batuan di lingkungan yang terkena gelombang. Hedophyllum sessile lain adalah lezat kelp yang menambahkan rasa, warna, dan tekstur untuk soups, casseroles piring dan banyak lainnya.
Lessoniopsis littoralis
Lessoniopsis littoralis adalah indah, kayu dan kelp juga dikenal sebagai tali kelp. Ini adalah rumput laut yang kuat hanya ditemukan di zona intertidal rendah di lingkungan yang terkena gelombang di sepanjang garis pantai Pasifik dari Alaska ke California. Biasanya berwarna coklat gelap, dan dapat tumbuh hingga 2 meter panjang. Lessoniopsis littoralis adalah spesies tahan lama, yang berarti bahwa tanaman hidup untuk lebih dari satu tahun, walaupun mereka mungkin kehilangan sebagian besar mereka Blades kekerasan selama musim dinginbadai. Pegangan erat dari yang Lessoniopsis littoralis adalah gemuk dan kayu, dan terlihat seperti miniatur batang pohon. Pegangan erat dan Stipe yang dapat dasar hingga 20 sentimeter tebal, dan panjang 40 cm. Stipe sistem yang juga cabang kayu dan berulang kali. Pada akhir dari setiap cabang yang panjang, merata blade dengan midrib. Ramping Blades adalah 7-12 milimeter lebar, dan hingga 1 meter panjang Midribs yang terletak di pusat dari blade dan lebar 2-3 milimeter. Sangat lama, dewasa Lessoniopsis littoralis tanaman memiliki banyak cabang, dan mungkin hingga 500 Blades. Sporophylls, yang memproduksi spora Blades, kadang-kadang ditemukan pada tanaman dewasa. Sporophylls adalah yang lebih kecil dibandingkan dengan vegetatif Blades, dan ditemukan di dasar lama vegetatif Blades.
Nereocystis leutkeana
Nereocystis leutkeana merupakan satwa dari rumput laut yang coklat pula dengan nama bullish menyabet kelp, atau cukup kelp bullish. Bull kelp ditemukan dilindungi dan terbuka di sepanjang pantai Pasifik dari Alaska ke CaliforniaTumbuh di dalam zona subtidal hingga 20 meter dari air. Nereocystis leutkeana adalah salah satu yang terbesar seaweeds coklat, dan dapat tumbuh untuk ukuran 40 meter! Rumput laut yang terdiri dari tubuh yang besar pegangan erat dengan percabangan banyak haptera, yang sangat panjang berbentuk Stipe, satu berbentuk bola-apung, dan berbagai panjang, mulus, Blades luas. Stipe yang dapat tumbuh hingga 36 meter panjang dan berakhir di permukaan air, di mana pelampung terpasang. Pelampung yang umumnya memiliki diameter 10 hingga 15 sentimeter, dan diisi dengan hingga 3 liter daya gas. Salah satu gas ditemukan di pelampung dari bullish kelp adalah karbon monoksida, racun yang jahat. Terpasang ke hanyut 2 kelompok yang padat berwarna coklat emas, tali berbentuk Blades, yang tumbuh hingga panjang 4 meter dan lebar 20 cm, dan hanyut di permukaan air. Bull kelp kelp tumbuh di hutan besar, dan subur Blades membuat permukaan canopies. Kelp hutan menyediakan tempat perlindungan yang banyak ikan dan invertebrata laut, dan merupakan hal yang penting untuk sumber makanan laut nggak>>> overlap.
Nereocystis leutkeana tahunan adalah rumput laut, yang berarti bahwa setiap penambahan hanya untuk satu musim, dan kemudian meninggal dunia luar. Tanaman mati dan menjadi copot di musim dingin, dan dicuci darat selama berkuasa badai. Musim pertumbuhan yang bullish kelp cukup singkat, umumnya hanya dari Maret sampai September, maka mereka harus tumbuh dengan cepat Untuk mencapai Stipe panjang 36 meter (maksimum) tanaman akan tumbuh 17 sentimeter sehari! Pada akhir musim panas dan awal musim gugur sering Anda dapat melihat berwarna coklat gelap patch pada Blades dari bullish kelp. Gelap daerah ini adalah spora patch, yang ditahan kelompok spora, dan dipanggil Sori. Patch yang dari bubar sisanya dari blade dan menetap ke bagian bawah. Setelah spora patch mencapai substrat yang spora yang dilepaskan dan mereka tumbuh menjadi kecil, mikroskopis laki-laki dan perempuan gametophyte (gamete produksi) tanaman, yang mereproduksi secara seksual. Laki-laki gametophyte tanaman kemudian rilis sperma, yang tertarik ke telur, yang disimpan oleh perempuan gametophyte. Setelah telur adalah pupuk yang zygote (pupuk telur) tumbuh menjadi sporophyte baru. Yang sporophyte (spora produksi tanaman) adalah rumput laut besar yang dijelaskan di atas. Bull kelp umum adalah rumput laut, dan beberapa menggunakan ini untuk melimpah kelp yang telah ditemukan oleh manusia. Seiring dengan lainnya Ganggang coklat, bullish kelp telah dikumpulkan, dirawat, dan dijual sebagai pupuk untuk pertanian darat. Nereocystis leutkeana juga yang populer dan lezat makanan untuk manusia, dan dipanen secara komersial untuk segar dan produk makanan kering.
Gambar Nereocystis leutkeana
Ordo : Ectocarpales
Ectcaruals mempunyai pergantian keturunan yang isonori, thallus berbentuk yang bercabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu dengan lainnya hingga membentuk jaringan pseudoparenkhimatik. Alat reproduksi / perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lain atau membentuk suatu rantai. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit gemet. Sistem klasifikasi dari bangsa ini seluruhnya didasarkan atas struktur vegetatif dan cara perkembangbiakannya
Suku Ect
Marga Ectocarpus
Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dengan plastida yang berbentuk pita atau piring perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan dibentuk di dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plurolokuler alat reproduksi tersebut biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral.
Perkembangbiakan sporangia yang unilokuler dimulai dengan membesarnya sel terminal dari cabang yang pendek. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya menjadi beberapa kali sel semula. Inti tunggal yang terdapat dalam sporan da muda mengalami pembelahan meiosis yang diikuti 32 – 64 inti. Jika pembelahan inti berhenti terjadilah celah-celah yang membagi protoplast menjadi protoplast-protoplast yang berinti satu. Masing-masing protoplast tersebut mengalami metamorfose menjadi zoospora yang berbentuk seperti buah pi dan berflagella 2 buah di bagian interal, tidak sama panjang. Flagella yang pendek diarahkan ke belakang sedang yang panjang ke muka. Zoospon dikeluarkan dalam suatu massa melalui suatu lubang kecil yang kemudian dapat berenang bebas. Setelah zoospora dikeluarkan maka sporangia baru terbentuk di sebelah dalam dinding yang lama.
Gametoft hesifat homothalik atau keterothallik gamet dibentuk dalam gametangium yang plurilokuler yang perkembangannya ident dengan perkembangan sporangium yang plurilokuler. Ael-sel yang terbentuk mengalami metamorfose menjadi gamet yang berlagella 2 buah. Gamet dibebaskan melalui suatu porus di bagian terminal dari gametangium. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik. Gamet betina akan lebih cepat mengalami waktu istirahat dari pada yang jantan, gamet betina kemudian dikelilingi oleh banyak sekali gamet jantan. Gamet jantan melekat pada yang perantaraan flagellatanya yang anterior, salah satu diantara gamet jantan melebur dengan gamet betina ini sedang gamet yang lain akan pergi. Setelah terjadi persatuan betina ini sedang maka menjadi sporafit yang diploid. Sporafit mengandung sporangium yang plurilokuler yang menghasilkan mospora yang diploid. Zoospora berkecambah menjadi sporofit (A) yang sifatnya diploid. Sporafit ini juga membentuk sporatangium yang unilokiler (F), inti dari sporangium tersebut mengadakan meiosis, hingga zoospora yang dihasilkan bersifat happoid (G) zoospora kemudian tumbuh jadi gametofit yang haploid (H) gametofit mengandung gametangium yang plurilokur (I) yang menghasilkan gamte (J) persatuan gamet kemudian terjadi (K) dan terbentuklah zigot (L) zigot tumbuh sporaofit yang diploid (A)
Bangas Dictyotales
Bangsa ini mempunyai satu suku dengan 21 marga serta 100 jenis sebagian besar terdapat di lautan daerah tropik. Suku Dictyotaceae
Marga Dictyota
Thailus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang melekat pada suatu substart dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram. Thallus terdiri dari 3 lapis sel. Lapisan tengah disebut medula. Tersusun dari sel-sel besar, berbentuk segi empat dan berdinding tebal. Tanpa khromatofora. Kedua lapisan superfisiannya terdiri dari sel-sel kecil, berbentuk segi empat, berdiding tipis dan mengandung banyak khromatofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambut-rambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada permukaannya. Pertumbuhan dilakukan oleh sel apikal. Perkembangan biakan dilakukan secara aseksual dan seksual. Perkembang biakan aseksual dilakukan oleh aplanospora (spora yang tidak bergerak). Dalam satu sporangium hanya dibentuk 4 aplanospora saja yang haplaid sporangia terdapat di permukaan thallus. Perkembang biakan seksual dilakukan secara oogami gametofit bersifat heterothalik. Alat kelamin (anheridium dan oogami) terdapat didalam suatu sorus, terdapat di kedua permukaan thallusnya.
Daur hidup dari dicyota dapat dilihat pada gambar…… fertilisasi terjadi setelah sel telur dikeluarkan dari ooganium, pembuahan tidak terjadi maka sel telur dapat tumbuh secara pertenoghenesis menjadi gametofit betina. Sel telur yang telah dibuahi membentuk dinding tebal yang kemudian tumbuh jadi zigot yang diploid. Inti zigot membelah secara mitosis yang diikuto dengan pemebelahan sel hingga terbentuk individu yang terjadi 2 sel yang diploid. Salah satu sel akan membentuk rhizoid sedang satu sel lainnya akan membentuk bagian thallus yang tega individu ini adalah sporofitnya dan bersifat diploid. Sporangia terdapat pda kedua peruakaan thallusnya. Pembelajan pertama dari inti sporcangium adalah meiosis (pemebelahan reduksi), kemudian diikuti dengan pemebelahan mitosis hingga terbentuk 4 spora yang haploid dan tidak berfingella (aplanospora) aplanospora dikeluarkan melalui porus di bagian apikel sporangium. Pemisahan kelamiin sudah terjadi sejak terjadinya pemebalahan reduksi dari inti sporangium, hingga dari 4 spora yang terbentuk 2 spora akan tumbuh jadi gaemetofit dan sporofit mempunyai bentuk serta ukuran yang sama. Hingga didalam tidak dapat dibedakan satu dengan lainnya dengan demikian maka pergantian keturunannya adalah isomaorf, hingga ganggang ini tergolong dalam isogeneratea.
Bangsa Cutleriales.
Suku Cutlriaceae
Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria. Zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporafitnya identik satu sama lain. Sedang gametofit Cutleia tidak identik dengan sporofinya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat isomartik, akan tetapi kedua marga tadi tampaknya mempunyai hubungan yang cukup erat satu sama lain. Sebab beberapa sifat tertentu dari kedua marga tadi mempunyai kesamaan, antara lain : pertumbuhan yang trikbotthallik, sporangia yang unflokuler dan sel-sel kelamin jantan dan betina ukurannya tidak sama (anisogamet). Sehubungan dengan hal-hal tersebut, maka kedua marga tersebut digolongkan dalam satu bangsa yaitu
Marga Cutleria
Cutleria mempunyai gametofit yang berbentuk pita yang bercabang menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipass. Pertumbuhan terjadi pada tepi thallus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate. Tipe rambut mempunyai daerah pertumbuhan yang letaknya interkalar. Gametrofit bersifat heterothllik. Gametofit jantan mengandung antberidia yang menghasilkan gamet jantan berbentuk buagh pir. Berflagella 2 buah di baian lateral. Gamelafit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan gamet betina yang bentuknnya mirip dengan yang jantan tetapi ukurannya lebih besar dan gerakannya lebih lambat pada masanya persatuan gamet. Gamet jantan bersatu dengan gamet betina. Zigot yang terbentuk tumbuh jadi sporofit dalam waktu satu hari. Sel kelamin betina yang tidak dibuahi akan tumbuh jadi gametofit betina. Sporofit mempunyai bentu yang berlainan sama sekali dengan gametofit. Sporoti berbentuk lembaran kecil dan melekat pada substrat dengan perantaraan rhizoid, dulu sporofit ini dikira thallus dari ganggang lain yang disebut Aglaomonia. Sampai sekarang nama tersebut masih diterankan untuk memberi nama sporofit dari Cutleria. Inti sporangia yang masih muda mula-mula membelah meiosis kemudian diikuti dengan pembelahan mitosis hingga terbentu 8-32 inti yang haploid. Protoplast kemudian terbagi-bagi hingga terjadilah protoplast-protost ini mengalami metamorfose menjadi zoospora yang berbentuk buah pir dan berflagella 2. sembilan puluh menit kemudian roospora tadi membuat dan membentuk dinding, kemudian tumbuh menjadi gametofit.
Bangsa Laminariale
Jenis-jenis yang termasuk bangsa Laminarialer mempunyai sporofit yang dapat dibagi menjadi alat plekat, tangkai dan helain atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak di antara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang uniloluler dan terkumpul dalam suatu “sorus” pada permukaan lembaran. Beberapa marga tertentu, sporangianya terletak pada suatu lembaran khusus (sporofil). Gametofit dari laminariale berupa filamen yang mikroskopik, perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.
Bangsa ini mempunyai marga 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan di daerah beriklim dingin.
Dari marga ke marga, gametofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporafitnya mempunyai bentuk yang beraneka ragam, difautan pasifik, sporofit dari gangguan ini terkenal dengan nama “kelp” dan yang paling menarik adalah yang disebut “giant kelp” atau gangang perang raksasa. Gangang-ganggang ini hidup di kedalam 10-30 meter. Contoh : Macrocytis pyrheral, mempunyai tangkai yang bercabang-cabang dan mempunyai panjang / tinggi 10 -50 meter. Pada tiap ujung dari tangkai tersebut selalu tumbuh helain baru : nerecoystis luetkeana mempunyai tangkai yang tidak bercabang, panjang / tinggi tangkai mencapai 20-25 meter. Gelembung ini terdapat cabang-cabang dikhotom yang padanya terdapat belaian-belaian yang panjangnya mencapai 3-4,5 meter, postelsia palmaeformis terkenal dengan sebutan palm laut dan merupakan “klep” yang paling kecil, tumbuh di daerah batas pasang surut di pantai berkarang yang diharapkan pada pukulan ombak di pasifik. Ganggang ini mempunyai tangaki kuat dan fleksibel, tinggi 50 cm pada ujungnya terdapat cabang-cabang dikhotom yang pendek dan pada ujung cabang ini terdapat helaian-helaian yang sempit
Marga Laminaria
Alat pelekat sporafit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom, disebut haptera, tangkai tidak bercabang, dilindris atau agak memipih, ujung tangkai ini terdapat helainnya yang tumbuh atau terbagi ke arah vertikat menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula (bagian tengah). Dan koteks yang dikelilingi oleh selapi sel yang menyerupai sel epidermas. Sporofit mempunyai sporangia yang unilakuler dan terdapat pada permukaan belaian, sporangia berbentuk gada. Inti dari aporangin muda mula-mula membelah secara melosis yang kemudian diikuti dengan pembelahan mitosis terbentuk 32 – 64 inti. Protoplast terbagi menjadi banyak protoplast yang masing-masing mengandung satu inti dan mengalami metamorfose menjadi zoospora. Setelah berenang beberapa lama, zoospora kemudian membuat membentuk diding dan berkecambah menjadi gametofit yang berbentuk filamen serta terdiri dari beberapa sel saja. Pada lamimaria saccharia, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada saat pembelahan reduksi, sepora dari mospora akan tumbuh menjadi gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gemetangis akan dibentuk setelah gametofit mencapai 2 – 3 sel. Terjadinya pembuahan tergantung langsung pada suhu. Gametofit jantan membentuk banyak sekali antheridia pada ujung cabang-cabangnya. Masing-masing antberiklium terdiri dari satu sel dan protoplastanya hanya akan membentuk satu antherozoid. Oogonium hanya membentuk satu sel telur (ovum). Sel telur menonjol keluar, tetapi tetap melekat pada lubang diujung dinding oogonium. Antherezoid berenang menuju ke sel telur yang kemudian bersatu. Zigot yang terbentuk akan tumbuh menjadi sporofit yang dipkrid. Bentu dari sporofit sangat berbeda dengan gametofitnya, jadi pergantian keturunanya bersifat heteromorfik hingga ganggang ini tergolong dalam heteregeneratese.
Bangsa Fucales
Thallus dari jenis-jenis ganggang yang termasuk bangsa ini bersifat diplaid, pembelahan reduksi (melosis) terjadi pada saat gametogeumesis. Alat kelainan terdapat di dalam konsptakel. Dalam daur hirupnya, ganggang ini tidak menujukkan adanya pergantian keturunan.
Suku Fucaceae
Marga Fucus
Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus berwarna coklat tua, berbentuk pita yang bercabang dikhoton dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis dari fucus ini, mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya untuk menyimpan udara hingga membantu keterapungannya, letak dari gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang-cabang menggelembung dan mengandung konseptaled, tempat konseptakel berkumpul tersebut dinamakan reseptakel, secara anotomi thallus tersusun atas meristoderm, korteks dan medula.
Familia Sargassacese
Sargassum terdapat di laut daerah tropik atau sub tropik di belahan bumi bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus laut. Melinouns laut atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua eropa. Jenis-jenis yang banyak sekai tumbuh di sepanjang pantai Australia. India, Srilangka, China, Jepang dan Indonesia. Di Jepang scogassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan makanan.
Thalus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks sepintas lalu memberi kesan seakan-akan tubuhnya mempunyai akar batang dan daun. Pada bagian tangkainya (bagian yang menyerupai batang terdapat bentuk banyak cabang-cabang lateral yang menyerupai daun sering disebut filoid. Didekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik
Perkembang biakan
  1. Secara aseksual dengan fragmentasi thallusnya
  2. Secara seksual dilakukan secara oogamik. Antheridia dan oogania.
Masing-masing dibentuk dalam konseptakel.
  1. Tempat Hidup :
Kebanyakan anggota phaeophyta hidup dalam air laut, hanya beberapa jenis saja yang hidup di air tawar. Dilaut dan samudtr, didaerah ilkim sedang dan dingin.
  1. Susunan tubuh :
Bentuk benang, contoh : ectocarpus
Berbentuk multiseluler, contoh : Dictyota, necrocistis, fucus, sargasum.
Bagian-bagian dari susunan tubuh yang berbentuk multiselluler :
Keterangan :
    • Lamina (helain)
    • Stipe (tangkai)
    • Pangkal
    • Haptera (serupa akar)
  1. Susunan Sel :
Umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel, yang tersusun dari tiga macam polimer yaitu : Selolosa, asam alginat, fukan dan fukoidin dimana algin dan fukolin lebih kompleks dari selulosa da gabungan dari eduanya membentu7k fikokolod. Dang-kadang diding selnya juga mengalami pengapuran.
  1. Isi sel
Berarti tunggal, bagian pankal berinti banyak
Kloroplas dengan berbagai macam bentuk ukuran dan jumlah
  1. Pigmen
Klorofil a dan c
karoten
Xantofil : fukoxanti yang terdiri dari violaxantin flavoxantin, neofukoxantin a dan neofukoxantin b
  1. Cadangan makanan
Berupa laminarin, sejenis karbohidtrat yang mempunyai dekatrin yang lebih dekat dengan selulosa dari pada zat tepung, selain laminarin juga ditemukan manitol, minyak dan zat-zat yang lainnya.
  1. Alat Gerak
Berupa flagel, terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral berjumlah 2 yang berterokan dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengilat menghadap kemuka dan yang pendek menghadap kebelakang. Dekat dengan keluarnya flagel terdapat bintik mama yang berwarna kemerah-merahan.
  1. Perkembangbiaan
Perkembiakan terjadi secara vegetatif, dengan fragmentasi.
  1. Perkembangbiakan secara sporik
Cantoh : Ectocarpus, nercocystic
Dapat juga dengan membentuk aplanospora
Contoh : Dictota
Dilihat dari sporanlumnya, dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
      1. Unilokuler, dimiliki oleh anggpta phaeophyta yang iunilseluler
Contoh : Nercocyutic, dictyota dan ectocarpus.
      1. Plufokuler, dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler
Contoh : ectocarpus.
  1. Pembentukan Unifokuler :
Terjadi dari sel terminal, dengan cabang pendek yang membesar sporangla muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih besar dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meiosis kemudian diikuti pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32 – 64 inti selanjutnya terjadilah celah-celah yang membagi protoplas yang berinti satu. Masing-masing protolas mengalami metamorfose membentuk zoospora berlagel 2
  1. Pembentukan Plurikokuler
Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan transversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6 – 12 sel. Pembelahan vertikal dimulai dari dereta sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20 – 40 deretab. Protoplas pada masing-masing sel mengalami metamofosa menjadi zoospora yang memiliki 2 flagel (diploid). Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah dsporangia yang bersifat unilakuler dan atau plorilokuler.
  1. Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oleh aporangium yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara :
  • Isogami, contoh : Ectocarpus
  • Anisogami, Contoh : Cuthleria
  • Oogami, contoh : Fucus.

PHAEOPHYTA (algae coklat)

Ganggang coklat adalah salah satu ganggang yang tersusun atas zat warna atau pigmentasinya. Phaeophyta (ganggang coklat) ini berwarna coklat karena mengandung pigmen xantofis. Bentuk tubuhnya seperti tumbuhan tinggi. Ganggang coklat ini mempunyai talus (tidak ada bagian akar, batang dan daun), terbesar diantara semua ganggang ukuran tulusnya mulai dari mikroskopik sampai makroskopik. Ganggang ini juga mempunyai jaringan transportasi air dan makanan yang anolog dengan transportasi pada tumbuhan darat, kebanyakan bersifat autotrof.
Tubuhnya selalu berupa talus yang multiseluler yang berbentuk filamen, lembaran atau menyerupai semak/pohon yang dapat mencapai beberapa puluh meter, terutama jenis-jenis yang hidup didaerah beriklim dingin. Sel vegetatif mengandung kloroplas berbentuk bulat panjang, seperti pita, mengandung klofil serta xantofil.
Set vegetatif mengandung khloroplast berbentuk bulat, bulat panjang, seperti pita; mengandung khlorofil a dan khlorofil c serta beberapa santofil misalnya fukosantin. Cadangan makanan berupa laminarin dan manitol. Dinding sel mengandung selulose dan asam alginat.
Sel-sel ganggang hijau mempunyai khloroplas yang berwarna hijau, dan mengandung khlorofil a dan b serta karetinoid. Pada chloroplas terdapat perenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak, terdiri dari sel-sel yang merupakan koloni berbentuk benang yang bercabang-cabang, hidupnya ada yang diair tawar, air laut dan juga pada tanah yang lembab atau yang basah
Setiap organisme tersusun dari salah satu diantara dua jenis sel yang secara struktural berbeda, sel prokariotik dan sel eukariotik. Hanya bakteri dan arkhea; alga hijau biru yang memiliki sel prokariotik. Sedangkan protista, tumbuhan, jamur dan hewan semuanya mempunyai sel eukariotik
Habitat
Alga/ganggang coklat ini umumnya tinggal di laut yang agak dingin dan sedang, terdampar dipantai, melekat pada batu-batuan dengan alat pelekat (semacam akar). Bila di laut yang iklimnya sedang dan dingin, talusnya dapat mencapai ukuran besar dan sangat berbeda bentuknya. Ada yang hidup sebagai epifit pada talus lain. Tapi ada juga yang hidup sebagai endofit.
Pigmen
Pigmen yang terdapat pada ganggang coklat (Chrysophyta) adalah klorofil a, klorofil b, karoten dan xantofil. (Fukoxantin) yang terdiri dari violaxantin, flavoxantin, a dan neofukoxontin b, xantofil memberikan kesan warna coklat pada chrysophyta.
Berdasarkan tipe pergantian keturunan, phaeophyto di bagi dalam 3 golongan, yaitu:
a) Golongan Isogeneratae
Golongan isogeneratae yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturuan isomorf. Sporofit dan gametofit mempunyai bentuk dan ukuran yang sama secara morfologi tetapi sitologinya berbeda.
Contoh: Ectocarpus
b) Golongan Heterogenerate
Golongan heterogenerate yaitu golongan tumbuhan yang memiliki pergiliran keturunan yang heteromorf. Sporofit dan gametofitnya berbeda secara morfologi maupun sitologinya.
Contoh: Laminaria
c) Golongan Cyelosporae
Golongan cyelosporae yaitu golongan tumbuhan yang tidak memiliki pergiliran keturunan.
Contoh: Fucus
Alga coklat (Phaeophyta) hanya mempunyai satu kelas saja yaitu klas phaeophyceae. Thallus dari jenis golongan phaeophyceae bersel banyak (multiseluler), umumnya mikroskopik dan mempunyai bentuk tertentu. Sel mengandung promakropora yang berwarna coklat kekuning-kuningan karena adanya kandungan fukoxontin yang melimpah. Cadangan makanan berupa laminarin yang beta glukan yang mengandung manitol. Dinding sel sebagian besar tersusun oleh tiga macam polimer yaitu selulosa asam alginat, fukan dan fuoidin.
Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual dan seksual.
a) Perkembangbiakan secara aseksual dilakukan oleh zoospora atau aplanospora yang tidak berdinding. Zoospora mempunyai dua, buah flagella yang tidak sama panjang, terletak dibagian lateral. Spora dibentuk dalam sporangium yang uniseluler, dinamanakan sporangia unilokuler. Atau spora yang dibentuk dalam sporangia yang multiseluler yang disebut sporangium prulilekuler.
b) Perkembanganbiakan seksual dilakukan secara isogamet, anisogamet.
Pembuahan pada alga coklat
Sebelum terjadi pembuahan, layak anthernazoid mengelilingi sel telur pada ganggang ini terbentuk 8 sel telur. Biasanya hanya satu antherozoid yang masuk ke sel telur. Dalam waktu satu jam kedua intinya melebur dan terjadinya inti diploid. Zigot segera membentuk dinding yang berlendir dan dapat melekat pada substrat. Zigt membentuk tonjolan yang akan seperti cahaya. Suhu pH dan adanya zat pengatur di dalam sel telur merupaan faktor perangsang bagi terjadinya polaritas. Karena adanya cadangan makanan yang cukup di dalam sel telur. Maka mula-mula pertumbuhan embrionya cepat, tetapi kemudian pertumbuhan menjadi lambat karena tergantung dari fotosintesis. Tubuh yang terbentuk bersifat diploid dan pembelahan reduksi terjadi pada waktu gametogenesis. Jadi daur hidupnya bersifat diplontik.
Dalam daur hidupnya semua phacophyceae keculai bangsa fucales menunjukkan adanya pergantian keturunan antara gametofit dan sporofit, yang masing-masing hidup sebagai individu yang bebas pergantian keturunan tersebut bersifat isomorfik atau heteromorfik. Sebagian besar dari phaeophyceae pertumbuhannya bersifat trikhothallik. Pertumbuhan trikhothallik adalah cara pertumbuhan yang dilakukan oleh sel-sel yang letaknya di bagian basal dari filamea yang terdapat pada ujung thallas. Sel-sel tersebut aktif membelah.
Sebagian besar phaeophyceae hidup di laut dan banyak ditemukan di daerah yang beriklim dingin. Sebagian besar hidup melekat pada substrat karang dan lainnya dan beberapa diantaranya hidup sebagai epifit.
Ordo Ectocarpales
Ectocarpales mempunyai pergantian keturunan yang isomorf yaitu tumbuhan sporofit sama dengan tumbuhan gametofit, talusnya berbentuk cabang-cabang bebas atau saling berhubungan satu sama lainnya. Hingga membentuk jaringan pseudoparenkimatik. Alat perkembangbiakan letaknya bebas satu sama lain. Sporofit menghasilkan zoospora dan spora netral. Sedang gametofit menghasilkan gamet.
Suku Ectocarpaceae
Marga Ectocarpus
Thallus dari ganggang ini merupakan filamen yang uniseriate, bercabang banyak. Sel berinti tunggal dan plastida yang membentuk pita atau piring. Perkembangbiakan dilakukan oleh zooid yang berflagella 2 buah dan di bentuk di dalam alat reproduksi yang unilokuler atau plusilokuler. Alat reproduksinya biasanya terdapat pada ujung-ujung cabang lateral.
Gametofit bersifat homothallik atau heterothallik. Gambet dibentuk dalam gametangium yang plulilokuler yang perkembangannya identik dengan perkembangan sporangium yang prusilokuler. Sel-sel yang terbentuk mengalami metamorfose menjadi gamet yang berflagella 2 buah. Tipe persatuan gamet adalah isogamik atau anisogamik.
Bangsa Dietyotales
Sebagian besar dari bangsa ini terdapat di lautan daerah tropic. Pada ganggang ini spora tidak mempunyai bulu cambuk. Sporangium beruang satu dan mengeluarkan 4 tetraspora. Pembiakan seksual dengan oogami. Anteredium yang berkotak-kotak dan oogonium tidak pada tumbuhan yang berlainan dan tersusun secara berkelompok. Tiap oogonium merupakan satu sel telur. Gamet jantan mempunyai satu bulu cambuk yang terdapat pada sisinya. Sporofit dan gametofit bergiliran dengan beraturan dan keduanya mempunyai talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Misal Dictyota dichotoma yang terbesar di lautan Eropa. Skema pergiliran keturunan Dictyota dichotoma:
Marga Dictyota
Thallus tegak dan berbentuk pita yang bercabang-cabang, melekat pada suatu substrat dengan perantaraan alat pelekat yang berbentuk seperti cakram. Thallus terdiri dari 3 lapis. Lapisan tengah tersusun dari sel-sel besar, terbentuk segi empat dan berdinding tebal tanpa khromatofora. Kedua berdinding tipis dan mengandung banyak kromotofora. Pada lapisan ini terdapat banyak rambut-rambut steril dan tidak berwarna serta dapat mengeluarkan lendir pada permukaannya.
Perkembangbiakan dilakukan secara aseksual, dan seksual. Perkembangbiakan aseksual dilakukan oleh aplanospora yaitu yang tidak bergerak. Dalam satu sporangium hanya dibentuk 4 aplanospora saja. Perkembangbiakan seksual dilakukan secara oogami. Gametofit bersifat heterothallik. Alat kelamin terdapat dalam suatu sorus. Terdapat di kedua permukaan talusnya.
Bangsa Cutleriales
Suku Cutleriaceae
Suku ini hanya mempunyai 2 marga saja, yaitu zanardinia dan cutleria, zanardinia mempunyai pergantian keturunan yang gametofit dan sporofitnya identik satu sama lain, sedang gametofit cutleria tidak identik dengan sporofitnya, hingga pergantian keturunan dari cutleria bersifat iso morfik. Tetapi kedua marga tersebut mempunyai kesamaan, yaitu pertumbuhan yang tirkhothallik, sporangia yang uniloker dan sel-sel kelamin dan betina ukurannya tidak sama.
Marga Cutleria
Cutleria mempunyai gamtofit yang berbentuk pita yang bercabang, menggarpu yang tidak begitu teratur atau berbentuk seperti kipas. Pertumbuhan terjadi pada tepi talus bagian atas yang mempunyai rambut yang uniseriate. Gametofit bersifat heterothallik. Gametofit jantan mengandung anteridia yang menghasilkan gamet jantan berbentuk buah pir, berflagellata 2 buah di bagian leteral. Gametofit betina mengandung gametangia betina yang mengeluarkan gamet betina yang bentuknya mirip dengan yang jantan. Tetapi ukurannya lebih besar dan gerakannya lebih lambat.
Bangsa Laminariales
Jenis-jenis yang termasuk dalam bangsa ini mempunyai sporofit yang dapat dibagi menjadi alat pelekat, tangkai dan helaian atau lembaran. Pertumbuhan terjadi pada bagian yang meristematik yang letaknya interkalar dan biasanya terletak diantara tangkai dan lembaran. Sporofit mempunyai sporangia yang unilokuter dan terkumpul dalam suatu sorus pada permukaan lembaran. Gametofit dari laminariales berupa filamen yang mikroskopik. Perkembangbiakan seksual bersifat oogamik.
Bangsa ini mempunyai 30 marga dengan kurang lebih 100 jenis yang kesemuanya merupakan penghuni lautan beriklim dingin. Dari marga ke marga gametrofitnya dapat dikatakan identik satu sama lain, tetapi sporofitnya mempunyai bentuk yang beranekaragam. Contoh:
  • Macrocystis pyrifera, hidup di daerah kutub selatan. Talusnya dapat mencapai panjang 60 m dengan berat sampai 100 kg. alat pelekatnya seakan-akan mempunyai kuku untuk berpegangan erat-erat. Sumbu talus bebas, mempunyai cabang-cabang talus berbentuk lembaran yang bergantungan, kadang-kadang sampai 3 m panjangnya hingga dengan itu talus dapat terapung pada permukaan laut.
  • Lessonia,sp mempunyai talus yang bentuknya seperti pohon palma.
  • Laminaria cloustoni, banyak terdapat di laut utara, panjangnya sampai 5 m. pangkal talus setebal lengan dan umurnya tahunan, bagian atas menyerupai daun atau mempunyai lembaran-lembaran menjari yang setiap tahun diperbaharui. Menjelang berakhirnya musim dingin terjadi pertumbuhan di bagian tengah dari pangkal lembaran-lembaran tadi dan terbentuklah lembaran-lembaran baru.
Warga Laminaria
Alat pelekat sporofit umumnya berupa cabang-cabang yang dikhotom disebut haptera. Tangkai tidak bercabang silindris atau agak memipih, diujung tangkai ini terdapat helaian yang utuh atau terbagi kearah vertikal menjadi beberapa segmen. Tangkai terdiri dari medula dan korteks yang dikelilingi oleh selapis sel yang menyerupai sel epidermis. Sporofit mempunyai sporongia yang unilokuler dan terdapat pada perunukan helaian. Sporangia berbentuk ganda.
Pada laminaria saccharina, penentuan jenis kelamin gametofit terjadi pada saat pembelahan reduksi, setengah dari zoospora akan tumbuh menjadi gametofit betina sedang lainnya akan membentuk gametofit jantan. Gametongia akan dibentuk setelah gametofit mencapai 2-3 sel. Terjadi pembuahan tergantung langsung pada suhu.
Bangsa Fucales
Ganggang ini merupakan penyusun utama vegetasi lautan di daerah dingin. Pembiakan generatif dengan oogami, pembiakan vegetatif tidak ada.Thallus dari ganggang ini bersifat diploid, pembelahan reduksi (meiosis) terjadi pada saat gametogenesis alat kelamin terdapat di dalam konseptakel. Dalam daur hidupnya, ganggang ini tidak menunjukkan adanya pergiliran keturunan.
Suku Fucaceae
Ganggang ini banyak ditemukan hidup di air laut maupun air tawar. Focus yang sudah berumur beberapa tahun mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh rusuk tengah. Bentuknya kaku dank eras seperti kulit.
Marga Fucus
Fucus hidup di daerah beriklim dingin di belahan bumi utara. Fucus berwarna coklat tua. Berbentuk pita yang bercabangdi khotom dengan suatu rusuk tengah, melekat pada karang dengan suatu alat pelekat. Beberapa jenis dari fucus ini mempunyai gelembung udara di dalam tubuhnya untuk menyimpan udara hingga membantu keterapungannya letak dari gelembung udara biasanya berpasangan kanan dan kiri. Ujung cabang-cabang menggelembung dan mengandungkoseptakel, tempat konseptakel berkumpul tersebut dinamakan reseptakel, secara anatomi, talus tersusun atas meristaderm, korteks dan medula. Di dalamnya terdapat oogonium, anteredium, dan benang-benang mandul (parafisis). Anteredium berupa sel-sel berbentuk jorong, duduk rapat satu sama lain pada benang-benang pendek yang bercabang-cabang. Tiap anteredium menghasilkan 64 spermatozoid. Suatu spermatozoid terutama terdiri dari bahan inti, suatu bintik mata dan 2 bulu cambuk pada sisinya. Bulu cambuk yang pendek menghadap ke muka dan mempunyai rambut-rambut mengkilat. Oogonium berupa suatu badan yang duduk diatas tangkai, terdiri dari 1 sel saja dan mengandung 8 sel telur. Zigot lalu membentuk dinding selulose dan pectin, melekat pada suatu substrat dan tumbuh menjadi individu yang diploid.
Familia Sargassaceae
Sargassum terdapat di laut daerah tropik atau subtropik di belahan bumi bagian selatan. Akan tetapi fragmen yang terputus terbawa arus melintas laut atlantik ke daerah yang beriklim dingin di benua Eropa. Jenis-jenis yang banyak sekali tumbuh di sepanjang pantai Australia, India, Srilangka, Jepang, China dan Indonesia. Di Jepang Sargassum enerya banyak dijadikan hiasan dan bahan makanan.
Talus dari sargassum mempunyai morfologi yang kompleks, sepintas lalu memberi kesan seakan-akan tubuhnya mempunyai akar, batang, dan daun pada bagian tangkainya terdapat banyak cabang-cabang lateral yang menyerupai daun sering disebut filoid. Di dekat filoid ini terdapat gelembung udara dan juga reseptakel yang mengandung konseptakel. Daur hidup bersifat diplontik.
Susunan sel
Pada phaeophyta umumnya dapat ditemukan adanya dinding sel yang tersusun dari tiga macam polimer yaitu selulosa, asam alginat, fukan dan fukoidin. Algin dari fukoidin lebih kompleks dari selulose dan fukoidin lebih kompleks dari selulose dan gabungan dan keduanya membentuk fukokoloid. Dinding selnya juga tersusun atas lapisan luar dan lapisan dalam, lapisan luar yaitu selulosa dan lapisan dalam yaitu gumi. Tapi kadang-kadang dinding selnya juga mengalami pengapuran. Inti selnya berinti tunggal yang mana pana pada pangkal berinti banyak.
Dinding sel menyebabkan sel tidak dapat bergerak dan berkembang bebas, layaknya sel hewan. Namun demikian, hal ini berakibat positif karena dinding-dinding sel dapat memberikan dukungan, perlindungan dan penyaring (filter) bagi struktur dan fungsi sel sendiri. Dinding sel mencegah kelebihan air yang masuk ke dalam sel.Dinding sel terbuat dari berbagai macam komponen, tergantung golongan organisme. Pada tumbuhan, dinding-dinding sel sebagian besar terbentuk oleh polimer karbohidrat (pektin, selulosa, hemiselulosa, dan lignin sebagai penyusun penting). Pada bakteri, peptidoglikan (suatu glikoprotein) menyusun dinding sel. Fungi memiliki dinding sel yang terbentuk dari kitin. Sementara itu, dinding sel alga terbentuk dari glikoprotein, pektin, dan sakarida sederhana (gula).
Cadangan Makanan
Cadangan makanan pada Phaeophyta berupa laminarin, yaitu sejenis karbohidrat yang menyerupai dekstrin yang lebih dekat dengan selulose dari pada zat tepung.selain laminarin juga ditemukan manitol minyak dan zat-zat lainnya.
Alat Gerak
Alat gerak pada Phacophyta benepa jlagel yang terletak pada sel-sel perkembangbiakan dan letaknya lateral. Berjumlah dua yang heterokon dan terdapat di bagian samping badannya yang berbentuk pir atau sekoci. Pada waktu bergerak ada yang panjang mempunyai rambut-rambut mengkilat menghadap kemuka dan yang pendek menghadap ke belakang. Dekat dengan keluarga flogel terhadap bintik mata yang berwarna kemerah-merahan.
Perkembangbiakan
Perkembangbiakan pada Phaeophyta dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
  • Perkembangbiakan secara vegetatif dengan fragmentasi
  • Perkembangbiakan secara sporik dengan membentuk spora
Dilihat dari sporangiumnya, dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
a) Pembentukan Unilokuler, dimiliki oleh anggota Phaeophyta yang uniseluler
Terjadi dari sel terminal dengan cabang pendek yang membesar. Sporangia muda berbentuk bulat panjang atau bulat telur. Ukurannya lebih kecil dari sel semula. Inti tunggal mengalami pembelahan meioses kemudian diikuti pembelahan mitosis sehingga dihasilkan 32-64 inti. Selanjutnya terjadilah celah-celah yang membagi proteplas yang berinti satu. Masing-masing protoplas mengalami metamorfose membentuk zoospora perflagel dua yang terletak di bagian lateral dengan panjang flagel yang tidak sama. Flagel yang pendek diarahkan ke belakang, flagel yang panjang diarahkan kedepan.
b) Pembentukan plurilokuler dimiliki oleh anggota phaeophyta yang multiseluler
Berasal dari sel terminal yang pendek. Ukurannya relatif besar dan terjadi pembelahan tranversal secara berulang-ulang yang akhirnya dihasilkan 6-12 sel.pembelahan vertikal dimulai dari deretan sel bagian tengah dan kemudian terbentuklah kubus yang letaknya teratur sebanyak 20-40 deretan. Protoplas pada masing-masing sel mengalami sultamorfosa menjadi zoospora yang memiliki 2 stagel. Diikuti dengan talus yang bersifat diploid dan terbentuklah sporangia yang bersifat unilokuler dan atau plorilokuler.
  • Perkembangbiakan secara gametik, gametangium dimiliki oleh sporangium yang plurilokuler. Gamet akan membentuk zoogamet dengan cara:
    1. Isogami yaitu gamet yang bentuk dan ukurannya sama (belum dapat dibedakan mana jantan dan mana betina). Contoh: ulva
    2. Anisogami: gamet yang bentuk dan ukurannya tidak sama (gamet betina memiliki ukuran besar dan gamet jantan memiliki ukuran kecil). Contoh: codium
    3. Oogami: jenis anisogami dengan gamet jantan yang aktif. Contoh: volvox
Contoh-Contoh Phaephyta
  • Sargassum binderi (Sonder)
Nama latin : Sargassum binderi
Spesifikasi : Batang gepeng (1,5 mm), halus licin, tinggi mencapai sekitar 60 cm, percabangan “alternate” teratur, oppsite (kiri-kana). Cabang utama yang pendek (1-2 cm) diatas holdfast. Daun lonjong, pinggir bergerigi, panjang 5 cm, lebar 1 cm ujung runcing.
Sebaran : Tubuh pada substrat batu umumnya di daerah rataan terumbu dekat bagian ujung luar yang terkena gerakan air relatif lebih kuat dan konstan.
Potensi : Belum banyak dimanfaatkan, kandungan kimia sama dengan jenis sargassum lainnya.
  • Sargassum Polycystum
Nama latin : Sargassum Polycystum C.A Argadh
Spesifikasi : Ciri-ciri umum. Thallia silidris berduri-duri kecil merapat hodfast membentuk cakram kecil dengan diatasnya secara karaktersitik terdapat perakaran/stolon yang rimbun berekspansi ke segala arah. Batang pendek dengan percabangan utama tumbuh rimbun.
Sebaran : Algae yang kosmopolitan di daerah tropis hingga subtropis. Bukan merupakan algae endemic perairan Indonesia tetapi banyak ditemukan di perairan nusantara terutama di Kalimatan.
Potensi : Bisa dimanfaatkan sebagai bahan esktraksi alginat. Manfaat lainnya belum diketahui. Tidak dibudidayakan.
  • Turbin Conoides (J. Agardh)
Nama Latin : Turbinaria Conoides (J. Argadh) Kuetzing
Nama Daerah : Rumput Coklat Corong
bSpesifikasi : Batang silindris, tegak, kasar, terdapat bekas-bekas percabangan, Holdfast berupa cakram kecil dengan terdapat perakaran yang berkspansi radial. Percabangan berputar sekeliling batang utama. Daun merupakan kesatuan yang terdiri dari tangkai dan lembaran.
Sebaran : Umumnya terdapat di daerah rataan terumbu, menempel pada batu. Tersebar luas di perairan Indonesia.
Potensi : Algae ini mengandung alginat dan iodin. Potensi eksport ke Jepang.
Peranan Ganggang Coklat (Phaeophyta)
Adapun peranan ganggang coklat dalam kehidupan yaitu:
  • Ganggang coklat dapat dimanfaatkan dalam industri makanan
  • Phaeophyta sebagai sumber alginat banyak dimanfaatkan dalam dunia industri tekstil untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat digunakan dalam pembuatan obat-obatan senyawa alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan makanan yang dibekukan untuk mencegah pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat digunakan sebagai bahan pembuat bahan biomaterial untuk teknik pengobatan.
  • Dapat digunakan sebagai pupuk organik karena mengandung bahan-bahan mineral seprti potasium dan hormon seperti auxin dan sylokinin yang dapat meningkatkan daya tumbuh tanaman untuk tumbuh, berbunga dan berbuah.
  • Macrocytis Pyrifers menghasilkan iodine (unsur yang dapat digunakan untuk mencegah penyakit gondok).
  • Laminaria, Fucus, Ascophylum dapat menghasilkan asam alginat. Alginat biasanya digunakan sebagai pengental pada produk makanan (sirup, salad, keju, eskrim) serta pengentalan dalam industri (lem, tekstil, kertas, tablet antibiotik, pasta gigi) dan pengentalan produk kecantikan (lotion, krim wajah).
  • Macrocytis juga dibuat sebagai makanan suplemen untuk hewan ternak karena kaya komponen Na, P, N, Ca.

Analisis Artikel Tumbuhan Lumut

Hamparan LumutPendahuluan
Lumut merupakan tumbuhan kecil, lembut. Mereka tidak mempunyai bunga atau biji, dan daun-daun yang sederhananya menutupi batang liat yang tipis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.Klasifikasi tradisional menggabungkan pula lumut hati ke dalam Bryophyta.
Karakteristik Bryophyta
·        Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof
·        Lumut tumbuh di berbagai tempat, yang hidup pada daun-daun disebut sebagai epifit. Jika pada hutan banyak pohon dijumpai epifit maka hutan demikian disebut hutan lumut.
·        Akar dan batang pada lumut tidak mempunyai pembuluh angkut (xilem dan floem).
·        Pada tumbuhan lumut terdapat Gametangia (alat-alat kelamin) yaitu:a.       Alat kelamin jantan disebut Anteridium yang menghasilkan Spermtozoidb.      Alat kelamin betina disebut Arkegonium yang menghasilkan Ovum
·        Jika kedua gametangia terdapat dalam satu individu disebut berumah satu (Monoesius). Jika terpisah pada dua individu disebut berumah dua (Dioesius).
·        Gerakan spermatozoid ke arah ovum berupakan Gerak Kemotaksis, karena adanya rangsangan zat kimia berupa lendir yang dihasilkna oleh sel telur.
·        Sporogonium adalah badan penghasil spora, dengan bagian bagian :-       Vaginula (kaki) -       Seta (tangkai) -       Apofisis (ujung seta yang melebar) -       Kotak Spora : Kaliptra (tudung) dan Kolumela (jaringan dalam kotak spora yang tidak ikut membentuk spora). Spora lumut bersifat haploid.

Ciri-ciri umum Tumbuhan Lumut

§             Tumbuhan kecil, mempunyai talus (akar, batang dan daun sukar dibezakan)
§             Kitar hidup selangan Genussi
§             Genussi dominan adalah gametofit
§             Sporofit kekal melekat pada gametofit
§             Tinggi kurang daripada 15 cm
§             Gametofit Bryophyta mempunyai bentuk badan seperti daun
§             Ada yang mempunyai jasad taloid seperti piring yang pipih secara dorsiventral
§             Ada yang mempunyai paksi utama seperti batang yang mengeluarkan apendaj berupa daun
§             Daun tiada kutikel berlilin dan batang tiada berkas vaskular
§             Tumbuhan gametofit mempunyai struktur berfilamen seperti akar yang disebut rizoid
§             Rizoid melekatkan tumbuhan kepada batuan atau substrat yang lain
§             Rizoid bukan akar sebenar, ia selebar satu sel dan tiada jidal akar
Ciri-ciri dan Struktur Pembiakan
§             Gametofit matang keluarkan organ pembiakan khas yang disebut gametangium
§             Gametangium terdiri daripada organ seks jantan (anteridium) dan organ seks betina (arkegonium)
§ Anteridium menghasilkan sperma biflagelum yang motil
§ Arkegonium menghasilkan telur
§             Sperma bersenyawa dengan telur dan menghasilkan zigot (sporofit diploid), proses persenyawaan bergantung kepada air
§             Zigot menghasilkan kaki dan struktur penghasil spora yang disebut kapsul
§             Zigot yang masih melekat pada tumbuhan induk berkembang menjadi embrio multisel
§             Kapsul lazimnya terletak pada struktur seperti tangkai yang disebut seta
§             Kapsul terdiri daripada selapisan sel mandul yang mengelilingi tisu yang mengandungi sel induk spora
§             Sel induk spora membahagi secara meiosis dan menghasilkan spora haploid
§          Spora haploid disebarkan oleh angin apabila matang
§             Spora yang mendarat di atas tanah lembab akan bercambah dan keluarkan satu struktur yang disebut protonema
§             Protonema tumbuh menjadi tumbuhan gametofit haploid yang berdaun.
Habitat Lumut
Lumut ditemukan terutama di area sedikit cahaya / ringan dan lembab. Lumut umum di area berpohon-pohon dan di tepi arus. Lumut juga ditemukan di batu, jalan di kota besar. Beberapa bentuk mempunyai menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi ditemukannya. Beberapa jenis dengan air, seperti Fontinalis antipyretica, dan Sphagnum tinggal / menghuni rawa.
Siklus Hidup
Kebanyakan dari tanaman memiliki dua bagian kromosom di sel-selnya (diploid, beberapa kromosom hidup dengan sebuah pasangan yang mengandung informasi genetik yang sama). Sedang lumut (dan Bryophyta lain) hanya memiliki satu set kromosom (haploid, beebrapa kromosom hidup dalam sebuah salinan sel yang unik). Periode siklus hidup lumut secara lengkap, merusak kromosom, tetapi hal ini hanya pada sporofi.
Perkembangan Lumut
Perkembangan lumut secara singkat berlangsung sebagai berikut : spora yang kecil dan haploid, berkecambah menjadi suatu protalium yang pada lumut dinamakan protonema. Protonema pada lumut ada yang menjadi besar, adapula yang tetap kecil. Pada protoneme ini terdapat kuncup-kuncup yang tumbuh dan berkembang menjadi tumbuhan lumutnya..
Manfaat Bryophyta
Ada suatu market substansiil yang mengumpulkan lumut dari yang liar. Penggunaan lumut tetap utuh terutama di florist trade dan untuk dekorasi rumah. Lumut jenis Sphagnum juga komponen utama bahan bakar, yang mana ditambang untuk penggunaan sebagai bahan bakar, sebagai aditip lahan perkebunan, dan jelai bertunas dikeringkan pada pemroduksian Scotch Whisky.Sphagnum, biasanya jenis cristatum dan subnitens, dipanen selagi masih bertumbuh dan dikeringkan digunakan di kamar anak anak dan hortikultura sebagai medium pertumbuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar